Jumat, 31 Desember 2010

Wahai Suamiku, teganya…..(judul apa2an ni?!)

Kakak, suamiku disini udah setengah gila mikirin kakak yang jauh, mungkin udah jatuh cinta beneran, dia dulu cukup baik, nggak pernah sakitin saya dan anak-anak tapi sekarang semua udah berubah, saya nggak habis pikir no Hp ini jadi keluarga saya jadi berantakan. *Istri “Fulan”…(demi menjaga privasi narasumber maka namanya saya samarkan hehe).

SMS ini nyasar ke inbox-ku dari nomor yang tak bisa dikenali oleh hapeku. SMS seorang istri yang sepertinya mulai kehabisan pikiran akibat cintanya mulai disegi-tigakan oleh sang suami pujaan hatinya. Kalo ada si-Anang pasti ia bakalan nyanyi separuh jiwaku pergi…*uhuk..uhuk. Anang, oh anang, ngaji-ngaji sana biar gk melow2 kali.

Ingin replay balik, bahwa beliau salah kirim dan aku bukanlah “kakak” yang merebut “hati” suami semata wayangnya, namun tak jadi. Kupikir biarlah, daripada ia kaget dan malu akibat salah kirim, juga kupikir mungkin SMS ini ia kirimkan sebagai pelepas kesesakkan dada akibat suaminya yang mulai tega bermain hati. Mendua…*oh my…. Ingin aku sok-sok memberikan padanya bagaimana tips dan trik menjerat hati lelaki agar tak dicuri orang lain, namun bagusnya ia mengirimkan dulu problemanya padaku dalam bentuk “email pembaca”, dan akan aku ulas ntar di blog ni…*sok tau kambuh huahaha..=D

SMS ini malah membuatku jadi teringat telenovela jadul yang fenomenal dengan judul “Hati Yang Mendua” itu. Kalian masih ingat kan?Itu tu,..kisah perselingkuhan si Joni sopir truk yang tak tahu diuntung itu. Huff.

Hm,..namun, hidup akan selalu begini, bukan?akan ada yang sedang berbahagia disini dan bersedih di sisi yang lain, dan ini akan terus berganti-ganti sesuai giliran yang telah diatur oleh Rabb kita. So, be Optimis-lah wahai istri fulan, bahwa semua akan baik-baik saja dan jangan lupa banyak2 mengaji…=)

Huff, semoga problema istri fulan dengan suaminya itu bisa segera diselesaikannya dengan baik. Dan jika SMSnya nyasarnya lagi mudah-mudah dengan isi yang menggambarkan bahwa suasana hati dan harapannya telah membaik…=).


kajhu, 6 januari 2011

When my vriends merid…





Sekarang udah di tahon 2011, huff, cepatnyee. Namun, alhamdulillah Desember 2010 kemarin 3 orang teman saya telah sah menikah. Mereka adalah Andri Riad, Dayat, dan Ikhsan. Dua diantaranya malah bisa dibilang juniorku..hm…ckckck

Saya dapat menghadiri pernikahannya Andri dan Ikhsan, namun acaranya Dayat tidak bisa berhadir karena bertabrakan dengan agenda lain (hehe maafkan abang yat). Hehe bahagia juga liatin mereka memasang senyum sambil bergandengan dengan muslimah beriman disampingnya, macam pamer gitu...*uuughhh…=)

fif, macam mimpi aja, ada yang pegang tangan ane disamping ni” bisik salah seorang temanku padaku sewaktu sesi foto-foto bersama pengantin baru…*uuugghh hehe.

Belum lagi ada SMS yang bernada “teror” dan “sengaja” masuk ke hapeku:…”hai sayang,…kangen…..eh, maaf bang afif, salah kirim..,wkwkwk”. …*aaarrghh haha parah, begini ya perangai junior jaman sekarang, heh!!

Yah, pernikahan ini telah menjadi awal dari episode terbaru hidup mereka yang akan semakin menarik tentunya. Kini cita-cita hidup mereka tak lagi berjalan sendiri dan kesepian, telah ada partner hidup yang juga berjalan bersama untuk saling menguatkan…wah wah wah selamat ya, broth...=)

“Semoga Allah memberi berkah kepadamu dan memberkahi (pernikahan)mu, serta mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.”


kajhu, 04 Januari 2011
Affif, yang masih menahan-nahan rindu...

Johan B Bastian, ST.

Wow, apakah ini adalah sebuah nama tokoh nasional? Bukan. Tokoh kecamatan? Bukan. Tokoh lorong? Bukan juga. Ataukah nama seorang maling? Bukan..bukan. Apakah nama seorang pemuda yang hobi membawa lari anak gadis orang? Atau seorang artis yang nggak laku-laku kah? Nama bengkel? Oh, bukan..bukan. Jadi? Apakah ia seekor tumbuhan??hehe iya, sejenis lumut yang membuat gatal-gatal gitu mungkin… Bukan hai, bukan.

Johan Bastian ini sebenarnya merupakan sebuah nama salon, eh bukan, maksudku ianya adalah nama seorang pemuda. Ia dulunya merupakan salahsatu seniorku di teknik, cuma ia berasal dari suku jurusan teknik kimia, sedangkan aku dari jurusan yang paling keren dan paling mantrraap, yang tak lain tak bukan adalah jurusan Teknik Sipil!! (hehe).

Johan Bastian ini laki-laki kurus semampai, trendi, modis, sedikit hedon dan pragmatis. Suka beli buku tapi gak dibaca dan terpaksa aku yang harus mewakilinya untuk membaca buku-bukunya,.*hehe hore. Dia penggemar Sherina dan Agnes Monica, meskipun jelas-jelas Sherina dan Agnes nggak peduli sama dia sedikitpun, cinta yang bertepuk sebelah kaki gitu-lah. Qur’an sakunya sering –sengaja- tertinggal di mushalla sehingga ntar kalo udah dirumah ada alasan kalo nggak ngaji lagi…parah-parah. Tapi tajwidnya bagus lho, mungkin karena dulu pernah ikut Tahsin dan Tahfidz gitu di mushalla KID di depan Fakultas MIPA. Dari mulutnya sendiri sih kudengar katanya dia ngaku anak yang cerdas, rajin dan ganteng…tapi kalo menurutku hm,..hm,..gimana yah,..aaarrgghh bingung apakah aku harus berkata jujur atau berkata fakta?,..*hahaha sori bang Jo.

Beliau yang mentel dan penggemar fanatik apapun yang berwarna merah (dari baju, jam, topi, tas, kaos kaki, dasi, celana, jaket, dll) ini sekarang sedang sok-sok kuliah S2 di Pasca sarjana Unsyiah, kalo gak salah ngambil jurusan Manajemen. Katanya biar ntar karirnya di Perusahaan BUMN PIM Aceh bisa mulus, licin mengkilat, hingga bisa tergelincir menjadi manejer PIM suatu saat nanti…*Aamiin7x. Sip-sip, mantrraap, maju teros Jo!.

Aku berkenalan dengan Johan Bastian di mushalla Sektor Timur (sektim) Komplek Perumahan dosen Universitas Syiah Kuala. Waktu itu aku masih nge-kost di sektim, sedangkan beliau memang makhluk penghuni asli sektim karena bapak dan ibundanya merupakan dosen di Fakultas Teknik dan Mipa. Gara-gara Ayahanda dan Ibundanya menikah maka Allah -melalui mereka berdua- memberikan mereka rejeki dengan menghadirkan bayi bernama Johan B. Bastian yang sekarang sedang berniat dan berusaha mencari muslimah yang bersyarat harus punya mobil Jazz ini. Syarat yang aneh.

Johan Bastian ini sering kupanggil dengan panggilan “bang Jo” atau “Jo” atau “ lu” atau “qe” atau “antum” atau “ko” atau “bro” atau “sis”, tergantung suasana hati. Beliau ini termasuk salah seorang yang membuat aku sangat rajin merepet ke beliau, dari hal-hal yang super nggak penting sampai ke hal-hal yang gak penting-penting kali…hehe.

Dulu bujang ini juga pernah ngaji atau aktif di halaqahnya PKS di Banda Aceh, tapi sekarang nggak lagi. Yah, katanya di Lhokseumawe nggak ada kawan untuk pergi halaqah…*hahaha alasan yang aneh untuk seorang yang telah ikut sebuah gerakan da’wah. Oh iya, Johan Bastian jika melawak sering terasa “garing” dan malah mendekati hambar, sehingga aku sering bingung apakah harus ketawa garing -sebagai penghormatan- mendengar ceritanya atau harus ketawain Johan Bastian-nya.

Aku tak akan bercerita panjang lebar sejauh apa sudah kami berteman, karena terlalu panjang ntar. Tentunya proses yang kami jalani itu naik-turun, dari hal-hal yang membuatku marah/ jengkel/ emosi, sampe hal-hal yang juga baik-baik. Dari I’tikaf akhir Ramadhan di mesjid kampus cuma berdua, memprovokasi beliau untuk putusin pacarnya sehingga aku dibenci oleh para gadis-gadis belia di lettingnya, sampe manjat-manjat kampus teknik kayak maling -karena terkurung- untuk bisa shalat shubuh berjamaah…hehe.

Terlepas dari itu semua, yang ingin kuberitahukan adalah menurutku Johan Bastian adalah salah seorang manusia yang pantas untuk dijadikan teman. Johan bastian ini sejatinya orang yang baik dan baik, ia itu memiliki “baik” diatas rata-rata. Ia orang yang tak memiliki kepentingan apapun dalam pertemanan, selain menikmati “rasa” pertemanan itu saja. Meski kadang-kadang suka ngomel dan nyesal-nyesal sendiri namun ia tipe lelaki yang berhati lapang dan mudah menerima yang baik-baik.

Jika mengacu pada perkataan Umar bin Khatthab ra, maka aku telah berurusan dengan Johan Bastian ini dalam urusan uang, telah melalui perjalanan dengannya dan telah menginap beberapa hari bersama beliau. Sehingga Johan bastian ini juga termasuk salah seorang yang membuatku iri dalam hal “terlalu baik”nya dia, apalagi selama ini ia mampu berhadapan denganku yang keras kepala, sok tau, banyak ngomong, menjengkelkan, nggak mau kalah, sering nggak mau tau, pembual dan egois…. *Prokk,..prokk,.salut..salut,.terimakasih77x untuk kesabarannya bg jo…=))

Aku memang termasuk yang barangkali tidak cocok dan kurang bersepakat dengan pilihan dan gaya hidup Johan Bastian, namun kupikir-pikir itu adalah pilihan sadarnya untuk hidupnya yang harus aku hormati dan hargai selama tidak bertabrakan dengan prinsip-prinsip agama yang kutau. Ah bukankah ini pula kenikmatan pertemanan itu, yang tidak seharusnya selalu sama dan seragam. Sebagai teman dan sodara se-iman yang keras kepala barangkali aku cuma bisa mengingatkan dan mendoakan beliau semampu diri saja. Semoga Allah memberkahi setiap gerak langkah hidupnya…Jakallahu Khairan.

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau condongkan hati kami pada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Mahapemberi (karunia).” (Ali Imran: 8)


Kajhu, 30 Desember 2010.
Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali bin Teuku Muhammad Ali bin Teuku Muhammad Din bin Teuku Lon bin Teuku Lampou-u bin Teuku Bentara Balee bin Teuku Bentara Sumbrang.

Rabu, 15 Desember 2010

Merameeeet!!!

Hehe..lama tak bertegur-sapa kita ya, maklum aku lagi sok sibuk dikit ni. Inipun maksain diri untuk ngomel-ngomel biar kalian nggak kuatir dan bisa tentram. Oke, langsung aja ya, karena aku yakin kamu udah nggak bisa membendung rindu untuk segera mencelaku,..hehe.

Kemaren Alhamdulillah, setelah menjemput rejeki dari Allah di beberapa Kabupaten/Kota aku bisa-lah pulang istirahat ke Koeta Batee alias Blangpidie di Kabupaten Ksatria (nama Kabupaten Abdya jaman dulu) untuk ketemu adik-adik dan Ibundaku seorang.

Selain silaturrahim dengan kawan-kawan lama, badan dan hatiku kubawa jalan-jalan, menikmati apa-apa yang ingin kucoba untuk mengulang manisnya masa-masa muda dulu. Nah, salah satu yang sempat kulakukan kemaren adalah merameeeeettt!!(pake gaya power rangers)…=D

Meramet itu bahasa aceh, cuma sengaja kubuat keren biar gaul gitu..hehe. Apakah meramet itu anak-anak?Baiklah anak-anak, Meramet adalah istilah atau nama atau sebutan atau panggilan yang digunakan oleh orang dikampung kawan-kawanku di Desa Suak untuk pekerjaan menangkap Kire. Apakah Kire itu anak-anak? Kire adalah makhluk yang tidak mati yang jika demikian disebut makhluk hidup sehingga ia disebut Belut dalam bahasa Indonesia Raya. Maka Kire = belut. Mengertikah engkau kini anak-anak? Bagus.

Ntar aku akan bercerita dengan poto-poto yang sempat terambil. Sebenarnya agak susah mengambil poto sambil bergaya ketika kita sedang meramet, karena bisa membuat belut-belut lari. Mereka sensitif terhadap cahaya alias sedikit anti-popularitas atau barangkali pemalu gitu. Padahal kudengar-dengar gizi mereka sangat tinggi, cuma mereka sepertinya nggak mau pamer saja. Rendah hati ecek-eceknya. Oh alangkah mulianya engkau wahai belut.

Maka ketika meramet kita cuma bisa duduk dalam kelamnya malam di dalam semak-semak sambil bercengkrama hangat dengan nyamuk-nyamuk genit. Syukur-syukur jika tuan dan puan ular serta biawak tak datang berkunjung untuk menyapa hangat.
Dibawah ini kuhidangkan poto-poto detik-detik menegangkan ketika meramet. Semoga engkau terharu..hehe.

poto A:






Beginilah persiapan meramet. Pancingannya boleh dari batang bambu atau batang toge, dan umpannya adalah cacing yang dililitkan pada benang jahit. Ingat, cacingnya jangan di tumis atau di gulai, cukup cacing segar saja, jangan kamu sok-sok kreatif.
Pakailah pakaian yang tidak pantas disebut putih dan bersih, dan jangan sesekali memakai pakaian kantor, pake jas dan dasi, apalagi pake parfum! Dan yang lebih pantang jangan sampe nggak pake pakaian!!. Sebelum pergi minta ijin dulu ke ayah-bunda.

Kalo kamu tipe lebai yang suka pamer-pamer semua aktifitas di status fesbuk maka sebelum berangkat langsung apdet status fesbuk, misalnya, “Pergi Meramet, doakan saya ya” atau ”lagi meramet, jadi kangen kamu… “….*hehe hancooorr.

Jangan lupa baca Bismillah. Trus dengan hati yang yakin segera masuk ke kebun dan sawah-sawah orang untuk menuju sumber-sumber air atau sungai–sungai kecil dimana belut-belut sedang mejeng. Oh sungguh gaul belut sekarang.

Catatan penting, belut itu keluar dari apartemen dan kost-kostsannya diantara waktu azan magrib hingga waktu isya, atau paling maksimal hingga pukul 9 malam. Diatas waktu isya maka belut amat susah digoda meski dengan cacing berkualitas Eropa sekalipun. Jadi, jika kau ingin meramet maka usahakan shalat magrib di mesjid yang terdekat dengan lokasi meramet, agar tidak buang-buang waktu di dalam perjalanan.

Gambar B:




Tata cara meramet. Duduklah dengan tenang, tangan kiri memegang empang/goni/ ember/atau apalah namanya. Tangan kanan memegang pancing dengan lembut-gemulai. Pancing ini tidak memliliki mata kail, cacing yang utuh hanya dimasukkan ke dalam benang. Kedua ujung benang di ikat ke ujung kayu pancingan, sehingga bentuknya kira-kira seperti kalung yang berhiaskan badan cacing.

Belut akan akan tergoda dengan aroma cacing segar dan menggigit umpan dengan pelan-pelan. Ketika kita merasakan getaran lembut gigitannya kitapun mengangkat pancing juga dengan sangat pelan dan lembut. Belutpun tanpa sadar ikut terangkat. Sedikit saja ada sentakan maka belut akan lepas. Ini perkerjaan berseni tinggi dan sangat bermain perasaan.

Makanya ketika kau merasakan adanya getaran di tangan kanan maka tangan kirimu pelan-pelan langsung menyambut belut dari pancingan tangan kanan yang sedang diangkat dengan sangat pelan.

Sori jika poto-poto sesi ini sedikit, karena memang nggak boleh banyak berpose, eh, maksudku nggak boleh ada cahaya sedikitpun disini. Apalagi untuk melihat bagaimana si-belut diangkat ke atas, itu nggak mungkin. Tapi poto diatas minimal cukup memberikan bantuan untuk imajinasimu sehingga bisa menggambarkan posisi yang afdol ketika Meramet. Bersyukurlah engkau nak.

Ingat, ini semua terjadi dalam gelap gulita tanpa bisa melihat apapun, kita cuma mengandalkan perasaan saja. Huff,…hehe seru-seru menegangkan. Percaya-lah padaku sensasi getaran ketika belut menggigit pancingmu terasa hingga ke hati, seru!.

Next, Poto C:






Inilah beberapa jiwa belut yang dapat kami jemput dari kediamannya. Dalam keadaan yang masih segar itu para belut segera kami beri tindakan “tegas” demi terciptanya kedamaian. Darah itu merah jenderal Belut!! Bismillah.

Oya, belut ini meski berbadan sebesar jempol tapi bertenaga sangat kuat. Beliau juga memanfaatkan lendir dibadannya untuk kabur dari genggaman kita. Jangan sesekali kau memandang sebelah mata power si-belut. Maka salah satu tips untuk melemahkan tenaganya adalah dengan membalut dan menggosok-gosok di belut dengan batang dan daun Talas (Keladi). Ini memang tips dari orang kampung, namun tips ini berkerja sangat baik. Entah kenapa para belut menjadi lemah jika diberikan daun dan batang talas?entahlah, aku lupa menginterogasi belut-belut itu, mungkin lain kali.


oke, poto-poto nggak gaul D: next...







inilah cara alternatif cerdas untuk menghidupkan api kompor jika tak punya korek atau bom. Caranya mudah, ambil raket listrik yang digunakan untuk memanggang nyamuk-nyamuk yang manja dan sok akrab, trus ambil koran bekas atau daun pisang kering. Lalu,..kamu bisa lihat sendiri di poto kan. *trust me, it works!..hehe.

O-iya, yang berkaos coklat itu ketika lahir ia langsung dalam keadaan bayi dan diberi nama panggilan Jol. Beliau-lah pakar meramet yang mengajari dan membimbing kami ke markas-markas belut di kampungnya. Jol telah Meramet sejak kecil. Dia telah meramet dalam kondisi malam yang berhujan maupun malam yang tenang berbintang. Aku serius tak main-main. Jol dan meramet bak rembulan yang dibelah dua.

Jol juga begitu mengenal dimana lokasi-lokasi dan waktu yang tepat untuk meramet. Aku bahkan sempat berpikir apakah Jol merupakan manusia titisan pangeran belut yang turun ke bumi untuk mencari putri belut yang kabur akibat ingin di jodohkan dengan pangeran Mujahir oleh ortunya?Atau apakah ia Duta belut se-dunia? Wallahu’alam, yang pasti ia sangat lihai dalam hal ini. Dan aku juga kuatir akibat ulahnya yang sering menjebak belut menyebabkan ia telah sangat dikenal dan menjadi musuh nomor 1 di negara Republik Belut Raya.

Dan yang memegang raket nyamuk diatas dikenal sebagai Oden, mahasiswa ekonomi dan politikus muda yang pakar dalam hal bumbu-bumbu masakan. Urusan bumbu serahkan padanya, kau tak akan dibuatnya kecewa. Dalam hal bumbu-membumbu Oden-lah bintang gemintangnya. Ia-lah rujukan hati. Penentram lidah.

poto-poto gile E:,..







Hmm,..ini sesi seni dalam makan. Seni memasak dan memberikan belut akan rasa!! Wow!

poto2 F:





Hehe…ini sesi bergaya selagi menunggu gulai belut bumbu bebek rasa spesial matang. Sekedar info nggak penting, lokasi pondok ini di Kuta Tinggi di kampung Ayahku. Dan ini di pondok kolam ikan adikku. Poto ini diambil secara LIVE tanpa ada rekayasa dan make-up sebelumnya, sehingga kau akan mendapatkan suasana yang sangat natural dan asli tanpa editan kamera…hehe.

poto G::nexxtt...






Hooree,..masakan siaaapp!!hm…hehe no komen, kalian lihat-lihat aja-lah.

poooto H,..











Hehe,..nggak usah dijelasin lagi ya, kalian pasti udah tau gambar-gambar diatas lagi ngapain, ..hohoho.. hmm…laaazzziiisss, onde mande denden plik-u!!

oke de last poto:


Meramet diakhiri dengan bincang-bincang cabub-cawabub, tentang akhirat, perjodohan, perkuliahan, memori masa SMA, adu pantun dan rencana-rencana masa depan.

Hehe jujur, sebenarnya aku tak bisa menggambarkan bagaimana seru dan hangatnya kisah ini kepada kamu-kamu-kamu (pake gaya Charlie ST12). Yah, ini salah satu pertemuan dimana -aku atau kamu barangkali- tak kuatir tertawa jika ingin tertawa, bisa senyum-senyum dan mendengar tanpa berharap kepentingan apa-apa, bisa kritik-mengkritik sambil senyum-senyum, curhat tanpa ada beban, tak ada yang sok-sok jaga imej, atau sok merasa orang “gede”. Eh, sebenarnya omongan ini mulai agak melenceng sih, tapi nggak apalah, kan aku yang punya blog gratis ini,..hehe.

Rencananya pada minggu depannya agenda kami mau berburu sejenis rusa dan burung sambil menginap di gunung, namun belum tercapai asbab pada hari kamisnya aku tiba-tiba harus kembali ke Banda Aceh. Tapi klo ntar aku balik pulang ke rumah Ibundaku dan ada waktu berburu, insyaAllah akan kubualkan lagi untuk kamu-kamu-kamu…hehe. Udah dulu yo….salam Rinso.

Kajhu-Ulee Kareng/ 08 Muharram 1432 H-14 December 2010

Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali bin Teuku Muhammad Ali bin Teuku Muhammad Din bin Teuku Lon bin Teuku Lampou-u bin Teuku Bentara Balee bin Teuku Bentara Sumbrang.

Senin, 08 November 2010

Si-Cebol dari daratan Kajhu,..



Senin Maghreb . Kuk,.kukuruyuuuukk!,… kukuuuuuuuruyuk yuk yuk!,… kukukuku,.. kuku,. kuku,. ruuuuuuuuyuk,.. Kokokan ayam bersahut-sahutan. Terlihat dari bentuk kokokannya bahwa ayam sekarang telah berusaha mencari ide baru dan berimprovisasi dalam berkokok. Ini tentunya merupakan sebuah terobosan yang sangat menjanjikan dalam dunia tarik suara per-ayam-an. Sangat mengharukan. Lha, magrib kok ada Ayam berkokok fif?? Hihi suka-suka yang nulis-lah.

Aku baru saja mencicipkan kaki di rumah dan azan magrib yang memanggil di mushalla di komplek baru saja selesai. Muazin di mushalla bermurah hati memberikan peluang bagi jamaah untuk shalat sunnat terlebih dahulu, dan tak lupa memberiku kesempatan untuk minum dan ganti baju. Oh terima kasih Muazin di komplekku, engkau sungguh berakhlak terpuji lagi berhati mulia. Aku terharu padamu. Aku juga tersanjung VI.

Aku tiba di mesjid ketika imam sedang membaca surah Al-Fatihah. Eh, lebih tepatnya aku tidak tau beliau sedang membaca surah apa, beliau membaca dengan sir (samar), karena cuma ada 1 orang jamaah di mushalla. Hm,..apakah satu orang boleh disebut jamaah??ah aku tak membahas bab itu dulu kali ini. Ya, rupanya muazin yang berhati mulia tadi sedang merangkap jabatan dalam shalat magrib kali ini. Beliau menjabat sebagai Muazin dan Imam sekaligus dan juga makmum sekaligus. Namun aku segera bergabung dengan beliau sehingga jadilah kami shalat berjamaah yang sempurna menurut jumhur ulama. Alhamdulillah. Yah, bukannya mau pamer, cuma kuharap kamu tak iri hati melihat aku bisa shalat berjamaah.

Di mushalla tadi sebenarnya juga ada beberapa anak-anak yang sangat tertinggal jauh dari status balig. Mereka ke mushalla memang tidak berniat untuk shalat tapi hanya untuk menghadiri meeting dengan kawan-kawannya yang lain. Imam membaca Surah al-Qur’an sedangkan mereka berlemak-gosip di belakang hijab, di tempat yang biasanya diisi oleh muslimah yang sudah beriman di komplek ini.

Sewaktu aku tiba di mushalla tadi memang sempat kusapa mereka. Bukan mau sok ya, tapi karena Nabi juga nyapa anak-anak jika Beliau sedang melewati mereka. Yah, ini bukannya mau pamer, cuma kamu kuharap jangan iri hati dengan yang telah kuperbuat.

“eh, gak shalat ni?”aku bertanya pelan.

“iya bang,.” Beberapa orang lelaki cebol ini menjawab kompak tanpa melihat ke pemuda yg bertanya tadi. Pemuda itu dicuekin mentah-mentah. Akupun berusaha untuk sabar nan tabah. Bukan mau sok ya, tapi Qur’an dan Nabi juga menganjurkan agar kita bisa banyak-banyak belajar sabar dan tabah. Yah, ini bukannya mau pamer, cuma kuharap kamu tak iri hati karena aku tadi juga berusaha untuk bisa sabar.

Namun fakta yang terjadi di depan mataku adalah bahwa hingga shalat magrib selesai mereka masih sibuk dengan gosip-gosip dunia mereka. Shalat selesai, gosip merekapun selesai. Bubar. Mereka langsung berpencar mencari sesuap nasi di rumah orangtuanya masing-masing dan sangat tidak mungkin mereka mencari sesuap nasi ke rumahku. Aku menebak jika para orang tua mereka bertanya begini,“darimana nak? Udah shalat??” Mereka akan menjawab dengan yakin dan pede, “ini baru ja dari mushalla mak,..mak makan.” Jawaban yang sangat bulus dan licik bukan?.

Ketika aku keluar dari mushalla rupanya masih ada seorang pria cebol yang belum balig tadi dengan tinggi badan tak lebih dari sepinggangku duduk di tangga mushalla. Kawan-kawannya yang lain telah pulang, dan ia masih tercecer di mushalla. Ketika melihatku keluar ia bangun melihatku.

“ ini Honda abang??keren bang ya” ia menyapaku. Dan entah kenapa sore ini aku ke mushalla pake sepeda motor, padahal jaraknya cuma beberapa ribu jengkal kaki kecoa. Biasanya juga jalan kaki. Oh iya, di Aceh, “Honda” itu merupakan panggilan sayang untuk seluruh jenis sepeda motor.

“iya, keren ya. Klo abang keren gak??kutanya ke pakcik cebol itu sambil memakai sandalku.

“eh? hehehe,..honda abang yang keren.” Dijawabnya sambil melihatku sepenuh muka dan badannya. Mungkin ia tak menyangka akan bertemu dengan pemuda aneh yang norak. Ketika pakcik cebol ini nyengir maka tersingkaplah kebenaran yang tak bisa dibantahnya. Bahwa ternyata giginya telah banyak yang berguguran meninggalkan sarangnya. Ompong.

“jeh??”aku belum terima jawaban si-cebol, meski sambil tersenyum-senyum melihat giginya.

“bang, antar saya pulang-laaah” pakcik cebol itu tiba-tiba mengajukan penawaran.
“hah, antarin??kitakan nggak kenal??”apa-apaan anak cebol ni. Baru kenal langsung ajak-ajak ke rumahnya kayak keong racun saja. Sori-sori jek! Huh, jangan-jangan pujian untuk motorku tadi juga adalah sekadar basa basi dalam diplomasi saja. Bagooeess!!.

“alaaah abang ni, rumah saya dekat,..tu,..dekat itu,..” ia tunjuk-tunjuk ke-arah rumahnya.

“antarlah bang,...” Ia meminta lagi.

“kenapa mesti abang antar?”

“takut saya bang”

“hah? Takut apa?”

“antarlah bang,.”

“yaudah, yok naek,..”

“cihuyy, naek motor kereeennn,..”pakcik cebol itu langsung kegirangan dan menaiki motorku.

“eh, klo abang keren gak?” Aku bertanya lagi. Si-cebol cuma diam tanpa memberi sinyal akan menjawab pertanyaanku. Pertanyaan terakhirku ini tak dipedulikannya. Huh, memang kurang asem ni bocah. Dan kami pun berboncengan. Kuharap kau tak iri hati ya, karena Nabi kita juga pernah membonceng anak-anak dengan Untanya. Bukan mau pamer sih, cuma kuharap kamu tak iri hati saja hehe.

“rumah saya di ujung tu bang, yang ada kios” ia menunjuk-nunjuk. Tapi tak kupedulikan.

“memang kenapa takut pulang?”

“eh, emang abang gak taauuu??”

“nggak tau apaan?!!” aku kaget.

“klo magrib tu banyak jin di lepas bang!!” katanya dengan nada yang sangat serius. Aku mau mati-mati ketawain bocah cebol ini. Tapi karena ia bercerita dengan serius dan pelan maka aku cuma nahan-nahan ketawa. Menghormati gitu-lah,..

“hah? oya? jin dilepas??”

“iya-e bang,..” pakcik cebol yang membaca aja belum beres itu benar-benar serius.

“oooh, gitu ya, jadi jinnya dikurung dalam kandang gitu ya, klo udah magrib di lepas, kayak bebek aja,..”

“eh, hehehe,..” dia cuma ketawa ‘hehe’. Dan akupun jadi ikut ‘hehe’. Kami berduapun ‘hehehe’.

“klo abang keren gak?” tiba-tiba aku bertanya gak nyambung lagi.

“eh? hehe,..” dia cuma ngasih ‘hehe’ lagi. Dan akupun lagi-lagi ikut ‘hehe’. Kami berduapun lagi-lagi ‘hehehe’. Bukan mau pamer sih, cuma kami ngobrol dengan akrab saat itu, bak Ayah dan anak lelaki pertamanya. Yah, kuharap kau tak iri hati saja ye.

“ stoopp bang,..stoop,..ni kioossnya!!” dia sedikit teriak kayak nyuruh berhenti sopir labi-labi (angkot). Aiiih.

“eh, disini ya rumahnya?”

“iya bang,..ini kios Bang Apri, ini yang namanya kios B-a-n-g A-p-r-i, bang!!” pakcik cebol ini sedikit berteriak dan mendikte gitu, seolah-olah klo aku salah membaca nama kiosnya maka bakal dicambuk oleh satpol PP. Dan terkesan seolah-olah kios ini udah terkenal seantero Aceh. Gayanya bikin aku mau melempar pakcik cebol ini ke keranjang Bola Basket trus kuikat kakinya untuk dijadiin umpan pancing ikan di jembatan lamnyong. Tapi aku masih tetap bersabar, yah, bukannya mau pamer sama kalian ya, tapi ya begitulah…=)

“oh ini kios bang Apri ya,..” aku mengangguk takzim sok menghormati untuk meladeni gaya bocah cebol ini.

“bang Apri tu siapa??”

“bang Apri tu ayahku bang!!,..” si-cebol ini menjawab dengan suara yang setengah berteriak dan menganggap aku layaknya anakmuda yang SMU-pun belum tentu bisa lulus, sehingga seolah dia memintaku untuk menjaga sikap serta etika ketika bertanya dan menyebut nama Ayahnya. Kurang ajaarr! Ia melenggang-bayam-kangkung masuk ke pagar rumahnya di samping kios tadi.

“oooh bang Apri kepala lorong itu kan,..oh ini rumahnya??”

“iya bang,..hehehe” gigi pakcik cebol yang telah berguguran itu terlihat lagi olehku. Aku baru ingat bahwa bang Apri ini merupakan pejabat tertinggi di lorong kami. Kepala Lorong nama jabatannya. Bukan sembarang jabatan. Dialah jagoan lorong kami yang siap memantau dan mencium segala hal perkara yang bisa mengganggu ketentraman lorong. Sungguh bang Apri adalah kepala lorong idaman para janda-janda dan anak-anak yatim. Aku mengenal bang Apri karena beliau sering ke rumah untuk mengabarkan pesan-pesan suci hasil musyawarah kaum di komplek kami. Terutama pesan suci untuk menghadiri gotong royong komplek.

“okelah, abang pergi ya,..”

“iya bang,..”si-cebol langsung masuk kerumahnya tanpa mengucapkan terimakasih sepeserpun kepadaku. Mungkin bocah cebol ini pikir aku adalah hamba sahaya Ayahnya di komplek ini, maka sudah sangat wajar jika aku mengantarkannya pulang dengan selamat terhindar dari gangguan jin yang dilepas selepas Magrib. Awaslah kau bocah!.

Sewaktu pulang kembali ke-rumah kost aku ketawa sendiri melihat gaya sok paten si-cebol tadi ketika menyebut Ayahnya. Sejenak ia membuatku iri. Si-cebol ini mengingatkanku pada Ayahku yang telah meninggal. Dan aku dibuatnya rindu. Besok adalah hari raya Idul Adha dan rindu kepada lelaki yang kupanggil Ayah itu semakin menjadi-jadi…


15 November 2010/ Kajhu.
Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali bin Teuku Muhammad Ali bin Teuku Muhammad Din bin Teuku Lon.

..…a man’s dream will never die




Tak ada kata lagi, Onepiece sudah terlalu keren,.terlalu kereeen gilaa!! Yang bahkan aku sampai tak habis pikir, sebagai lelaki periang aku tak manyangka bakal melinangkan airmata dan merinding dengan banyak adegan di dalamnya…hehe.

Oda sensei sudah terlalu over, terlalu over kerennya,..hihihi

Waktu lutfy membakar bendera pemerintahan Dunia di Pengadilan Dunia buat nyelamatin Robin, waktu nolong Nami melawan Arlong, Perpisahan dengan Going Merry, pertengkaran dgn Usoop, waktu Zoro menahan luka sebagai tumbal di pertarungan melawan Kuma di pulaunya Gecko Moria untuk melindungi kawan2nya yang lain, waktu perang nyelamatin Ace, alaaahh banyak-lah pokoknya yang bikin tersentuh merinding,..ini belum lagi ngomongin karakter2 tokohnya yang kaya dan gk pernah terbayangkan, keren-keren, trus juga kocak dan humornya yang sangat natural bocor dan bikin ketawa minta ampun,….hihihi

OnePiece, sudah terlalu siiiippp pokoknya!!

Oda Sensei, anatawa genius desu!!,.hihihi

…a man’s dream will never die- Eiichiro Oda/onePiece volume 24

Puisi dari Buya Hamka untuk M. Natsir

Puisi ini ditulis oleh Buya HAMKA dalam salah satu sidang konstituante, setelah mendengar pidato M.Natsir.


Kepada Saudaraku M.Natsir

Meskipun bersilang keris di leher
Berkilat pedang di hadapan matamu
Namun yang benar kau sebut juga benar

Cita Muhammad biarlah lahir
Bongkar apinya sampai bertemu
Hidangkan di atas persada nusa

Jibril berdiri sebelah kananmu
Mikail berdiri sebelah kiri
Lindungan Ilahi memberimu tenaga

Suka dan duka kita hadapi
Suaramu wahai Natsir, suara kaum-mu
Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi

Ini berjuta kawan sepaham
Hidup dan mati bersama-sama
Untuk menuntut Ridha Ilahi
Dan aku pun masukkan
Dalam daftarmu …….!



(hm,,..ini baru puisi yang manteepp, bgitu mbakar,..)

Bintang dan Bulan.

Kuperhatikan bulan malam itu.

Dan terpikir,

Aku bertanya padaku.

Tahukah kau, mengapa bintang tak pernah melarang kepergian rembulan?

aku tak tahu.

Sepertinya bintang sengaja.

Oh ya? Sengaja bagaimana maksudmu?

Iya, ia sengaja ingin merasakan nikmatnya penantian untuk bertemu rembulan lagi nanti.

Aku belum mengerti.

Ia sengaja melahirkan penyakit kecamuk menahan-nahan rindu untuk dirinya sendiri.

Apaaa??

Ini perpisahan yang direncanakan.

Untuk merindukan sebuah perjumpaan…



Affif Herman/suatu malam di kajhu.
(huff mudah2n ini tergolong dalam puisi,..hehe)

Bingung bikin Ngapain sedang

Sabtu ini punya hari. Hari ini masih dibikin pagi. Pagi itu tandanya matahari masih ramah. Kubilang ramah itu bermaksud dingin. Dingin itu kumaksud tidak panas. Kau jangan banyak tanya, jangan manja.

Duduk aku sendiri disitu. Dimana?diteras rumah. Dimana itu? Di kajhu. Siapa yang bertanya “dimana?” tadi? Aku tadi yang bertanya. Aku duduk diteras karena memang aku mau duduk di teras. Terus, mengapa sendiri?kupikir tak usah kubahas mengapa aku sendiri. Karena aku juga tak mau membahas mengapa aku mendapati sendiri sehingga masih sendiri.

Aku sedang bingung. Yang sedang bingung itu aku. Mengapa aku sedang bingung?sedang bingung mengapa aku juga belum tahu. Perlukah kubahas mengapa aku bingung sedang?sepertinya tidak usah dibahas saja, karena aku sedang bingung harus membahas apa yang membuat aku sedang bingung. Kau sedang juga bingung? Plis jangan sok-sok sedang kompak. Maksudnya sedang kompak bingung denganku.

Akibat bingung aku menjadi sedang melamun. Yang sedang melamun itu saya. Saya itu sama dengan aku. Dan dalam sedang melamun kubikin otak mencari kegiatan. Dan kegiatan itu menyebabkan kuambil hape yang ada pulsa. Dan hape yang ada pulsa mengakibatkan aku bisa mengirimkan SMS ke beberapa kawan. Kubikin hidup hape. “Bikin hidupkan” seolah-olah terdengar aku bisa bikin hidupkan apapun. Padahal aku cuma bisa bikin hidup dan mati pada tivi, hape, kompor, radio atau leptop. Hidup-mati itu On-Off bahasa Inggrisnya. Mengapa On-Off?itu aku bukan punya urusan. Sehingga tak perlu kubahas.

bro, rampok bank Muamalat Lampriet yang di depan Haba Café yokk??” Itu aku yang memijit tombol-tombol hape, yang mengakibatkan keluar kata-kata dilayar hape. Mengapa memijit hape bisa akibat keluar huruf-huruf?tak perlu kubahas. Tak perlu kubahas mengakibatkan kau meremehkanku karena kau anggap aku tak tahu apa-apa bukan?iya aku sebetulnya memang tak tahu. Yang tak tahu itu saya. Saya itu sama dengan aku. Mengapa aku tak tahu?karena aku tak tahu. Sehingga kayaknya tak perlu kubahas.

Kupijit “Sent”. Mengakibatkan kalimat diatas hilang. Dan terkirim. Dan kalimat itu sampai ke hape kawan yang ku tuju entah dimana sekarang dia. Dan siapa yang kutuju yang mengakibatkan kalimat itu dibaca olehnya?banyak. Banyak itu berarti rame. Rame itu lebih dari 2 orang manusia.

Dan smsku dibalas. “ente sakit kepala, bro??” itu kalimat yang masuk ke hape saya. Saya itu aku. Yang bikin balasan itu kawanku. Dari kawan salahsatu yang kukirim tadi. Mengapa kalimat itu bisa masuk ke hapeku yang tak punya jendela dan pintu?terus terang aku tak ambil pusing. Karena aku sedang bingung. Karena sedang bingung itu membuat bingung. Mengakibatkan aku tak tahu mengapa kalimat dari kawanku bisa masuk ke hapeku.

Aku pijit dia Sms lagi. Maksudku, aku membalas Sms untuk kawanku lagi. Bukan aku adalah “Pijit” dan dia adalah “SMS lagi”. Masak sampe ke ayat itu harus kuajarin.

Kantor gubernur dijual gk?”. Sent.

Klik. Itu bunyi hape waktu kupijit. Kuberitahukan kau agar tak heran. Agar kau tahu. Dan agar kau tak bertanya-tanya. Dan menyebabkan kau mengira aku orang baik-baik. Dan menyebabkan kau menyampaikan ke calon istriku bahwa aku sehingga beliau juga mengira aku orang baik-baik saja. Normal-normal saja. Dan menyebabkan aku tersipu-sipu siput.

Menyebabkan ada yang membalas smsku. Ada yang tidak membalas akibat mencium aku mulai tak beres. Yang tak beres itu aku dituduhnya. Ya sudah, aku kasih bikin tabah diri meski dituduh. Akibat kukasih tabah maka aku sehingga sabar. Sehingga sabar membikin aku senyum-senyum. Mengapa aku senyum-senyum itu karena memang aku mau senyum-senyum. Inilah diriku dan itulah diri kamu. aku disini kamu disitu. Aku ini-itu. Kamu itu ini.

Aku ini-itu. Kamu itu ini. Menyebabkan kamu tak boleh memaksaku untuk sama sepertimu. Aku hidup berlatar berbeda denganmu. Ayah-Bundaku bukan Ayah-Bundamu, termasuk nenekmu bukan juga untukku. Sehingga aku tak mesti harus bikin se-pemikiran denganmu selalu. Tak mesti berpakaian seragam denganmu selalu. Tak mesti se-partai, se-kelompok, se-organisasi denganmu selalu. Sehingga kita bukan robot yang harus selalu sama. Yang kumaksud disini muamalah saja. Bukan Akidah. Jangan sampai menyebabkan sehingga kau salahsangka.

Sakit hati makanya kadang datang ketika kita terlalu mengharapkan orang lain harus sama seperti kita. Maksudnya kita suka menuntut orang lain harus begini-begitu. Ketika itu tak tercapai dan tak diikuti, kita punya hati marah suka. ”Mengapa kau tak ikuti kata-kataku?!! itu kau salah, ini kau salah!!” begitu kita jika marah berkata. Marah bikin kita hati suka benci. Benci bikin kita amal suka tidak adil. Kita bikin diri tak adil akibat karena mereka tak sepaham, tak sepemikiran, tak se-ras, tak se-partai, dan karena akibat tak,.tak,.tak,.yang lain. Sehingga kita benci sering.

Mari aku lihat diri sendiri itu. Kamu lihat kamu itu sendiri. Di kaca rumah masing-masing. Akibat bukan dari api kita dibuat maka bolehlah marah tak usah jika sedikit berbeza. Akibat dari air hina kita punya awal dicipta maka bolehlah sedikit bijak berendah diri. Jika aku benar maka kau belum tentu salah. Sehingga kau salah maka aku belum tentu benar. Maka indah pula pelangi Allah yang bikin itu berbeda warna bukankah. Warna warni kita sering sebut namanya itu.Seperti taman bunga juga. Indah sekali bukan dibuat-buat.

Aku baiklah demikian saja sedang bingung. Bingungku sedang ini mudah-mudahan tak membuat Menteri Perekonomian menjadi kuatir bimbang dan ragu. Kuatir dan bimbang karena belum ada lowongan Menteri untukku. Mudah-mudah Menko tak bunuh diri merasa bersalah akibat tak bisa membalas jasaku. Menyebabkan dia menjadi menteri karena aku memilih presiden saat pemliu. Presiden terpilih menyebabkan dia menjadi menteri. Menyebabkan dia merasa punya hutang padaku karena aku yang memilih presiden, karena aku rakyat. Oya, pak Menko, jika tak bikin sibuk, mohon salamku kirimkan ke Sekda Propinsi Kaltim. Siapa Sekda Propinsi Kaltim itu?sepertinya tak perlu kubahas. Karena aku sedang bingung. Dan menyebabkan aku tak tahu siapa sekda itu.

Dan pak Menko, mari kita berdoa, mudah-mudahan orang miskin di dunia bisa segera makan 3 kali sehari. Dan bisa ada waktu liburan dengan istri dan anak-anaknya. Dan ada waktu ngajarin anak-anaknya shalat dan mengaji. Dan bisa membeli pakaian bagus untuk istri dan anak-anaknya. Dan anak-anaknya bisa ikut les ini-itu. Terimakasih ini-itu saja aku kasih tulis. Aku bikin jari berhenti mengetik. Mengapa?tak perlu kubahas.

Salam perdamaian! Salam TVRI!!


Affif Herman bin Hanifuddin Ali bin Herman Hanif
07 November 2010/Kajhu dibikin nama punya desa, entah mengapa desa ini berada di propinsi Aceh. Takdir.

Lg teringat gaya tulisannya Pidi Baiq di bandung, dan jd pengen lagi kesana. Kesana lg itu ke kebun Stroberi maunya. Maunya poto2,..hehe.

Kubuat laptop mati. Klik. Begitu bunyinya…=D

Kamis, 28 Oktober 2010

Ander-Estimet

Ahad pagi. Karena sama-sama lelaki aku tak terlalu memperdulikan bujang yang dalam pandanganku “nggak jelas” itu. Tak ada peluang diantara kami untuk saling jatuh hati (ya-eyalah!). Dengan oblong yang sangat merindukan Rinso dan Byclin pemutih itu dia datang dari arah yang berlawanan denganku. Oh ya, dia memakai celana tanggung coklat yang menutup lutut saja, sepertinya sih bau.

Matanya merah akibat miskin tidur alias pengikut fanatik “jamaah begadang”, dan dihiasi muka yang tidak semulus Brad Pitt, tentu tak perlu kujelaskan lagi, berminyak. Rambutnya acak-acak runcing khas ala “telat bangun tidur” plus dipadan dengan desain kumis pendek yang bertaburan seenak jidatnya dibawah hidung diatas bibir. Fakta-fakta diatas membuatku harus mengambil kesimpulan yang berat dan menakjubkan, bahwasanya ia pasti seorang lelaki yang belum diurus oleh seorang muslimah beriman secara halal! ehem,…

Sepeda motor Supra yang juga sudah uzur ia kendarai sambil merokok. Banyak gaya. Huh, aku semakin nggak respek, bahkan ekor matakupun malas melirik. Buang-buang waktu pikirku. Di hari semangat sumpah pemuda palsu negeri antah berantah begini masih ada juga bujang-bujang lapuk yang lepas berkeliaran. Apa kata duniaaa??! Menpora harus bertanggung jawab akan hal ini.

Namun tiba-tiba, pemuda yang jadi ghibahan hatiku diatas mendekatiku dengan motor uzurnya. Karena lagi santai aku memang mengendarai motorku dengan santai sehingga mudah di susul, kalau lagi buru-buru aku akan mengendarai motorku dengan buru-buru. Kalau lagi tidur, aku tidak akan mengendarainya sambil tidur.…hehe

Ehem, maaf, beck tu our topic. Fokus,..fokus,..

Dia mendekatiku pelan. Aku semakin malas bersapa-ria. Huh.

“Bang, cagak motor abang,..” ia tersenyum lembut mengingatkan sambil matanya memberi kode ke arah cagak motorku yang masih tegak dan bisa membahayakanku itu.

Jleb! Perbuatan baik pemuda yang kuanggap ‘nggak jelas’ tadi menancap daleeem!

Apa??!dia mengingatkankuuu?! Aku tak percaya. I- ini tidaak mu-mungkinnn??! Ti,..ti-tidaaaaaaakkkk!! Ternyata dia adalah pahlawan cagak sepeda motor yang berhati mulia!! Tak kusangka-kira.

Pemuda itu langsung cabut dengan motor supra uzurnya. Aku teringat mie pangsit (gk nyambung!, maaf). Aku tersenyum malu getir sendiri, salah-tingkah, sambil menaikkan cagak motorku. Bahkan aku tak sempat berterimakasih ke pemuda yang telah kuejek-ejek setengah mati diatas. Aku merinding. Astaghfirullah7x!!!

Aku dihantui dan disepak rasa bersalah. Aku telah menghina-dina si-pahlawan cagak tadi dengan lezat di dalam hati, dan bahkan tadi sampai tak mau meliriknya. Dan tanpa mengharapkan apa-apa ia datang untuk mengingatkanku. Ooomaaaaann, aaarrggghh,,.malu, aku betul-betul malu pada diri sendiri dan Menpora.

Alahai, aku tadi begitu terlanjur menikmati betapa Yummy-nya merendahkan pahlawan cagak diatas dengan pandangan sebelah mata, hirupan sebelah hidung dan pendengaran sebelah telinga, cuma karena penampilannya yang ‘nggak jelas’ di lihat mata. Aiih, ya Allah, sepertinya malaikat telah mencatat perbuatan hatiku di atas dan mencatat kebaikan si-pahlawan cagak tadi, dan tak mungkin aku berharap Malaikat silap atau tertukar dalam mencatat. Waaahh, gawat, habislah kito,.. Huff.

Hah, adakah kau perhatikan perangai burukku diatas?? Padahal begitu banyak teori berpikir positif yang telah kubaca. Aku juga benar-benar tahu istilah-istilah “jangan menilai seseorang dari cover”nya, “no body is perfect” atau yang sejenis . Atau aku juga dengan mudah bisa menuliskan kata-kata bijak dan manis di jejaring sosial Facebook atau di tulisan-tulisan. Namun, demi Allah, teori-teori tersebut kalah telak, menggelepar tak berdaya, ketika berhadapan dengan realitas saat itu.

Dengan kejadian tadi aku juga bisa dikenakan Pasal berlapis, yaitu; Mengkhianati Etika Ber-ukhuwah Sesama Muslim dengan sengaja! Dan juga terjerat dengan ayat “..maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa (An Najm; 32).” Uuuggghhh…

Bahkan tanpa ada yang mengundang, matematikawan jenius peraih nobel, John F. Nash, datang menyindirku, “Afif, Perhaps it is good to have a beautiful mind, but an even greater gift is to discover a beautiful heart.” Tanpa ampun pepatah lokal yang telah dimodifikasi juga ambil bagian menghinaku,

”tak akan lari gunung di kejar.” Eh? maaf, bukan itu. Tapi pepatah yang ini,

“wahai anak kampung, kuman di seberang lautan tampak olehmu, tapi gajah dipelupuk mata tak tampak, banyak-banyaklah ngaca diri, jangan memberi kaca ke orang lain!”. Aiihh,..aku tertunduk.

Tak mau kalah, pepatah Arab juga nimbrung mengatakan, bahwa,…….” (aarrggghh,…stooopp,..stop,..stoooppp!! tolonglah hentikan pepatah-pepatah yang menyakitkan ini!!plisss,.pliss!,..)

Rasa bersalah ke pahlawan cagak dan kepada Menteri Pemuda-Olahraga lagi-lagi menikam hatiku dari belakang. Jleb! Jleb!.. berkali-kali. Berkali-kali.

Huff.

Curhat hari ni sekian.

Kajhu, Ahad, 31 Oktober 2010

Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali.


dibawah ini contoh bentuk poto penyesalan yang mendalam,..hehe

Kepiteng,..

“praankkk,..prenkk,..jreengg,..bukk!!” piring dan gelas melakukan lompat jauh.

“abangda manis udah nggak sayang dinda lagi!!” raungan emosi seorang gadis muda sambil melempar gelas ke dinding sekehendak hatinya bak melempar bola kasti. Meskipun terlihat sangat marah tapi sepertinya ia belum rela berpisah dengan pemuda di depannya. Ini terlihat dari cara gadis ini yang masih memanggil pemuda itu dengan sebutan “abangda manis”. Ah sepertinya ini marah yang disengaja, marahnya wanita. Atau apakah ini yang namanya marah cinta?? Ah, aku tak tahu,..

“di-dinda di hatiku seorang, tenang dul-u,..” pemuda itu mencoba berdiplomasi dengan panggilan yang tak kalah noraknya seolah sedang berakting ala sinetron Vietnam.

“ngggaaaaaaaaaaaaakkkkkk!!! Abangda udah nggak sayang,.ngggaaakkk,..nggaakk!!” diplomasi pemuda itu gagal. Ia diam. Bingung.

*Pemirsa, rupanya kita sedang berada di dalam perperangan rumah tangga pasangan muda. Jadi mari kembali kita saksikan dengan seksama agar ini menjadi pelajaran bagi kita nanti,..hehe.*

Suasana begitu mencekam. Semut-semut merah di dindingpun diam terpaku menyaksikan sepasang kekasih yang masih muda ini. Suhu ruangan juga terasa bertambah panas sehingga cicak-cicak yang biasanya beraktifitas lalu lalang hanya berani mengintip dari celah-celah plafon tanpa berani berbunyi, jelas mereka tak mau jadi sasaran lemparan piring dan gelas dari seorang istri yang barangkali sedang dibakar cemburu ini. Kali ini semut merah dan cicak kompak tutup mulut agar nyawa tak melayang.

“wahai rembulan di hati abangda seorang,..sebenarnya abangda,..” pemuda itu tak mau menyerah mencoba untuk bicara. Tetapi tetap norak.

Gadis yang merupakan istrinya tersebut berakting menutup kuping dan mata. Ia tak memberikan kesempatan suaminya yang sedang sok-sok merayu di depannya. Kali ini rayuan tak mempan baginya, tapi walau demikian, jujur di dalam hatinya ia tersenyum habis-habisan karena dirayu suaminya. Aiihh2,..

Pemuda itu lagi-lagi terdiam.

Bingung lagi.

Hening.

Suara detik jam dinding merek Seiko pun terdengar. Semut dan Cicak tegang tak berkedip.

Melihat suaminya tak merayu lagi dan terdiam, si-perempuan panas lagi. Menyalak dengan keras semirip Titi Dije yang jempol kakinya sedang tergilas Bus.

“abangda selalu egoiiisss!! Abangda penyejuk mataku selalu nggak mau mendengar penjelasan dinda!! Abangda,.,…udah nggak sayanggg adinda lagiii!!” air matapun ia tampilkan senyata mungkin, sehingga membuat suami nya makin salah tingkah. Dibebani rasa bersalah yang mendalam sedalam-dalamnya.

“iya, tetapi dindaku seorang, masalah hukum kepiting itu masih banyak perbedaan pendapat ulama di dalamnya! Mohon berikan abang kesempatan untuk menjelaskannya” pemuda itu langsung mengambil kesempatan berbicara.

Ia pegang dengan lembut tangan istrinya. Perempuan itu menarik tangannya dengan membuang muka, acuh. Pemuda itu memegang lagi tangan istrinya biar keliatan seperti di telenovela-telenovela. Namun istrinya menarik lagi tangannya. Pemuda itu bingung. Istrinya senang. Oh Tuhan.

Hening.

“tolonglah, dengarkan adinda sesekali abanda sayang!!” istrinya juga tak mau kalah noraknya. Pemuda itu tak bergeming, ia menatap istri didepannya. Ia mencari-cari kemana dan apa kira-kira keinginan istrinya tersebut.

“Abangda, kepiting itu hidup di dua alam, alias hewan amfibi. Abangdaku, di fiqih, untuk hewan amfibi ini disebut dengan istilah barma’i sehingga beliau merupakan hewan yang haram dimakan. Haram wahai abangda!!”

“tetapi dalil-dalil yang digunakan untuk mengharamkan hewan amfibi belum kuat wahai adinda belahan jiwaku seorang,..”

“abangdaaaa!!! Adinda rembulan di hatimu ini belum selesai bicaraaa!!,..tuh kan, abangda udah nggak sayang adinda lagi,.!!!”

“ah iya, lanjutkanlah,...” si pemuda norak itu jadi stres. Makan hati.

“nah, keharaman akan hewan amfibi banyak dibahas di buku-buku fiqih, abangda,..di kitab Nihayatul Muhtai-nya Imam Ar-Ramli yang berasal dari kalangan mahzab As-Syafi’i dengan tegas bilang bahwa hewan yang hidup di dua alam, air dan darat itu haram. Tahukah engkau hal itu abangku?”

Perempuan itu memandang suaminya yang dari tadi diam dan kelihatan sabar mendengarkannya. Kini ia yang memulai menggenggam tangan suaminya itu. Sambil tersenyum ia berkata lembut,

“abangda, dinda mengerti niat baik abangda membawa pulang se-goni kepiting ke rumah, namun salah seorang ulama kita, Yusuf Qardhawi bilang, bahwa niat yang baik tidak dapat membenarkan yang haram…”

Hening.

“dindaku, rembulan dan melati yang harum mewangi sepanjang detik di hatiku,.bolehkah kini abangda berbicara?” dengan rayuan yang lagi-lagi norak minta ampun si-pemuda mencoba bersuara. Istrinya memasang ancang-ancang untuk kembali meraung. Tetapi rayuan super gombal tadi cukup mampu menahan raungannya hanya sampai di pangkal tenggorokan. Ampun dah.

“Kepiting hanya bernafas dengan insang, dinda. Beliau tahan hidup di darat selama 4-5 hari karena insangnya menyimpan air. Tanpa air kepiting akan mati, adinda, beliau itu tak bisa terlepas dari air, tak bisa...”

Perempuan itu lumayan kaget mendengar penjelasan suami semata-wayangnya itu. Ia simpan dulu sementara emosinya. Ia mulai sedikit mau mendengarkan.

“Bapak Dr. Sulistiono yang merupakan ahli dari Fakultas Perikanan dan Kelautan di Institue Pertanian Bogor (IPB) bilang bahwa kepiting bukanlah hewan amfibi, dinda. Formula fiqih yang adindaku jelaskan diatas memang benar adanya, namun tidak berlaku untuk kepiting…adinda tidak salah, namun menurut abang, mungkin barangkali dinda sedikit keliru menggolongkan pakcik kepiting ke dalam hewan amfibi,..” Pemuda itu memandang lembut istrinya. Ia menjaga-jaga kata jangan sampai istrinya emosi ala Titi Deje lagi.

Perempuan itu mulai berpikir.

“adinda,..bukankah asal segala sesuatu dan kemanfaatan yang diciptakan Allah adalah halal dan mubah, kecuali ada nash yang shahih dan tegas dari Allah yang mengharamkannya,...iya kan?? Pemuda itu menggantungkan pertanyaan. Istrinya mengangguk pelan, sepakat.

“maka hukum asal kepiting kembali ke asalnya yaitu halal, dan ini dikuatkan oleh fatwa Majelis ulama Indonesia kita lho…”

Perempuan itu tertunduk sebentar, ia berpikir.

Hening

Dan tiba-tiba, si-perempuan itupun memeluk suaminya sambil menangis-mewek layaknya pilem-pilem ABG korea. Semut-semut dan cicak pun berpelukan berurai air mata.

“oh abangda,..”

“Adinda,..” (berlari-lari dengan adegan slow motion dan berpelukan kayak sinetron2 lebai)

“udah,.udah,.jangan nangis lagi, ntar abangda Spider belikan buku sama jilbab baru dah,…” si pemuda yang ternyata bernama Spaiydermen ini menenangkan istrinya.

Si-istripun tersenyum senang kemenangan, sambil membuat lambang V alias victory dengan jarinya ke arah semut-semut dan para cicak. Semut dan cicak yang tadi ikut terharu mendadak terdiam kaget, eh?! Semut dan cicak saling berpandangan serasa mencium ada yang tak beres. Aiihhh,.. apakah dari pertama tadi ini semua merupakan skenario si-istri??! Wallahu’alam…hehe


*hahaha parah2. the end*


Kajhu, 19 Dzulkaidah 1431 H/27 Oktober 2010
Lelaki Boemi/Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali bin Teuku Muhammad Ali bin teuku Muhammad Din bin Teuku Loen.


Bacaan pendukung: Halal-Haram, Syaikh Yusuf Qardhawi. Fiqh Kuliner, Ahmad Sarwat, Lc.

Salah satu prinsip Islam tentang Halal-haram:
1. Bahwa Asal segala sesuatu dan kemanfaatan yang diciptakan Allah adalah halal dan mubah, dan tidak ada yang haram kecuali apa yang disebutkan oleh nash yang shahih dan tegas dari Pembuat Syari’at ang mengharamkannya. Apabila tidak terdapat nash yang shahih-seperti sebagian hadits dha’if – atau tidak tegas penunjukkannya kepada yang haram, maka tetaplah sesuatu itu pada hukum asalnya, yaitu mubah.
2. Niat yang baik tidak dapat membenarkan yang haram. Sesuatu yang haram tetaplah haram, bagaimanapun baiknya niat pelakunya, mulia tujuannya, dan tepat sasarannya. Selamanya Islam tidak ridha menjadikan yang haram sebagai jalan untuk mencapai tujuan yang terpuji, karena Islam menginginkan tujuan yang mulia dan cara yang suci sekaligus. (Al-Halal wal-Haram fil-Islam, Syaikh Yusuf Qaradhawi)

Senin, 25 Oktober 2010

Kelinci Tiri yang bersedih,..

(hehe ini merupakan salah satu soal ujian akhir dari FLP, karena akhir2 ini jarang melamun untuk nyari ide cerita, maka dengan kejam kuambil soal ini. Kira2 soalnya begini: Sambunglah cerita dibawah ini menjdi cerita yang mnghibur, “Saya adalah seekor kelinci yang sedih. Setiap hari saya selalu menangis. Alasannya klasik saja, tidak ada yang mengakui saya sebagai seekor kelinci. Mengapa? Sebab…….??” Dan kujawab disini dengan, …eng,..ing,..eng.,,..jadi apa ya?? Mohon dibantu ya? Bim salabin jadi apa,..prok,.prok,..prok!!)

****

Saya adalah seekor kelinci yang sedih. Setiap hari saya selalu menangis. Alasannya klasik saja, tidak ada yang mengakui saya sebagai seekor kelinci. Mengapa? Sebab, saya sebenarnya merupakan anak tiri. Saya diadopsi dari keluraga gajah di benua yang dianggap sebagai lahan liar raksasa terakhir di planet bumi, Afrika.

Secara di KTP saya berasal dari Negara Kenya, dekat-dekat dengan Ethiopia dan Somalia. Kalau saudara-saudara mau kesana jangan lupa mengajak pak Afif, dia orangnya suka jalan-jalan, dia pasti senang. Saya berdomisili di Taman Nasional yang luasnya minta ampun, nama Tamannya adalah Amboseli, keluarga kandung saya disana. Kalau ada waktu bolehlah singgah barang sehari-dua hari.

Keluarga gajah saya tergolong miskin dan mengkuatirkan pemerintah, jangankan untuk memenuhi kebutuhan sekunder seperti membeli alat-alat kosmetik, modem internet dan hape, untuk kebutuhan sehari-hari saja keluarga saya uring-uringan. Keluarga saya sudah boleh digolongkan kepada kelompok “yang boleh dikasihani”. Maka kasihanilah kami dengan men-infaqkan Hape dan alat-alat kosmetik kalian. Jika masih berat untuk berinfaq maka hadiahkanlah.

Oh iya, dirumah saya di kampung gajah, saya memiliki tetangga yang baik hati. Mereka hobi berbagi jika ada makanan yang mereka dapatkan. Saya dan keluarga tentu sangat senang, ditengah gempuran dunia yang serba individualis speerti saat ini masih ada juga keluarga yang senang berbagi seperti tetangga gajah saya yang dermawan itu. Semoga rejeki mereka semakin dimudahkan oleh Rabb Pencipta kami.

Nah, kira-kira tentu kalian sudah sedikit tahu kondisi keluarga gajah saya yang jarang nonton TV dan tak punya modem internet itu. Oleh karena itu-lah keluarga tercinta saya bersepakat mencoba mencari orang tua asuh untuk saya. Ini bukan berarti keluarga saya tidak sayang, tetapi ini demi perkembangan dan pertumbuhan saya ke depan. Ayah gajah saya ingin saya mendapatkan kehidupan dan pendidikan yang layak dan baik, beliau tak rela saya terus-terusan menderita dan tak sekolah. Saya mencoba memahami dan berusaha menerima keputusan keluarga untuk mau diadopsi.

Saya diadopsi oleh keluarga kelinci yang bijak dan tidak merokok dari Skotlandia. Mereka mengadopsi anak untuk mengobati kesepian mereka karena anak-anaknya telah menjadi (maaf) sate kelinci di beberapa restoran di Korea. Ayah kelinci alias ayah tiri saya pernah berujar mengapa ia mengadopsi anak, sebab ia tak mau seperti seorang aktor besar yang bermukim di Paris dari jenis manusia yang bernama Omar El Syarif. Ayah tiriku berujar bahwa, dalam kesepiannya Omar pernah berujar perlahan,”Ambillah segenap kekayaan dan popularitasku, tapi berikan aku seorang anak, biarkan tangisnya memecah sunyi dalam jiwaku. Aku ingin jadi ayah!”, ayah tiriku menceritakan hal itu padaku dengan hati yang berkaca-kaca. Beliau tak mau seperti Omar. Oh iya, kalau saudara-saudara juga mau ke Skotlandia jangan lupa mengajak pak Afif, dia pasti senang jika diajak jalan-jalan.,..hehe.

Itulah sebabnya sekarang saya diasuh oleh keluarga kelinci bangsawan ini. Awalnya saya memang mengalami shock culture yang dashyaat. Tiba-tiba saya harus menumbuhkan kumis dan tidur di lubang-lubang. Saya juga tiba-tiba harus doyan makan wortel agar mata bisa sehat dan bulat-bulat mengkilat. Namun setelah lama bergaul dan hidup dengan keluarga tiri saya ini saya juga masih mengalami shock culture. Ada perbedaan-perbedaan prinsip yang tak bisa saya terima, khususnya masalah hidung dan telinga saya yang berbeda dengan mereka. Keluarga tiri saya meminta hidung dan telinga saya diganti agar mirip dengan mereka. Berulang-ulang kali ayah dan ibu tiri saya mengajak saya ke salon untuk memermak perfomance saya, tapi saya menolak. Dan resikonya ya saya sering dikucilkan oleh teman-teman di sekolah. Mereka tak mau bermain dengan saya. Dan saya bersedih-sedan di dalam kesepian pertemanan.

Namun akhirnya keluarga tiri saya yang tidak merokok pasrah, mereka tak mau mempersoalkan masalah performance saya lagi. Mereka menghargai keragaman kami. Saya beruntung mendapatkan keluarga asuh yang baik hati dan berbudi ini. Bahkan kini ibu tiri saya mendukung saya sepenuhnya.

“be yur self, honey,..yu’re my best,..yeah, yu’re my best!!.” Kata ibu tiri saya penuh dengan kelembutan nan kasih sayang seorang ibu. Tak lupa ia suapkan wortel tumis kangkung yang dipadan dengan terasi udang ke mulutku. Ah, Saya bersyukur sekali.

Ibu dan Bapak tiri saya juga sering mengajarkan agar saya harus sering memuji Rabb Penguasa langit dan bumi ini. Yah, tentu kau tahu bahwa kami juga punya cara sendiri bertasbih kepada Rabb kami dengan bahasa yang tak kalian pahami dari dunia manusia (1). Saya juga diminta bersabar menghadapi segala cobaan hidup yang sejatinya cuma sementara ini. Ibu tiri saya juga berpesan, bahwa saya jangan pernah berharap akan menjalani hidup tanpa dihadang oleh ujian-ujian, karena hidup yang tak berhadapan dengan ujian rintangan dan tantangan bukanlah hidup.

“Engkau harus “hidup” anakku!” Aku terharu.

Teman-teman yang budiman, mungkin demikian saja sejarah singkat mengapa saya menjadi kelinci yang sedih. Saya harap teman-teman sudah paham dan juga ikut bersedih. Saya juga berpesan kepada teman-teman yang sepenanggungan dan tidak merokok seperti saya agar tak terlalu terlarut dalam sedih dan duka. Pasti ada hikmah kebaikan dari setiap perkara kehidupan kita. Oh iya, terimakasih special buat Pak Afif yang mau memuat cerita sedih saya di blognya, saya tunggu Bapak di Afrika!! Salam Super...


*Hehe The-End


Meunasah Papeun, Lamreung. 25 Oktober 2010.

Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali bin Teuku Muhammad Ali bin Teuku Muhammad Ali bin Teuku Loen


(1): “ Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Al-Isra’; 44)

Selasa, 19 Oktober 2010

Spaiydermeen…

(tulisan ni akhirnya bertunas dgn selamat stlah jungkir balik coba2 mbuat cerpen,..ugghh, entah brpa bayk janin cerpen yg udah almarhum berantakan di tempat sampahy laptop,..huh, klo gini cam gk lulus2 awak di FLP,,..but yo wess-lah,…buah mengkudu di makan Rembo, pasti si Rembo lagi kelaparan…hehe lanjoott…)

****

Siang. Sedari pagi tadi tiba-tiba saja desa Kajhu yang terserak dipinggir pantai ini dihamburkan hujan oleh malaikat yang diperintahkan oleh Rabb-nya. Biasanya Banda Aceh dan sekitarnya -termasuk Kajhu- dihuni oleh cuaca yang panas membara-ria. Tetapi kali ini terasa sejuk asbab kunjungan si-hujan.

Suasana Kajhu yang nyaman dan jauh dari orang-orang yang sok-sok sibuk ini kumanfaatkan untuk melamun-lamunkan hidup. Aku bertengger didepan meja yang di semaki buku-buku teknik dan setangkai laptop mekar. Meja ini berada tepat benar dipinggir jendela, jadi aku sangat merasakan “siip”nya udara sejuk akibat perangai si-hujan. Aku bersyukur.

Namun, tak ada angin, tak ada Jaka sembung, tiba-tiba ada yang begitu edan menjambak rambutku dari belakang, mulutku sigap dibekapnya keras dan disumpal dengan donat. Lebih tepatnya donat dengan selai rasa nenas spesial. Rasanya lumayan.

Nafasku tertahan, dan aku meronta-memberontak keras!! Susah lepas, karena kakiku juga terhalang meja sehingga nggak bisa salto. Huh, jika saja meja tak ada, pasti, pastinya aku juga tetap tak bisa salto,..*hehe.

Aku semakin menggelepar bak ikan lele yang di jemur di aspal panas, diapit diantara kehabisan nafas dan berjuang melepaskan cekikan di leherku. Ingin kuteriak keras, “mamaaaakkkk!!”, tapi tak bisa. Ia tak memberiku kesempatan untuk membuka mulut. Donat selai rasa nenas spesial yang enak itupun cukup mengganggu.

Penasaran, kulirik cepat, siapa gerangan pemuda biadab ini. Apakah ia mafia penculik lelaki bujang dengan tujuannya para bujang-bujang ini dibawa keluar negeri untuk menjadi TKI?? Ataukah ia merupakan salahsatu crew Indonesia Mencari Bakat yang sedang mencari talenta seorang lelaki yang mabok akibat kehabisan nafas oleh sebuah Donat selai rasa nenas spesial?? Entahlah,.

Dan saat kulirik.

"Whhaaaaddd!! s-spidermaaan??!!!”, aaarrgh, ngapain si-bego ini ke Kajhu?!!" Apakah dia terinfeksi rabies sehingga dibuang ke Kajhu?? Ataukah dia sedang mencari ibu kandungnya karena telah terpisah 20 tahun yang lalu?? Aku bingung untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan cerdas dibenakku itu (pertanyaan cerdas dari hongkong!! hehe). Tapi, aku urung mencari jawaban, karena ada yang lebih penting, yaitu; nafasku makin pendek-tersengal, sesak. Hampir teler.

Kuraih-raih apa yang bisa dijangkau tangan. "Ahaa!! tanganku menggenggam sesuatu. Bagus!". Tanpa pikir panjang langsung kubanting benda ditanganku itu kekepalanya, maaf, lebih tepatnya ke jidatnya. Spider terhuyung sambil megang-megang kepalanya, cekikannya terlepas. Ia teler seketika, dan telinganya berbusa-busa. Huff aku selamat. Benda sakti ditanganku itu hancur berkeping-keping. Donat rasa nenaspun kuhancurkan berkeping-keping di dalam mulut. Enak memang. Tapi,..

“Wwwaaaaaaahhhh!!” Aku kaget setengah lusin. Aku tak mengira benda yang telah hancur berkeping-keping itu adalah Laptopku!! Buah kelapa dimakan hansib, itulah yang namanya nasib. Aku histeris layaknya artis-artis di sinetron yang mendapati kekasihnya ditengah hujan deras berdarah-darah tergeletak dipinggir jalan dan si-artis teriak, “tidaaaaaakkk!!,..sa-sayang,..s-sayang,..Kamu tidak apa-apa??!!” (Yaaaah,… udah tau kekasihnya berdarah- hampir mampus, eh, malah ditanya-tanyain, bukannya langsung dibawain ke RS). Huff sinetron lebay Indonesia memang selalu bikin gemeysss. Dan membodohkan.

Kulihat si-spider tergeletak di lantai seperti kain pel. Kusut tak berdaya. Karena mengganggu pemandangan rumah dan membuat orang susah lalu lalang maka si-Spider yang masih teler kuseret kesudut dapur (lha, ini hero atau kompor??). Dia masih teler dengan nyenyak. Kuselimuti dia dengan kain lap agar tak diganggu lalat. Oh betapa care dan romantis-nya aku bukan?? ...=))

Di jidatnya yang ditutupi topeng terlihat tonjolan bekas belaian almarhum laptopku tadi. Sebagai anak teknik aku kuatir benjolan itu bisa membusuk akibat infeksi dan menyebar hingga ke ujung kaki, maka akupun berinisiatif meminumkannya obat Diare agar benjol itu hilang (!!). Ku kompres juga dengan air bekas cucian. Ia tersenyum dalam telernya. Aku lega,.huff.

Setahun kemudian dia bangun (haha nggak-lah), maksudku sekitar se-jam kemudian ia siuman. Tadi sebelumnya tangan dan kakinya telah kuikat di kompor agar tak terjadi hal-hal diluar kewajaran. Lubang tempat keluar senjata jaring ditangannya telah kututup dengan tetesan plastik yang dibakar. Kostumnya pun ku coret dan kusobek-sobek sehingga ia berpikir 10 kali klo mau kabur, karena bisa-bisa citranya jatuh akibat ketahuan nggak bersih dan mirip gelandangan sukses.

“Huaaahh”. Ia menggonggong, eh, menguap. Belum sepenuhnya sadar. Ia melihatku, lihat kiri-kanan.

“w-whad’s going on??!” Terbata-bata.

Aku duduk sekitar 3 meter di depannya. Ia menatapku. Kutarik topengnya, dan ia menunduk. Kulihat wajahnya plus benjolan merah eksotik di jidat itu sedang dilamar kesedihan dan kelelahan. Muram. Tatapan sendunya seolah mengirimkan SMS kepadaku bahwa ia sedang berusaha lari dari sesuatu. Dan sepertinya ia belum mau untuk berbagi cerita, dan menjelaskan mengapa ia bisa sampai di Kajhu ini. Akupun tak ingin memaksanya untuk bercerita saat ini. Kubiarkan saja ia tenang dulu. Ku kompres lagi benjolan merah di jidatnya dengan air cucian. Ia menatapku curiga melihat air kompres yang agak keruh dan berbusa. Aku tak peduli.

“mau rokok?” aku membuka percakapan sok akrab. Ia mengangguk iya.

“maaf aku tak ada rokok, lagipun aku tak merokok”. Ia bingung.

“mau soto ayam nggak??” aku mengajaknya ngobrol dengan topik yang lain. Ia mengangguk kuat pertanda ia sangat kelaparan.

“maaf spider, dirumahku nggak ada soto, emangnya aku terlihat buka warung soto disini,..’. Kujawab santai. Ia kaget. Makin bingung.

“mau jalan-jalan keliling Banda Aceh?” aku kembali sok kenal sok dekat. Ia menatapku lamat-lamat. Ia bingung apa harus mengangguk lagi atau cukup diam saja. Ia takut dikerjai lagi dan lagi…hehehe.

***

Bla,.bla,..bla,..bla,…cerita disingkat se-singkat-singkatnya…

3 minggu sudah ia tinggal di Kajhu. Sementara ini kuijinkan ia tinggal bersamaku, tapi kuberi beberapa syarat, diantaranya; Ia harus menyapu lantai tiap hari, beli sayur di pasar, mencuci baju, dan tidur di dapur (hehe).

Kini ia terlihat sangat berbeda. Bahagia. Muram di wajahnya telah ditenggelamkan oleh senyum dan tawa. Pagi-pagi ba’da Shubuh ia sangat senang jalan-jalan menyisiri pantai Kajhu, Spider juga rajin menanam sayur kangkung di belakang rumah, terkadang bermain kejar-kejaran dengan kucing pemalas di rumahku yang bernama Wandi. Mereka cocok. Dan Wandipun kini mulai menerima spaidermen apa adanya.

Jika hari libur ia kuajak untuk snorkeling dibukit Soeharto, atau ngopi diatas perumahan Jackie Chan untuk melihat indahnya kota Banda Aceh dari atas di malam hari, kadang-kadang kami makan jagong bakar di Ulelheu sekalian melihat-lihat PLTD Apung di Punge, trus ke Mesjid Raya Baiturrahman, makan nasi bebek di Lambaro, Berenang di Mata Ie, Ngopi di Solong, ke Lhoknga, ke gunung Geureutee, dan lain-lain. Ia begitu gembira-ria. Spider berkata bahwa ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Ia merasa hidup kembali. Ia mengatakannya dengan mata yang berkaca-kaca. Bahkan kini ia begitu menikmati hirupan nafasnya sendiri. Ia seolah menemukan sesuatu yang telah hilang dari hidupnya. Oh iya, kuberitahukan kau, ternyata ia begitu menyukai Pecel lele dan Sambal Udang sabu. *Aiihh,..=))

***

Sore itu terletak pada hari Jum’at , Spider mengajakku melihat Sunset di Alue Naga. Katanya ada yang ingin ia kabarkan. Aku meng-iyakan. Sebelum kesana kami ke Dekmi Darussalam membeli kopi. Dibungkus.

Sesampai di bebatuan di ujung Pantai Alue Naga kami mengambil posisi yang pas menghadap ke laut. Di lokasi itu kami tak sendiri tentunya, karena banyak para pemancing ikan bergentayangan jika sore telah datang. Dari wajahnya dapat kuterka beberapa pemancing ini kabur dari rumah karena diomelin istri. Sebagian diantaranya malah terlihat gusar, seperti sedang mencari-cari alasan untuk istri pertama dan keduanya bahwa ia mau nikah lagi. Dan kami menikmati semuanya dengan segelas kopi. Ah siipp...

Setelah berbincang ringan, Spider terdiam. Ia menatap jauh lautan di depannya. Aku tak terlalu ambil pusing, para pemancing juga tak ambil pusing, kepiting-kepiting yang lalu-lalang didepan kamipun juga tak ambil pusing. Kupikir ia sedang sok-sok bergaya melankolis gitu, biasalah artis. Serasa ada kamera dimana-mana.

“fif,,..” tiba-tiba

“iya,.”

“fif,.”

“iya,..?”. Aku mulai dibelai emosi.

“fif”.

“iyaaa, apaaa hai?!!!”

“hehe,..” Spider tertawa. Emosi menciumku, kuminum kopi pake mata!.

“Fif,… Aku udah capek terus-terusan membunuh, berkelahi, menipu anak-anak, diperintah-perintah Zionis, memakai baju ketat spider itu terus,..aku capek, fif. Makanya aku kemari.” Ow, Spider mau curhat mentel rupanya. Aku diam saja mendengarnya. Sok-sok care gitu-lah. Kupasang muka sendu-merana sebagai bentuk ekspresi wajah bahwa aku paham atas kelelahannya karena tidak bisa hidup menjadi diri sendiri.

“Aku mau menjadi “manusia”.. Ia tertunduk.

“a-aku, aku mau masuk Islam, fif”.

Aku tercekat. *Haaaahh, si-Spider dapat hidayah ni ceritanyaa?!kok bisa?!! Jeh, yang buat cerita siapa seeh??! Hehe*

“Sudah cukup aku diperalat oleh kapitalis hiburan di kampungku sana. Aku mau seperti Fudhail bin Iyadh, yang tobat dari kejahatan-kejahatannya, fif. Bukankah aku juga punya hak untuk berhenti dari masa lalu dan belajar untuk mengenal Tuhan??..dan rencananya aku akan menetap di Koeta Batee (Blangpidie) dan bekerja disana. Aku akan buka toko buku dan menjual baju koko”. Ia bertutur yakin.

Aku masih melongo dashyat. Membayangkan Spider jualan baju koko di Pasar Blangpidie!!. *Aiiihhh,..

Kucubit-cubit batu karang di Alue Naga untuk memastikan ini bukan mimpi. Batu karangnya tak menjerit. Kucoba lagi dengan mencubit-cubit kepiting yang sok-sok mendengar di depan kami. Mereka kabur pontang-panting. Kulempar salahsatu kepala pemancing dengan batu karang, dan pemancing itu membalas lemparanku plus kata-kata mutiara caci-maki berantai. Oh, berarti ini bukan mimpi.

“Aku ingin berkeluarga dengan muslimah baik-baik, menjadi Ayah dari keturunan yang baik-baik,.. dan,..dan a-aku tertarik dengan yang namanya Surga, fif…a-aku ingin kesana.” Ia semakin fasih berbicara tentang hidupnya. Ia menatapku penuh harap menanti bagaimana tanggapanku. Aku menepuk-nepuk pundaknya dengan senyum bukan sembarang senyum. Kupasang senyum manis merayu untuknya (jeeehhh???hehe nggak hai,..)

“Do az you wizh, bro,.. i have faith in you!!.” Kataku dengan sok-sok memakai bahasa bule.

Ia senang bukan main. Ingin kupeluk ia manja, tapi aku kuatir terlihat pemandangan “ganjil” yang dilarang oleh agama. Aku juga kuatir nanti tertangkap basah oleh muslimah beriman yang ingin kubawa pulang sesuai dengan tuntunan agama, takut ia salah paham dan cemburu buta. Maka kuurungkan pelukan manja itu.

Namun, entah karena pernyataan ingin “beriman” dari Spider tadi, Sunset sore itu menjadi terasa berbeda dari biasanya. Ya, sangat berbeda. Indah sekali. Aku tersenyum. Para pemancing dan kepiting-kepiting juga sok-sok ikut tersenyum. Ah, sepertinya sore ikut berbahagia pada saat itu.

***

Dua minggu kemudian aku kembali hidup sendiri di Kajhu, seperti biasanya. Spider telah tobat dan memilih Koeta Batee, Abdya, sebagai tempatnya melanjutkan hidup. Ia rajin ikut pengajian untuk memperbaiki bacaan Qur’an dan ibadah-ibadahnya. Ia pun sedang berancang-ancang membuka usaha dan katanya iapun sedang berta’aruf dengan seorang muslimah. Wow. (haha apa-apaan ini?!!)

Lagi, hujan berkunjung ke Kajhu. Lagi, aku melamun-melamunkan hidup, mengukir-ngukir rencana demi rencana. Dan lagi, dengan tiba-tiba, se-tumpuk pemuda menyerangku dari berbagai arah. Aku terkejut setengah mangkok mie pangsit!! Entah darimana datangnya berandal-berandal bego ini!.

“Huuppp,..ciiaattt,..jreeeng!!” aku menghidar dari cekikan dan langsung memasang gajah-gajah! eh, kuda-kuda! Kali ini aku lumayan siap tempur. Tak akan kubiarkan satu buah donatpun menyerangku.

Kutatap tajam pemuda-pemuda penyerangku itu satu-persatu.

” Wwhhaaaddd, bukankah kaliaaan??kauuuu?!! Batman?!! Roronoa Zoro!! Kurosaki Ichigooo?!!,..hai hai hai,.ngapain kalian kesini?!!”

Uuughh, kalo keroyokan begini terpaksa aku harus,…

“...ma,….mammmaaaaaakkkk!!”



*Hehe,..The End*


Lelaki-boemi/Affif Herman bin Herman hanif bin Hanifuddin Ali
Kajhu, 14 Oktober 2010/1431 H

Sabtu, 09 Oktober 2010

PROSA LIRIK TAUFIK ISMAIL

Kita hampir paripurna menjadi bangsa porak-poranda,
terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara di dunia.
Penganggur 40 juta orang,
anak-anak tak bisa bersekolah 11 juta murid,
pecandu narkoba 6 juta anak muda,
pengungsi perang saudara 1 juta orang,
VCD koitus beredar 20 juta keping,
kriminalitas merebat disetiap tikungan jalan
dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya.

Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol
diruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya,
dan dipunggung kita dicap sablon besar-besar:
Tahanan IMF dan Penunggak Bank Dunia.

Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu,
menjual tenaga dengan upah paling murah sejagat raya.
Ketika TKW-TKI itu pergi
lihatlah mereka bersukacita antri penuh harapan dan angan-angan
di pelabuhan dan bandara,
ketika pulang lihat mereka berdukacita
karena majikan mungkir tidak membayar gaji,
banyak yang disiksa malah diperkosa
dan pada jam pertama mendarat di negeri sendiri diperas pula.

Negeri kita tidak merdeka lagi,
kita sudah jadi negeri jajahan kembali.
Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku.

Dulu penjajah kita satu negara,
kini penjajah multi kolonialis banyak bangsa.
Mereka berdasi sutra,
ramah-tamah luar biasa dan banyak senyumnya.

Makin banyak kita meminjam uang,
makin gembira karena leher kita makin
mudah dipatahkannya.

Di negeri kita ini, prospek industri bagus sekali.
Berbagai format perindustrian, sangat menjanjikan,
begitu laporan penelitian.
Nomor satu paling wahid, sangat tinggi dalam evaluasi,
dari depannya penuh janji, adalah industri korupsi.

Apalagi di negeri kita lama sudah tidak jelas batas halal dan haram,
ibarat membentang benang hitam di hutan kelam jam satu malam.
Bergerak ke kiri ketabrak copet,
bergerak ke kanan kesenggol jambret,
jalan di depan dikuasai maling,
jalan di belakang penuh tukang peras,
yang di atas tukang tindas.

Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia, sudah untung.

Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah.
Mereka bersaf-saf berdiri rapat, teratur berdisiplin dan betapa khusyu’.
Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya.
Begitu sistematiknya prosedurnya tak mungkin engkau menyabotnya.
Begitu khusyu’nya, engkau kira mereka beribadah.
Kemudian kita bertanya, mungkinkah ada maling yang istiqamah?

Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya,
membentang dari depan sampai ke belakang,
melimpah dari atas sampai ke bawah,
tambah merambah panjang deretan saf jamaah.
Jamaah ini lintas agama, lintas suku dan lintas jenis kelamin.
Bagaimana melawan maling yang mencuri secara berjamaah?
Bagaimana menangkap maling
yang prosedur pencuriannya malah dilindungi dari atas sampai ke bawah?
Dan yang melindungi mereka, ternyata,
bagian juga dari yang pegang senjata dan yang memerintah.

Bagaimana ini?

Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU dan MUO (Mark Up
Operation),
tangan kanannya membuat yayasan beasiswa,
asrama yatim piatu dan sekolahan.
Kaki kiri jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana kemari,
kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji.

Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan anggaran,
otak kanannya berzakat harta,
bertaubat nasuha
dan memohon ampunan Tuhan.

Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara berjamaah?

Jamaahnya kukuh seperti diding keraton,
tak mempan dihantam gempa dan banjir bandang,
malahan mereka juru tafsir peraturan
dan merancang undang-undang,
penegak hukum sekaligus penggoyang hukum,
berfungsi bergantian.

Bagaimana caranya memroses hukum maling-maling yang jumlahnya ratusan ribu,
barangkali sekitar satu juta orang ini,
cukup jadi sebuah negara mini,
meliputi mereka yang pegang kendali perintah,
eksekutif, legislatif, yudikatif dan dunia bisnis,
yang pegang pestol dan
mengendalikan meriam,
yang berjas dan berdasi.
Bagaimana caranya?

Mau diperiksa dan diusut secara hukum?
Mau didudukkan di kursi tertuduh sidang pengadilan?
Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari ancaman?
Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan?

Percuma

Seratus tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkan
Insya Allah tak akan terselesaikan.
Jadi, saudaraku, bagaimana caranya?
Bagaimana caranya supaya mereka mau dibujuk, dibujuk, dibujuk agar bersedia
mengembalikan jarahan yang berpuluh tahun
dan turun-temurun sudah mereka kumpulkan.
Kita doakan Allah membuka hati mereka, terutama karena terbanyak dari mereka
orang yang shalat juga, orang yang berpuasa juga, orang yang berhaji juga.
Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka.

Celakanya,
jika di antara jamaah maling itu ada keluarga kita,
ada hubungan darah atau teman sekolah,
maka kita cenderung tutup mata,
tak sampai hati menegurnya.

Celakanya,
bila di antara jamaah maling itu ada orang partai kita,
orang seagama atau sedaerah,
Kita cenderung menutup-nutupi fakta,
lalu dimakruh-makruhkan
dan diam-diam berharap
semoga kita mendapatkan cipratan harta tanpa ketahuan.
Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap sejati.
Dan lihat kini jendela dan pintu Rumah Indonesia dimakan rayap.
Kayu kosen, tiang,kasau, jeriau rumah Indonesia dimakan anai-anai.
Dinding dan langit-langit, lantai rumah Indonesia digerogoti rayap.
Tempat tidur dan lemari, meja kursi dan sofa, televisi rumah Indonesia
dijarah anai-anai.

Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap rumah
Indonesia sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap.
Rumah Indonesia menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna.

Aku berdiri di pekarangan, terpana menyaksikannya.
Tiba-tiba datang serombongan anak muda dari kampung sekitar.
“Ini dia rayapnya! Ini dia Anai-anainya! ” teriak mereka.
“Bukan. Saya bukan Rayap, bukan!” bantahku.
Mereka berteriak terus dan mendekatiku dengan sikap mengancam.

Aku melarikan diri kencang-kencang.
Mereka mengejarkan lebih kenjang lagi.
Mereka menangkapku.
“Ambil bensin!” teriak seseorang.
“Bakar Rayap,” teriak mereka bersama.
Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku.

Seseorang memantik korek api.
Aku dibakar.
Bau kawanan rayap hangus.
Membubung Ke udara.

Jakarta, 2008


lelaki-boemi.