Kamis, 28 Oktober 2010

Ander-Estimet

Ahad pagi. Karena sama-sama lelaki aku tak terlalu memperdulikan bujang yang dalam pandanganku “nggak jelas” itu. Tak ada peluang diantara kami untuk saling jatuh hati (ya-eyalah!). Dengan oblong yang sangat merindukan Rinso dan Byclin pemutih itu dia datang dari arah yang berlawanan denganku. Oh ya, dia memakai celana tanggung coklat yang menutup lutut saja, sepertinya sih bau.

Matanya merah akibat miskin tidur alias pengikut fanatik “jamaah begadang”, dan dihiasi muka yang tidak semulus Brad Pitt, tentu tak perlu kujelaskan lagi, berminyak. Rambutnya acak-acak runcing khas ala “telat bangun tidur” plus dipadan dengan desain kumis pendek yang bertaburan seenak jidatnya dibawah hidung diatas bibir. Fakta-fakta diatas membuatku harus mengambil kesimpulan yang berat dan menakjubkan, bahwasanya ia pasti seorang lelaki yang belum diurus oleh seorang muslimah beriman secara halal! ehem,…

Sepeda motor Supra yang juga sudah uzur ia kendarai sambil merokok. Banyak gaya. Huh, aku semakin nggak respek, bahkan ekor matakupun malas melirik. Buang-buang waktu pikirku. Di hari semangat sumpah pemuda palsu negeri antah berantah begini masih ada juga bujang-bujang lapuk yang lepas berkeliaran. Apa kata duniaaa??! Menpora harus bertanggung jawab akan hal ini.

Namun tiba-tiba, pemuda yang jadi ghibahan hatiku diatas mendekatiku dengan motor uzurnya. Karena lagi santai aku memang mengendarai motorku dengan santai sehingga mudah di susul, kalau lagi buru-buru aku akan mengendarai motorku dengan buru-buru. Kalau lagi tidur, aku tidak akan mengendarainya sambil tidur.…hehe

Ehem, maaf, beck tu our topic. Fokus,..fokus,..

Dia mendekatiku pelan. Aku semakin malas bersapa-ria. Huh.

“Bang, cagak motor abang,..” ia tersenyum lembut mengingatkan sambil matanya memberi kode ke arah cagak motorku yang masih tegak dan bisa membahayakanku itu.

Jleb! Perbuatan baik pemuda yang kuanggap ‘nggak jelas’ tadi menancap daleeem!

Apa??!dia mengingatkankuuu?! Aku tak percaya. I- ini tidaak mu-mungkinnn??! Ti,..ti-tidaaaaaaakkkk!! Ternyata dia adalah pahlawan cagak sepeda motor yang berhati mulia!! Tak kusangka-kira.

Pemuda itu langsung cabut dengan motor supra uzurnya. Aku teringat mie pangsit (gk nyambung!, maaf). Aku tersenyum malu getir sendiri, salah-tingkah, sambil menaikkan cagak motorku. Bahkan aku tak sempat berterimakasih ke pemuda yang telah kuejek-ejek setengah mati diatas. Aku merinding. Astaghfirullah7x!!!

Aku dihantui dan disepak rasa bersalah. Aku telah menghina-dina si-pahlawan cagak tadi dengan lezat di dalam hati, dan bahkan tadi sampai tak mau meliriknya. Dan tanpa mengharapkan apa-apa ia datang untuk mengingatkanku. Ooomaaaaann, aaarrggghh,,.malu, aku betul-betul malu pada diri sendiri dan Menpora.

Alahai, aku tadi begitu terlanjur menikmati betapa Yummy-nya merendahkan pahlawan cagak diatas dengan pandangan sebelah mata, hirupan sebelah hidung dan pendengaran sebelah telinga, cuma karena penampilannya yang ‘nggak jelas’ di lihat mata. Aiih, ya Allah, sepertinya malaikat telah mencatat perbuatan hatiku di atas dan mencatat kebaikan si-pahlawan cagak tadi, dan tak mungkin aku berharap Malaikat silap atau tertukar dalam mencatat. Waaahh, gawat, habislah kito,.. Huff.

Hah, adakah kau perhatikan perangai burukku diatas?? Padahal begitu banyak teori berpikir positif yang telah kubaca. Aku juga benar-benar tahu istilah-istilah “jangan menilai seseorang dari cover”nya, “no body is perfect” atau yang sejenis . Atau aku juga dengan mudah bisa menuliskan kata-kata bijak dan manis di jejaring sosial Facebook atau di tulisan-tulisan. Namun, demi Allah, teori-teori tersebut kalah telak, menggelepar tak berdaya, ketika berhadapan dengan realitas saat itu.

Dengan kejadian tadi aku juga bisa dikenakan Pasal berlapis, yaitu; Mengkhianati Etika Ber-ukhuwah Sesama Muslim dengan sengaja! Dan juga terjerat dengan ayat “..maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa (An Najm; 32).” Uuuggghhh…

Bahkan tanpa ada yang mengundang, matematikawan jenius peraih nobel, John F. Nash, datang menyindirku, “Afif, Perhaps it is good to have a beautiful mind, but an even greater gift is to discover a beautiful heart.” Tanpa ampun pepatah lokal yang telah dimodifikasi juga ambil bagian menghinaku,

”tak akan lari gunung di kejar.” Eh? maaf, bukan itu. Tapi pepatah yang ini,

“wahai anak kampung, kuman di seberang lautan tampak olehmu, tapi gajah dipelupuk mata tak tampak, banyak-banyaklah ngaca diri, jangan memberi kaca ke orang lain!”. Aiihh,..aku tertunduk.

Tak mau kalah, pepatah Arab juga nimbrung mengatakan, bahwa,…….” (aarrggghh,…stooopp,..stop,..stoooppp!! tolonglah hentikan pepatah-pepatah yang menyakitkan ini!!plisss,.pliss!,..)

Rasa bersalah ke pahlawan cagak dan kepada Menteri Pemuda-Olahraga lagi-lagi menikam hatiku dari belakang. Jleb! Jleb!.. berkali-kali. Berkali-kali.

Huff.

Curhat hari ni sekian.

Kajhu, Ahad, 31 Oktober 2010

Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali.


dibawah ini contoh bentuk poto penyesalan yang mendalam,..hehe

3 komentar:

  1. banyak2 hal2 kecil yg berarti besar justru kelihatan samar , malah kadang gak klihatan ya *eaa

    BalasHapus
  2. hahahahahahaha...potomu itu loh buj....ngak ku-ku...sebenarnya aku tidak ingin mengakui..tapi...sebenarnya...pahlawan cagak motor tampa pamrih itu sebenarnya....adalah...orang lain...
    Sekian, wassalam

    BalasHapus
  3. hala...ngomong panjang lebar...kita ikotiiinnn lah srius x...padahal ujong2nya mo pamer poto baru....

    BalasHapus