Selasa, 19 Oktober 2010

Spaiydermeen…

(tulisan ni akhirnya bertunas dgn selamat stlah jungkir balik coba2 mbuat cerpen,..ugghh, entah brpa bayk janin cerpen yg udah almarhum berantakan di tempat sampahy laptop,..huh, klo gini cam gk lulus2 awak di FLP,,..but yo wess-lah,…buah mengkudu di makan Rembo, pasti si Rembo lagi kelaparan…hehe lanjoott…)

****

Siang. Sedari pagi tadi tiba-tiba saja desa Kajhu yang terserak dipinggir pantai ini dihamburkan hujan oleh malaikat yang diperintahkan oleh Rabb-nya. Biasanya Banda Aceh dan sekitarnya -termasuk Kajhu- dihuni oleh cuaca yang panas membara-ria. Tetapi kali ini terasa sejuk asbab kunjungan si-hujan.

Suasana Kajhu yang nyaman dan jauh dari orang-orang yang sok-sok sibuk ini kumanfaatkan untuk melamun-lamunkan hidup. Aku bertengger didepan meja yang di semaki buku-buku teknik dan setangkai laptop mekar. Meja ini berada tepat benar dipinggir jendela, jadi aku sangat merasakan “siip”nya udara sejuk akibat perangai si-hujan. Aku bersyukur.

Namun, tak ada angin, tak ada Jaka sembung, tiba-tiba ada yang begitu edan menjambak rambutku dari belakang, mulutku sigap dibekapnya keras dan disumpal dengan donat. Lebih tepatnya donat dengan selai rasa nenas spesial. Rasanya lumayan.

Nafasku tertahan, dan aku meronta-memberontak keras!! Susah lepas, karena kakiku juga terhalang meja sehingga nggak bisa salto. Huh, jika saja meja tak ada, pasti, pastinya aku juga tetap tak bisa salto,..*hehe.

Aku semakin menggelepar bak ikan lele yang di jemur di aspal panas, diapit diantara kehabisan nafas dan berjuang melepaskan cekikan di leherku. Ingin kuteriak keras, “mamaaaakkkk!!”, tapi tak bisa. Ia tak memberiku kesempatan untuk membuka mulut. Donat selai rasa nenas spesial yang enak itupun cukup mengganggu.

Penasaran, kulirik cepat, siapa gerangan pemuda biadab ini. Apakah ia mafia penculik lelaki bujang dengan tujuannya para bujang-bujang ini dibawa keluar negeri untuk menjadi TKI?? Ataukah ia merupakan salahsatu crew Indonesia Mencari Bakat yang sedang mencari talenta seorang lelaki yang mabok akibat kehabisan nafas oleh sebuah Donat selai rasa nenas spesial?? Entahlah,.

Dan saat kulirik.

"Whhaaaaddd!! s-spidermaaan??!!!”, aaarrgh, ngapain si-bego ini ke Kajhu?!!" Apakah dia terinfeksi rabies sehingga dibuang ke Kajhu?? Ataukah dia sedang mencari ibu kandungnya karena telah terpisah 20 tahun yang lalu?? Aku bingung untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan cerdas dibenakku itu (pertanyaan cerdas dari hongkong!! hehe). Tapi, aku urung mencari jawaban, karena ada yang lebih penting, yaitu; nafasku makin pendek-tersengal, sesak. Hampir teler.

Kuraih-raih apa yang bisa dijangkau tangan. "Ahaa!! tanganku menggenggam sesuatu. Bagus!". Tanpa pikir panjang langsung kubanting benda ditanganku itu kekepalanya, maaf, lebih tepatnya ke jidatnya. Spider terhuyung sambil megang-megang kepalanya, cekikannya terlepas. Ia teler seketika, dan telinganya berbusa-busa. Huff aku selamat. Benda sakti ditanganku itu hancur berkeping-keping. Donat rasa nenaspun kuhancurkan berkeping-keping di dalam mulut. Enak memang. Tapi,..

“Wwwaaaaaaahhhh!!” Aku kaget setengah lusin. Aku tak mengira benda yang telah hancur berkeping-keping itu adalah Laptopku!! Buah kelapa dimakan hansib, itulah yang namanya nasib. Aku histeris layaknya artis-artis di sinetron yang mendapati kekasihnya ditengah hujan deras berdarah-darah tergeletak dipinggir jalan dan si-artis teriak, “tidaaaaaakkk!!,..sa-sayang,..s-sayang,..Kamu tidak apa-apa??!!” (Yaaaah,… udah tau kekasihnya berdarah- hampir mampus, eh, malah ditanya-tanyain, bukannya langsung dibawain ke RS). Huff sinetron lebay Indonesia memang selalu bikin gemeysss. Dan membodohkan.

Kulihat si-spider tergeletak di lantai seperti kain pel. Kusut tak berdaya. Karena mengganggu pemandangan rumah dan membuat orang susah lalu lalang maka si-Spider yang masih teler kuseret kesudut dapur (lha, ini hero atau kompor??). Dia masih teler dengan nyenyak. Kuselimuti dia dengan kain lap agar tak diganggu lalat. Oh betapa care dan romantis-nya aku bukan?? ...=))

Di jidatnya yang ditutupi topeng terlihat tonjolan bekas belaian almarhum laptopku tadi. Sebagai anak teknik aku kuatir benjolan itu bisa membusuk akibat infeksi dan menyebar hingga ke ujung kaki, maka akupun berinisiatif meminumkannya obat Diare agar benjol itu hilang (!!). Ku kompres juga dengan air bekas cucian. Ia tersenyum dalam telernya. Aku lega,.huff.

Setahun kemudian dia bangun (haha nggak-lah), maksudku sekitar se-jam kemudian ia siuman. Tadi sebelumnya tangan dan kakinya telah kuikat di kompor agar tak terjadi hal-hal diluar kewajaran. Lubang tempat keluar senjata jaring ditangannya telah kututup dengan tetesan plastik yang dibakar. Kostumnya pun ku coret dan kusobek-sobek sehingga ia berpikir 10 kali klo mau kabur, karena bisa-bisa citranya jatuh akibat ketahuan nggak bersih dan mirip gelandangan sukses.

“Huaaahh”. Ia menggonggong, eh, menguap. Belum sepenuhnya sadar. Ia melihatku, lihat kiri-kanan.

“w-whad’s going on??!” Terbata-bata.

Aku duduk sekitar 3 meter di depannya. Ia menatapku. Kutarik topengnya, dan ia menunduk. Kulihat wajahnya plus benjolan merah eksotik di jidat itu sedang dilamar kesedihan dan kelelahan. Muram. Tatapan sendunya seolah mengirimkan SMS kepadaku bahwa ia sedang berusaha lari dari sesuatu. Dan sepertinya ia belum mau untuk berbagi cerita, dan menjelaskan mengapa ia bisa sampai di Kajhu ini. Akupun tak ingin memaksanya untuk bercerita saat ini. Kubiarkan saja ia tenang dulu. Ku kompres lagi benjolan merah di jidatnya dengan air cucian. Ia menatapku curiga melihat air kompres yang agak keruh dan berbusa. Aku tak peduli.

“mau rokok?” aku membuka percakapan sok akrab. Ia mengangguk iya.

“maaf aku tak ada rokok, lagipun aku tak merokok”. Ia bingung.

“mau soto ayam nggak??” aku mengajaknya ngobrol dengan topik yang lain. Ia mengangguk kuat pertanda ia sangat kelaparan.

“maaf spider, dirumahku nggak ada soto, emangnya aku terlihat buka warung soto disini,..’. Kujawab santai. Ia kaget. Makin bingung.

“mau jalan-jalan keliling Banda Aceh?” aku kembali sok kenal sok dekat. Ia menatapku lamat-lamat. Ia bingung apa harus mengangguk lagi atau cukup diam saja. Ia takut dikerjai lagi dan lagi…hehehe.

***

Bla,.bla,..bla,..bla,…cerita disingkat se-singkat-singkatnya…

3 minggu sudah ia tinggal di Kajhu. Sementara ini kuijinkan ia tinggal bersamaku, tapi kuberi beberapa syarat, diantaranya; Ia harus menyapu lantai tiap hari, beli sayur di pasar, mencuci baju, dan tidur di dapur (hehe).

Kini ia terlihat sangat berbeda. Bahagia. Muram di wajahnya telah ditenggelamkan oleh senyum dan tawa. Pagi-pagi ba’da Shubuh ia sangat senang jalan-jalan menyisiri pantai Kajhu, Spider juga rajin menanam sayur kangkung di belakang rumah, terkadang bermain kejar-kejaran dengan kucing pemalas di rumahku yang bernama Wandi. Mereka cocok. Dan Wandipun kini mulai menerima spaidermen apa adanya.

Jika hari libur ia kuajak untuk snorkeling dibukit Soeharto, atau ngopi diatas perumahan Jackie Chan untuk melihat indahnya kota Banda Aceh dari atas di malam hari, kadang-kadang kami makan jagong bakar di Ulelheu sekalian melihat-lihat PLTD Apung di Punge, trus ke Mesjid Raya Baiturrahman, makan nasi bebek di Lambaro, Berenang di Mata Ie, Ngopi di Solong, ke Lhoknga, ke gunung Geureutee, dan lain-lain. Ia begitu gembira-ria. Spider berkata bahwa ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Ia merasa hidup kembali. Ia mengatakannya dengan mata yang berkaca-kaca. Bahkan kini ia begitu menikmati hirupan nafasnya sendiri. Ia seolah menemukan sesuatu yang telah hilang dari hidupnya. Oh iya, kuberitahukan kau, ternyata ia begitu menyukai Pecel lele dan Sambal Udang sabu. *Aiihh,..=))

***

Sore itu terletak pada hari Jum’at , Spider mengajakku melihat Sunset di Alue Naga. Katanya ada yang ingin ia kabarkan. Aku meng-iyakan. Sebelum kesana kami ke Dekmi Darussalam membeli kopi. Dibungkus.

Sesampai di bebatuan di ujung Pantai Alue Naga kami mengambil posisi yang pas menghadap ke laut. Di lokasi itu kami tak sendiri tentunya, karena banyak para pemancing ikan bergentayangan jika sore telah datang. Dari wajahnya dapat kuterka beberapa pemancing ini kabur dari rumah karena diomelin istri. Sebagian diantaranya malah terlihat gusar, seperti sedang mencari-cari alasan untuk istri pertama dan keduanya bahwa ia mau nikah lagi. Dan kami menikmati semuanya dengan segelas kopi. Ah siipp...

Setelah berbincang ringan, Spider terdiam. Ia menatap jauh lautan di depannya. Aku tak terlalu ambil pusing, para pemancing juga tak ambil pusing, kepiting-kepiting yang lalu-lalang didepan kamipun juga tak ambil pusing. Kupikir ia sedang sok-sok bergaya melankolis gitu, biasalah artis. Serasa ada kamera dimana-mana.

“fif,,..” tiba-tiba

“iya,.”

“fif,.”

“iya,..?”. Aku mulai dibelai emosi.

“fif”.

“iyaaa, apaaa hai?!!!”

“hehe,..” Spider tertawa. Emosi menciumku, kuminum kopi pake mata!.

“Fif,… Aku udah capek terus-terusan membunuh, berkelahi, menipu anak-anak, diperintah-perintah Zionis, memakai baju ketat spider itu terus,..aku capek, fif. Makanya aku kemari.” Ow, Spider mau curhat mentel rupanya. Aku diam saja mendengarnya. Sok-sok care gitu-lah. Kupasang muka sendu-merana sebagai bentuk ekspresi wajah bahwa aku paham atas kelelahannya karena tidak bisa hidup menjadi diri sendiri.

“Aku mau menjadi “manusia”.. Ia tertunduk.

“a-aku, aku mau masuk Islam, fif”.

Aku tercekat. *Haaaahh, si-Spider dapat hidayah ni ceritanyaa?!kok bisa?!! Jeh, yang buat cerita siapa seeh??! Hehe*

“Sudah cukup aku diperalat oleh kapitalis hiburan di kampungku sana. Aku mau seperti Fudhail bin Iyadh, yang tobat dari kejahatan-kejahatannya, fif. Bukankah aku juga punya hak untuk berhenti dari masa lalu dan belajar untuk mengenal Tuhan??..dan rencananya aku akan menetap di Koeta Batee (Blangpidie) dan bekerja disana. Aku akan buka toko buku dan menjual baju koko”. Ia bertutur yakin.

Aku masih melongo dashyat. Membayangkan Spider jualan baju koko di Pasar Blangpidie!!. *Aiiihhh,..

Kucubit-cubit batu karang di Alue Naga untuk memastikan ini bukan mimpi. Batu karangnya tak menjerit. Kucoba lagi dengan mencubit-cubit kepiting yang sok-sok mendengar di depan kami. Mereka kabur pontang-panting. Kulempar salahsatu kepala pemancing dengan batu karang, dan pemancing itu membalas lemparanku plus kata-kata mutiara caci-maki berantai. Oh, berarti ini bukan mimpi.

“Aku ingin berkeluarga dengan muslimah baik-baik, menjadi Ayah dari keturunan yang baik-baik,.. dan,..dan a-aku tertarik dengan yang namanya Surga, fif…a-aku ingin kesana.” Ia semakin fasih berbicara tentang hidupnya. Ia menatapku penuh harap menanti bagaimana tanggapanku. Aku menepuk-nepuk pundaknya dengan senyum bukan sembarang senyum. Kupasang senyum manis merayu untuknya (jeeehhh???hehe nggak hai,..)

“Do az you wizh, bro,.. i have faith in you!!.” Kataku dengan sok-sok memakai bahasa bule.

Ia senang bukan main. Ingin kupeluk ia manja, tapi aku kuatir terlihat pemandangan “ganjil” yang dilarang oleh agama. Aku juga kuatir nanti tertangkap basah oleh muslimah beriman yang ingin kubawa pulang sesuai dengan tuntunan agama, takut ia salah paham dan cemburu buta. Maka kuurungkan pelukan manja itu.

Namun, entah karena pernyataan ingin “beriman” dari Spider tadi, Sunset sore itu menjadi terasa berbeda dari biasanya. Ya, sangat berbeda. Indah sekali. Aku tersenyum. Para pemancing dan kepiting-kepiting juga sok-sok ikut tersenyum. Ah, sepertinya sore ikut berbahagia pada saat itu.

***

Dua minggu kemudian aku kembali hidup sendiri di Kajhu, seperti biasanya. Spider telah tobat dan memilih Koeta Batee, Abdya, sebagai tempatnya melanjutkan hidup. Ia rajin ikut pengajian untuk memperbaiki bacaan Qur’an dan ibadah-ibadahnya. Ia pun sedang berancang-ancang membuka usaha dan katanya iapun sedang berta’aruf dengan seorang muslimah. Wow. (haha apa-apaan ini?!!)

Lagi, hujan berkunjung ke Kajhu. Lagi, aku melamun-melamunkan hidup, mengukir-ngukir rencana demi rencana. Dan lagi, dengan tiba-tiba, se-tumpuk pemuda menyerangku dari berbagai arah. Aku terkejut setengah mangkok mie pangsit!! Entah darimana datangnya berandal-berandal bego ini!.

“Huuppp,..ciiaattt,..jreeeng!!” aku menghidar dari cekikan dan langsung memasang gajah-gajah! eh, kuda-kuda! Kali ini aku lumayan siap tempur. Tak akan kubiarkan satu buah donatpun menyerangku.

Kutatap tajam pemuda-pemuda penyerangku itu satu-persatu.

” Wwhhaaaddd, bukankah kaliaaan??kauuuu?!! Batman?!! Roronoa Zoro!! Kurosaki Ichigooo?!!,..hai hai hai,.ngapain kalian kesini?!!”

Uuughh, kalo keroyokan begini terpaksa aku harus,…

“...ma,….mammmaaaaaakkkk!!”



*Hehe,..The End*


Lelaki-boemi/Affif Herman bin Herman hanif bin Hanifuddin Ali
Kajhu, 14 Oktober 2010/1431 H

3 komentar:

  1. hai hai...kurosaki ichigo juga...sepupu laen mamak tak satu ayahku..1 info lg brur...cat woman uda pk gamis..pinkam py ane..ckckck...tak ku biarkan gamisku robek karena memanjat.walhasil ku bawa sapu kemana2 untuk mengawasinya..dengar2 batman n kawan2nya mo k BGP.ajak saum senin kamis bareng n Iftar jama'i d solong.apa ga kembung buka puasa pk kopi?????????

    BalasHapus
  2. hahahahahahahaha,...hancoorr2,..

    salam perdamaian

    BalasHapus
  3. baru siap baca neh (16/11/2010)
    koq ab udah baca ini duluan, pasti hr minggu kemaren udah ab jambak juga rambut qee..hahaha

    BalasHapus