Senin, 28 Maret 2011

Pengumuman Sayembara

Ehem, saya dan istri (dewan juri yg budiman) telah membaca semua komen yang masuk ke meja kami yang datang akibat sayembara itu. Alhamdulillah. Jujur, hati saya sangat terharu-biru akibat komen-komen kalian yang telah membuat saya bisa bersenang-senang bersama istri dalam menentukan siapakah yang layak terpilih sebagai komen ter-OKE menurut kami berdua, oh sungguh kalian orang yang berjiwa besar lagi sangat baik. Saya dan istri mengucapkan terimakasih yang sangat besar atas partisipasi kalian yang mungkin tidak penting dimata DPR dan Bupati, namun percayalah, dimata kami kalian begitu berarti. Terimakasih wahai teruntuk kalian peserta yang baik hati.

Awalnya saya sangat ingin mengumumkan pemenangnya dengan segera, namun ternyata memutuskan komen yang paling yahud ternyata tak semudah memakan mie Ayam. Ini perkara yang jauh lebih berat dari apa yang saya dan istri pernah bayangkan. Kami harus melewati tahapan-tahapan yang panjang dalam proses penentuan pemenang tersebut. Kami telah berusaha dengan sangat agar tidak profesional dalam penjurian, seperti; tidak serius dalam berdiskusi, meneliti dengan tidak terlalu seksama ejaan-ejaannya, tertawa-tawa, dan senyum-senyum membaca komen-komen gokil tersebut. Huff, benar-benar sebuah pekerjaan yang berat adanya. Oh sungguh kami adalah dewan juri yang idaman lagi bekerja keras…*hehe

Maka mau tidak mau meski tidak mau namun sebenarnya mau, maka saya menguatkan hati dan di support oleh istri untuk tetap tegar menentukan 2 (dua) pemenang pada Sayembara Facebook edisi Malin Kundang yang sangat ditunggu-tunggu oleh peserta sayembara dan publik ini. Dengan mengucapkan Bismillah dan tidak berat hati maka saya memutuskan inilah 2 komen termasygul itu;

Komen I: Sodara Muzakkir Adz-Zikr Pemburu Berita.

Malinnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn….


Jangan FB-an aja…


Jemuran diangkat!!!




Komen II: Sodara Johan B. Bastian.

Di Padang tinggalnya dmn?klw gw maen2 kesana boleh mampir gag iiiaa???

Bukan salah garam dia berasa asin, bukan pula kekhilafan gula ia berasa manis, nah, demikianlah 2 komen yang terpilih itu brother en sis…*(pantun maksa euyy..hehe). Namun perlu juga saya tuliskan beberapa peserta yang sebenarnya memiliki komen gokil dan sempat membuat saya dan istri ketawa-ketawa dan bingung dalam memutuskan layak dan tidak layaknya mereka menuju tangga juara. Mereka pengkomen-komen keren itu antara lain adalah; Zulhadi Sahputra (harapan 1), Aditya Faris (harapan 2) Fachrianoza Rian, Ira Mh, Anugrah Roby Syahputra, Ade Oktiviyari, dan Julia Shanty. Huff, mudah-mudahan kalian menjadi juara di sayembara yang akan datang ya, berdoalah biar Allah tambah rejeki saya sehingga bisa bikin lomba lagi. Aaminn.

Nah, biar bagaimana-mana pun maka itulah sebenar-benar keputusan saya dan istri yang mengaku-ngaku dewan juri ini. Sungguh tidak ada niat apapun dari saya yang hamba lemah ini selain perihal ini hanya sebagai salahsatu bentuk silaturrahim dan mengundang senyum senang kalian saja, juga senyum istri. Agar ada sedikit saja bersyukur karena kita bisa kenalan (meski lewat FB), bisa bertemu, bisa gembira dan bisa berbagi di bumi Allah yang sebentar ini. Sekian, terimakasih dan mohon maklum.


Banda Aceh, 28 Maret 2011, di pagi-pagi yang Allah bikin cerah ini.


Affif-Muna


NOTE TIDAK PENTING!!: Penyerahan Hadiah dan disertai Sertifikat Penghargaan InsyaAllah akan saya serahkan langsung ke pemenang, jadi mohon kepada para pemenang menghubungi saya di wall FB agar membikin kita sepakat dimana kita bisa bertemu dan berjumpa-ria, dan mohon jangan sekali-kali mengundang wartawan infotaimen! Bagi pemenang yang tidak menghubungi saya hingga batas waktu 5 tahun 3 hari, maka hadiahnya saya bakar…hehe. Terimakasih.

Kamis, 24 Maret 2011

Lagu 01 Affif


Oh sebagai mantan gitaris yang handal rugi-lah kalo saya tak bisa ciptain lagu ini-itu. Maka inilah dengan multi-talenta yang saya miliki saya bikin lagu buat istri. Sebagai salah satu bentuk “rayuan” agar ia bisa senyum, bisa ketawa, bisa senang sama saya, bisa kagum juga sama saya. Oh insyaAllah dapat pahala.

--------------------------------------------

Anak Kota Jantho

Oh na na na na….
Dia memakai jilbab ow yeah
Sekaligus hobi pake kaca mata
Dia suka balap di jalan raya ow yeah
Tapi tak lupa tetap memakai helm…
La la la la la…

Reff:
Ooo.. dia anak jantho..
Ooo… dia bukan bupati jantho
Dia juga bukan keuchik di jantho,..
Tapi dia anak Jantho yang bikin aku suka,..oo…
Anak Jantho saja yang bikin aku rindu…oo
La la la la la…3x

Oh na na na na na…
Ada yang manggil dia muna
Tapi banyak juga yang manggil mumun
Ow tapi aku tak peduli…ye ye ye…
Dia pintar mengaji dan aku suka sekali…ye ye ye
La la la la la…..


Back to Reff

Prakata Skripsi

Inilah bagian akhir dari “Prakata super” pada skripsi perjuangan saya pada masa-masa muda dulu. Tiba-tiba saya ingin mempublishnya ke publik sebagai bentuk pamer bahwa saya punya prakata skripsi yang keren, bahwa saya punya prakata skripsi yang bergaya. Prakata yang juga tidak mau dijebak dan diatur oleh aturan-aturan “ilmiah” yang entah siapa yang buat dahulu kala. Apakah karena itu mereka orang dahulu kala itu nanti benci pada prakata saya? Entahlah, mudah-mudahan mereka mudah hati memaafkan sesama manusia, tidak mudah benci.

Oh sungguh keren ini punya prakata…kepadalah kawan-kawan yang telah saya tulis namanya di prakata ini, semoga kalian berbahagia karena sudah kutulis nama kalian bukan dengan tinta emas karena emas sekarang lagi mahal, sayang kalo di jadiin tinta, mending dijadiin mahar.


………………………………..
6. Rekan-rekan satu penelitian Kak Husna di Bengkulu, Kak Eka entah dimana dibawa suaminya, Special to Maskur, ST, si ketua adat Pidjay yang merangkap ketua yakuza Pidjay yang merangkap lagi sebagai calon bupati Pidjay, yang sedang semangat merebut hati perawan Bireuen pujaan hatinya, Erni, ST, si-Yakuzawati dan bergelar CyclicWoman, Jalul si perjaka cabul yang romantis, Bintang Hot film Lor. V Drs. Birul Walidain, Edi, Ikhsan, Mahlil dosen di Vietnam, dan seluruh aneuk sipil angkatan 2003 dan juga senior dan junior di Teknik yang dengan tulus mendampingi dan memberikan dukungan dalam proses penelitian dan penulisan buku TGA.

7. Atas provokasi dan doa dari sahabat dan Saudaraku di Parte Da’wah FT nan rajin mengaji (FUAT), Parte Da’wah Unsyiah (LDK en Fosma), BEM FT 06, tim Nasyid TNT FT, tim Nasyid Nur’aini, Komunitas menulis Ababil, Rakeet Institute, Parte Kelas IPA Unggul SMA 1 Blangpidie, Alumni SMA 1 Blangpidie, Unoe Adventure (B’ Nur-abi yang tak perjaka lagi, B’ Qudri ikon keshalihan, B’ Kha Maruth, B’ Mahfud, B’ Eka salaf bermanhaj Game), jakir jawa, tak lupa gerombolan PEMA Unsyiah 07 dan Bujang Community; Fakhrul Ramadhan, S.Si si Mas Gagah, Rahmadi Sabara, S.Si pawang Buya, Taufik Fachri, A.Md si peminat perawan Malaya, Andri Riad, SE, Isra Safril, dokter Maulana, Yudi yong, Jamai pengurus biro jodoh. Special to Ustad Irwansyah, Ustad Aswanto Lc, B’ Syukur, B’ Johan Bastian (jojo), B’ Budi Singkil, B” Ilan, B’ Heru, M.Sc, B Hendra Bolabu, dokter Muslim Coy, Ustad Jolhajjidin, Bahri Mesin 09, dan lain-lain.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa-jasa dan budi baik semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan buku Tugas Akhir ini.
Akhirnya kepada Allah SWT jugalah kita berserah diri atas segala rencana dan kehendak-Nya.

Darussalam, 25 Januari 2010
Penulis

Affif Herman
NIM. 0304101010035

Rabu, 02 Maret 2011

Dari Halaman penutup Novel Bidadari-bidadari Surga (Tere-Liye)


Epilog

Dengarkanlah kabar bahagia ini.

Wahai, wanita-wanita yang hingga usia tiga puluh, empat puluh, atau lebih dari itu, tapi belum juga menikah (mungkin karena keterbatasan fisik, kesempatan, atau tidak pernah ‘terpilih’ di dunia yang amat keterlaluan mencintai materi dan tampilan wajah). Yakinlah, wanita-wanita salehah yang sendiri, namun tetap mengisi hidupnya yang indah, berbagi, berbuat baik, dan bersyukur. Kelak di hari akhir sungguh akan menjadi bidadari-bidadari surga. Dan kabar baik itu pastilah benar, bidadari surga parasnya cantik luar biasa.

Kepiting Menggoreng..


Ini langsung sajalah ya. Lagi sibuk soalnya, lagi buru-buru, yaa biar kelihatan gaya sok penting gitu-lah. Hari rabu siang itu, lihatlah aku itu sedang tergopoh buru-buru baru saja mendarat di rumah milik orang lain yang kusewa, “rumah kost” panggilan manjanya. Karena telah kusewa maka rumah itu sudah diizinkan oleh pemiliknya untuk kupanggil dengan “rumah kostku” sampai batas waktu sewa habis. Jika waktu sewa habis maka panggilan manjanya berubah menjadi “bukan rumah kostku”, hehehe. Karena telah kusewa juga, maka tanpa diperintahkan oleh pemilik rumah maka aku boleh nyuci dikamar mandinya, boleh juga menyapu rumah itu, boleh juga tidur-tiduran dirumah itu, boleh ngambil poto sambil bergaya di rumah itu, kecuali boleh membakar rumah itu. Oh bahagianya, oh senangnya, oh bersyukurnya …tralala..tralala..

Oh lihatlah matahari itu disana. Mentang-mentang siang, ia bersinar terang dan gagah gayanya, padahal yang bikin dia gagah begitu kan Allah, yang bikin dia terang kan Allah juga, yang bikin dia bermanfaat bagi makhluk lain kan Allah juga, ah mudah-mudahan ia tidak menjadi matahari yang besar kepala lagi sombong. Sehingga panaslah sekali hari itu, hari Rabu itu, hari yang aku sok sibuk itu. Gerah sekali. Jika saja aku mau, aku akan buka baju dan pake celana pendek untuk duduk-duduk di teras rumah ‘nyari’ angin, namun anehnya aku nggak mau begitu.

Rencananya mau mandi dikit, biar jadi segar lagi kayak ikan segar, terus keluar rumah lagi, sok sibuk lagi. Kuberitahu ya, lagi-lagi jika saja aku mau, maka aku akan mandi di kolamnya mesjid Raya Baiturrahman biar segar, namun lagi-lagi anehnya aku nggak mau mandi disitu. Hehe.

Nggak shalat? Udah tadi di mesjid Kajhu sebelum sampai ke rumah, dapat berjamaah, alhamdulillah. Makan siang? Ntar-lah, siap mandi sekalian makan di luar, di warung yang dengan tega dan ikhlas menjual nasi dan kawan-kawannya demi rupiah. Oh mengapa dunia harus takluk oleh beberapa lembar rupiah saja. Tapi yaudah-lah, seluruh anggota badan termasuk kaki, tangan, kaki, rambut, dompet dan hati pun udah sepakat dengan rencana ini.

Eh dirumah rupanya ada Yanwar si-pemilik rumah dan bang Hendra yang adalah kawan se-rumah yang sama-sama numpang di rumah Yanwar dengan alasan sewa rumah, sama sepertiku. Oh meski panas dan sibuk namun rumah nggak sepi, siipp-siip, alhamdulillah. Aku masuk ke dalam tubuh rumah. Assalamu’alaikum…

Langsung ke kamar lemparin tas dengan anggun, trus ngecek air di bak kamar mandi. Kuluruskan sedikit ya, “kamar mandi” itu maksudnya bukan “kamar” yang lagi mandi, namun itu cuma nama ruangan yang dulu iseng-iseng ditemukan oleh nenek monyangku. Udah paham kan? Oke. Oh lihat itu bak airnya, airnya cukup buat mandi, jernih lagi.

Namun tiba-tiba hati memberi usulan tambahan sebelum mandi. Hati ngasih saran untuk kesana membuka tubuh kulkas yang berkepribadian cool itu. Mata sih sepakat dan melirik dengan sok anggun ke kulkas, diikuti kepala yang juga kelihatannya mulai sejalan dengan usulan hati tadi. Sedangkan rambut selalu ikut apa kata kepala, ia tipe penurut. Awalnya kaki masih ragu untuk ikut, namun ia-pun tak berdaya setelah di bujuk hati agar segeralah ke kulkas sebentar saja, takkan lama, mana tahu ada Es Teler Spesial pake kelapa muda kerok bertabur jagung muda manis di dalam badan kulkas itu. Kaki pun tergoda Es Teler karangan si-hati itu dan meluncur dengan sigap ke kulkas yang selalu dingin dan selalu kaku, dan malas jalan-jalan itu. Oh mengapa aku selalu memakai kata “itu”? Ah jangan dibahas disini, nggak enak ntar dilihat orang-orang yang sedang membaca itu. Hehe

Ce-klek. Suara kulkas kalo lagi dibuka.

Dan….

Wooww!! Jikalah saja kau ada disampingku sambil berpegangan tangan untuk sama-sama membelah badan kulkas dan melihat isi di dalam perutnya, ternyata oh ternyata, es teler spesial kelapa muda kerok bertabur potongan jagung manis yang dingin itu-demi Allah- benar-benar tidak ada sama sekali!! Hehe. Ah aku dijebak oleh hatiku sendiri. Yaahh, si-matapun jadi lesu, kepala sedih, rambut juga sedih ikut kepala, dan kaki kecewa karena merasa tertipu mentah-mentah. Si-hati-pun pura-pura dalam perahu, kura-kura tak tahu. Bah!.

Namun, lihatlah apa yang ada didalam kulkas. Ah jika saja kau berada disampingku sambil berpelukan dan bersama-sama menyaksikan apa yang ada di dalam sana, pasti kau melihat sebagaimana mataku melihat, berbinar-binar tak percaya. Wow, aku melihat dengan mataku sendiri yang dikasih pinjam Allah, disana terpampang dengan jelas, dan ini tak bisa disembunyikan lagi!!

“I-ini…ini pasti je-jenazah ke-kepiting yang telah dimutilasi dan dibersihkan!!” pekikku yakin se-yakin-yakinnya sambil menutup mata dengan kedua telapak tangan, seolah kaget. Berlebihan sekali ekspresiku, padahal tak perlu segitunya, halah, namanya juga akting.

Si..si-siapaaa??! Siapa pelakunyaaa?! Me-mengapaaa ini terjadiii??! Aku melihat kiri-kanan seolah-olah ecek-eceknya panik dan mencari jawaban atas kegalauan hati ini. Oh malangnya. Namun apa hal, kepiting tetap diam membisu dan tak menanggapi pertanyaan-pertanyaan lebaiku.

“Ti-tidaaakkk...tidak akan kubiarkan!! Tidak akan kubiarkan jenazah mereka cuma terdiam tak berdaya dan hanya menjadi tontonan orang-orang yang tak berhati!” Hehe.
Setelah wawancara sana-sini ternyata ini kepitingnya si-Yanwar, dan dia dengan tulus serta jujur mengaku bahwa dia-lah pelaku mutilasi yang berdarah tak dingin itu. Bahkan kuperhatikan tak ada raut penyesalan di wajah Yanwar. Dengan santai dia bilang bahwa dia belum sempat dan nggak tahu mau dimasak apa itu kepiting yang tak lagi bernyawa. Ah tega betul Yanwar membiarkan tubuh-tubuh mereka tertindih-tindih di dalam kulkas tanpa perlakuan yang hewani. Kutanya ada nasi nggak? Eh Alhmdulillah, rupanya ada yang udah masak nasi di Rice Cooker canggih buatan dalam negeri, Cosmos nama mereknya!! Mantrap.

Dan lihatlah aku itu tiba-tiba mulai disuap bimbang, rencana awal tadi mulai diterpa keraguan, goyah. Gimana ini ya, aku sedang buru-buru, mungkin baiknya makan di luar saja. Namun, kepiting yang pasrah itu juga tak bisa dibiarkan terus begitu saja. Aku tak mau menjadi lelaki yang tak berhati seperti yang lain, yang tak berbuat apa-apa setelah melihat fakta potongan-potongan tubuh kepiting itu. Begini-begini aku lelaki yang masih memiliki hati dan perasaan yang luhur berbudi. Huff, ini pilihan yang sangat menyesakkan, aku memandang langit yang tenang untuk menguatkan bathin. Oh sungguh pasti kau berpikir lagi betapa berlebihannya gayaku, namun memang demikianlah, karena akupun berpikir demikian…hehehe.

Bismillah, akhirnya kuputuskan untuk makan dirumah saja, hitung-hitung juga untuk memberdayakan dan sesekali bercengkarama dengan piring, sendok dan kompor yang telah lama bersamaku tinggal se-rumah dalam susah lagi suka. Oke baiklah, kali ini rencana awal tadi harus mengalah. Pun semua anggota tubuh juga udah sepakat mengubah rencana, tapi dengan syarat hal ini harus segera kuselesaikan dengan cepat karena aku juga sedang sok buru-buru.

Segera otak melahirkan usulan nama masakan yang akan kami racik sambil buru-buru. Maka terlahirlah nama KEPITING TUMIS TOMAT PEDAS BURU-BURU ala Chef sempalan lulusan teknik sipil!! Ah mantap bukan main, sebuah menu yang akan menjadi masterpiece di dunia perkulineran anak-anak kost nusantara!.

Otak dan hatiku langsung berkoordinasi aktif membuat list bumbu yang dibutuhkan dalam keadaan buru-buru. Daun bawang prey setengah batang cukup, bawang merah 1 siung, bawang putih untuk menambah aroma 1,2 siung, merica -biar pedas gurih- secukupnya, 1,5 tomat segar, cabe rawit sesuai selera untuk diiris-iris, jeruk nipis untuk penghilang bau amis, kecap manis merek apapun secukupnya, minyak goreng sesuai selera, garam dan gula sebagai pengganti penyedap rasa. Woooww…mantrraaaaaaaaappp!! List kebutuhan telah disusun dengan gagah dan sigap, chef jadi-jadian memang tak oke punya. Hehe.

Ce-klek. Kulkas dibuka lagi untuk ngumpulin bahan-bahan di list tadi.

Namun,

Hening.

*Apa yang terjadi sodara-sodara??

Hening.

*Hm..apakah kiranya yang terjadi sodara-sodara??

Hening.

*Wooooiii...apa yang terjadi?!!

Mati kita! Aku tak percaya, sungguh cobaan ini menjadi begitu berat. Ternyata, kulkas mengaku tak memiliki bumbu-bumbu diatas!! Dan nggak mungkin aku harus ke kios lagi untuk belanja bumbu-bumbu, karena aku ini sedang sok buru-buru! Sedang sok sibuk. Dan lebih nggak mungkin lagi jika aku menyuruh kulkas yang belanja ke warung, karena dia pemalas, karena dia dingin, taunya cuma mojok di sudut ruangan. Oh.

Di dapur cuma ada sedikit merica, garam beryodium buatan dalam negeri dan minyak goreng tanpa merek entah buatan mana. Dan di kulkas cuma ada kecap dan gula yang rasanya manis. Aiiihh!!

Aku hening di depan kulkas yang terbuka, terpaku lesu. Kepiting juga diam melihatku, mungkin ia turut prihatin. KEPITING TUMIS TOMAT PEDAS BURU-BURU tinggal kenangan, hilang di telan ombak, lenyap dihembus badai. Kawan-kawan kost pecinta kuliner se-nusantara juga pasti sedih kecewa. Aku jadi hilang semangat, seolah bertepuk sebelah tangan jiwaku ini. Perih. Anang pasti mengerti perasaan yang sedang kurasakan.

Namun apa hal, demi melihat kepiting-kepiting yang hampir membeku kedinginan di kulkas. Aku pun mulai mencoba memahami dan kembali mengumpulkan serpihan-serpihan harapan yang tadi sudah terserak. Aku boleh kecewa, namun aku tak boleh pula mengecewakan kepiting-kepiting yang telah menitipkan harapnya padaku. Kepiting-kepiting itu tak boleh lagi bersedih tak diabaikan. Tak boleh lagi ada yang patah hati akibat perangai satu-dua orang yang tak peduli, tak berhati. Oh tugasku ini sungguh tidak mulia, biasa-biasa saja.

Segera dengan syahdu kubakar kompor sehingga keluarlah api dari dalamnya. Kuberi kompor tugas untuk memanaskan minyak goreng yang telah berlindung dalam dekapan kuali buatan dalam negeri entah bermerek apa. Kuambil kepiting tanpa dipaksa, karena kutahu mereka telah rela dan mempercayai aku sepenuhnya. Ku make-up mereka dengan merica, garam, sedikit gula, dan kudiamkan beberapa waktu agar bumbunya meresap sambil nungguin minyak goreng bilang “OK!”.

Ringkas hikayat, dan kugorenglah mereka dengan hati yang suka lagi cita. Sabar-sabar kutunggu hingga cangkangnya merah merona menggoda, dan dagingnya putih sedikit kecoklatan sebagai petunjuk ia telah renyah lagi gurih akibat di goreng dengan sepenuh hati, sepenuh cinta.

Jreeengg,..dan jadilah itu dia, Kepiting Goreng Merica Pedas sepenuh cinta untuk makan siang buru-buruku. Tak mewah memang, namun percaya-lah, kepiting goreng yang di goreng dengan hati yang rela-lapang adalah kepiting goreng yang nikmat sekali. Gurihnya sepenuh lidah, asinnya tak menyakiti dan pedasnyapun nyaman di hati. Hmm..ampun dah.

Sederhana sekali, namun aku makan dengan sangat senang gembira-gempita, demikian pula kuyakin ia (kepiting_red) demikian. Bukankah kerelaan diantara kami ini lahir dari kesyukuran karena Rabb kami telah menghalalkan hubungan kami? Bahwasanya aku boleh memakannya dan ia-pun telah menyerahkan dirinya untuk boleh dimakan olehku sebagaimana hukum Rabb kami yang berlaku. Ah hubungan kami sebegitu sederhana dan indahnya bukan? Ah semoga kami –dengan segala kelemahan diri- ditolong Allah untuk berusaha menyandarkan segala alasan hubungan kami kepada Rabb kami saja. Sehingga mudah-mudahan Allah beri keberkahan-lah atas semua yang baik-baik itu, meski sederhana, meski kecil tak dipandang manusia.

---&&&---


*Hehe, tinggal di Kajhu membuat intensitas pertemuan saya dan kepiting menjadi sedemikian besar…Oh kepiting, akan rindukah engkau kugoreng jika suatu saat nanti aku pindah dari Kajhu?? Hehehe*


Kajhu, setelah waktu dhuha, setelah gosok baju.
17 Rabiul Awwal 1432 H/Senin, 21 February 2011