Senin, 30 Januari 2012

Johan Asmara (Bab 2)

Bab Ngawur II. Agnis Nomica Namanya

Kita tinggalkan dulu Jo, bujang 37 tahun, yang mau kabur ke Paris, Prancis.

Rasanya penting untuk saya bikin pemberitahuan kepada kalian semua tentang siapa tokoh itu yang membikin Jo nekad kabur dari rumah. Yang membikin Jo cenat-cenut siang-malam, pagi juga. Yang membikin Jo anti sama kapitalis, Zionist juga anti katanya. Yang membikin Jo nggak hidup hedon lagi, nggak foya-foya lagi. Yang membikin Jo berusaha bisa rutin shalat Dhuha dan shalat malam. Yang membikin Jo sering ikut pengajian belajar agama. Yang juga membikin Jo semakin cinta dan sayang sama Banda Aceh, yang telah membikin dia ketemu sama Agnis di suatu hari yang telah lalu itu. Yang Jo jadi sangat berterimakasih sama Banda Aceh karena mengizinkan Agnis tinggal dan kuliah disini, sehingga apa gitu? sehingga Jo bisa ketemu Agnis terus setiap hari tentu. Tapi yang telah akhirnya malah membuat Jo berubah sebaliknya ketika dia apa gitu, iya, merasa patah hati. Jo malah menjadi benci-benci-benci dengan semua yang ada di Banda Aceh karena bikin dia jadi teringat terus sama dia. Iya, sama Agnis Nomica. Setiap sudut kota Banda Aceh mengingatkan Jo akan Agnis. Makanya Jo minggat, menjauh dari Banda Aceh. Ke Paris.

Agnis adalah pasti dia seorang perempuan, jangan lagi kamu membantah itu. Sehingga kesimpulan sementara yang dapat kita ambil bahwa Jo memang normal orangnya. Cantikkah Agnis? Tentu ini saya tidak bisa membikin diri menjawabnya. Kalau mau tahu cantik atau tidaknya Agnis silahkan minta Kang Abik, penulis novel Ayat-Ayat Cinta yang menjelaskannya. Kang Abik kan sering menulis tentang perempuan-perempuan cantik di novel-novelnya. Kalau saya tidak tahu begitu. Karena cantik tentu menjadi berbeda pada setiap orang, iya.

Karena juga rasanya aneh, kok kita yang levelnya sebagai ciptaan kok berani memberi nilai kepada ciptaan Allah yang lain. Kecuali penilaian begitu adalah diberikan kepada yang yang berhak. Jika suami memuji istrinya cantik, itu wajar, sungguh itu menjadi perangai yang baik. Atau bagi seorang Ayah yang pasti memuji anak putrinya itu cantik, meski saat itu seluruh juri Miss Universe plus Kang Abik menulis putrinya itu tidak cantik. Namun kan betul itu saya bilang, ini menjadi aneh kalau saya yang bukan siapa-siapa tetapi mengomentari Agnis itu cantik atau tidak. Kalau mau tau jawabannya coba aja tanya langsung ke Penciptanya Agnis. Namun begitu mungkin bagi Jo dia cantik, tapi bagi saya tidak, oh sungguh ini menjadi hal yang relatif, kan? Iya.

Agnis kamu berjilbab besar ya? Iya, katanya. Mengapa begitu Agnis? Karena saya Muslimah wajib gitu menutup aurat katanya. Halah, bukannya itu hanya karena kamu aktif di organisasi da’wah atau keislaman saja, begitu, kan? Bukan, katanya. Jadi kalau kamu nanti tidak aktif lagi di organisasi keislaman ini-itu kamu masih pake jilbab besar, menutup aurat dengan baik begitu, Agnis? Insya Allah masih, katanya. Oke.

Agnis tahukah kenapa saya bertanya begitu? Tidak tahu, katanya. Karena saya dikasih pernah melihat ada yang dulu berjilbab bagus dia, shalat berjamaah bagus dia ke mesjid (yang laki-laki ini), mengaji dia rajin juga. Itu dulu, ketika dia masih aktif di organisasi da’wah katanya. Namun oh ketika dia tidak aktif lagi dia tidak lagi menutup aurat dengan bagus, dia (yang laki-laki) juga tidak lagi shalat berjamaah ke mesjid, dia juga udah jarang bahkan tidak pernah mengaji dan belajar Qur’an lagi begitu. Seolah-olah dulu dia itu berjilbab karena organisasi da’wahnya. Seolah-olah dulu dia shalat berjamaah karena organisasinya itu. Seolah-olah dia mengaji dan belajar Qur’an dulu itu karena untuk organisasinya. Padahal kan organisasi da’wahnya itu bukan Tuhannya, bukan juga agamanya, Agnis. Iya, katanya. Meski tak aktif di ‘organisasi’ manapun tapi dia kan tetap orang Islam yang ada gitu kewajiban padanya, kan, Agnis? Iya, katanya.

Agnis, kamu adalah anak dari Ibu-bapak kamu, kan? Iya katanya. Oke. Agnis dihadirkan ke bumi setelah 2 orang yang dia sebut kakak-kakaknya duluan hadir. Agnis hadir ke bumi ketika dia masih dalam keadaan bayi. Dan Alhamdulillah tanpa terasa waktu berlari begitu cepat bagi ayah-bunda Agnis. Karena tahu-tahunya Agnis sudah balig sekarang. Karena tahu-tahunya Agnis sudah harus menutup aurat dengan sempurna sekarang. Karena tahu-tahunya Agnis sudah kuliah sekarang. Kuliah di jurusan apa kamu, Agnis? Di sastra Jepang katanya. Bagus. Selain itu Agnis juga memiliki jadwal belajar di pesantren khusus belajar tafsir dan menghafal Qur’an. Oke.

Selain jadwal rutin yang disebut belajar, Agnis adalah dia yang membikin selalu dirinya sibuk dan aktif. Seolah-olah dengan begitu orang akan melihat bahwa Agnis adalah anak yang oke, eksis. Selain kesibukannya di organisasi-organisasi kampus, Agnis memiliki jadwal mengajari anak-anak mengaji IQRA di mesjid komplek rumahnya, juga anak-anak SMU mau ikutan mereka. Agnis juga membuat dirinya menjadi bagian dari seksi konsumsi di organisasi ibu-ibu PKK di kampungnya. Agnis juga ternyata menjadi koordinator pengajian ibu-ibu dikampungnya dan di kampung tetangganya. Agnis tak disangka-sangka juga ternyata adalah anggota klub memasak ibu-ibu di kota Banda Aceh di bawah kepemimpinan istri walikota Banda Aceh. Untuk olah raga, Agnis aktif mengikuti olah raga Panjat Tebing, Lempar Lembing, Jalan Santai dan seni beladiri Karateka khusus perempuan, dan asal kalian tahu, Agnis memang berbeda dengan Jo yang hanya mengikuti Les menari indah dan les memasak saja.

Jo jadi kagum berat deh. Sehingga begitulah mengapa Jo menjadi selalu mencari informasi tentang Agnis. Dia menjadi sangat terinspirasi oleh Agnis. Jo selalu menghadiri pengajian umum yang dihadiri Agnis. Jo membeli buku apa yang Agnis beli, meski akhirnya nggak dibaca. Agnis demo di jalanan Jo juga ikutan meski dari jauh dan meski gak ngerti maksud dan tema demo itu apa, yang penting Jo juga ikut. Agnis memboikot produk-produk Zionist Israel, Jo juga ikut memboikot. Jo belajar menyukai apa yang Agnis sukai. Hampir-hampir saja kalau Jo khilaf dia mau memakai jilbab seperti Agnis biar bisa dekat dengan Agnis, biar bisa akrab ngobrol ini-itu sama Agnis. Olala, gila-kah sudah kamu Jo? Enggak, katanya tapi.

Namun begitulah Agnis. Dia jadi membikin mimpi-mimpi Jo merasa indah, penuh warna, penuh bunga juga. Yang membikin Jo senyum-senyum sendiri jika sedang melamun. Agnis seolah menjadi harapan baru bagi Jo, perempuan yang baik yang Jo dambakan jadi sebagai pendampingnya seumur hidup, khayal Jo.

Agnis telah menjadi seseorang itu yang selalu dipikir-pikirkan oleh Jo, meski sebaliknya Agnis tidak terpikir secuilpun tentang Jo. Agnis masih berpikir dia belajar serius harus, dan tidak berpikir yang namanya macam-macam dulu. Agnis mengisi pikirannya dengan belajar, menambah ilmu juga wawasannya, dan Jo terus mengisi pikirannya dengan Agnis. Jo bingung mengapa dia begitu, dan Agnis tidak bingung.

##hehe2…bersambung lagi ya Jo…:))



30 Januari 2012
Lagi sama “Mocca with Arabica Coffe not Robusta, Arabica is 'Wow'!”.

Rabu, 25 Januari 2012

Hai Muna...:)


Hai Muna, kukasih tau ya, disini sekarang sudah ada malam, yang ku-tau selalu sengaja gelap dan suka menyuruh orang untuk menutup jendela,

Di atas meja ada disitu segelas kopi, juga segelas air putih hangat, yang kutau sudah kuminum, dan ku-tau pasti kamu bilang "jangan minum banyak2 kopi, abaang"

Dan masih ada aku disini, sendiri diruangan yang bisu, yang tau kalau aku itu sedang rindu...


#Affif, Meulaboh 25 January '12,
untuk pacar tercinta... ehem

Sanad Hadits Pada Syi’ah.

Maka mari kita mengenal ilmu hadits pada Syi’ah agar kita bisa melihat apakah ada ilmu hadits yang sebenarnya pada Syi’ah ataukah tidak.

Atas dasar ini, saya katakan kepada setiap orang, bahwa Syi’ah imamiyyah (imam dua belas), tidak ada pada mereka ditemukan hadits-hadits dari Rasulullah SAW. Bahkan kitab-kitab hadits mereka, yang mereka amalkan dengan meriwayatkannya, adalah hadits-hadits yang dikatakan melalui lisan Abu ‘Abdillah, Ja’far as Shadiq, imam keenam pada mereka.

Adapun sanad hadits-hadits, maka sanad tersebut mengundang gelak tawa dan keanehan. Agar saya tidak terlalu panjang, maka biarkanlah kita menghadirkan bersama-sama sanad-sanad Syi’ah , dan periwayatannya dengan disertai komentar bahwa itu tidak dimaksudkan untuk mengajak tertawa, sekalipun benar-benar layak mengundang tawa, akan tetapi ini adalah sebuah ajakan untuk memperhatikan dan merenungkannya. Mudah-mudahan Allah menuliskan hidayah bagi setiap orang yang mencari kebenaran.

Kami akan memilih kitab Syi’ah yang terpenting dan paling shahih dalam hal hadits, yaitu kitab USHULUL KAFI yang kata mereka setara dengan al-Bukhari.

Kita akan mempelajari kondisi sanad periwayatannya yang aneh, yang tidak akan dipercayai oleh akal. Maka diantara riwayat-riwayat dalam kitab Ushulul Kafi, adalah sebagai berikut:

1. “Diriwayatkan beberapa hadits dari seorang laki-laki”…>(siapa laki-laki ini? Tidak ada seorangpun yang mengetahuinya)

2. “Dari seorang laki-laki penduduk Bashrah”…>(siapa dia, dan apa biografinya, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya)

3. “Dari seekor keledai”…>(tentu saja, tidak perlu kita tanyakan siapa keledai ini, dan apa biografinya, akan tetapi cukuplah Syiah merasa terhormat dengan meriwayatkan hadits-hadits mereka dari seekor keledai)

4. “Dari sebagian sahabat-sahabat kami”…>(siapa sahabat-sahabat tersebut, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya)

5. “Dari sejumlah sahabat kami”

6. “Dari seorang laki-laki dari Thabaristan, dan disebut Muhammad”…>(Lihatlah kalimat ‘disebut Muhammad ini, apa biografinya? Tidak ada seorangpun yang tahu)

7. “Dari seseorang yang menyebutkannya”…>(ini termasuk teka-teki sanad yang ada pada Syi’ah)

8. “Dari orang yang mengabarkannya”…>(ini juga teka-teki sanad pada Syi’ah)

9. “Dari seorang lak-laki penduduk Madinah”…>(siapa dia, dan apa biografinya, hingga kita bisa mengetahui ketersambungan sanad? Tidak ada seorangpun yang tahu)

10. “Dari sebagian sahabat-sahabat kami, saya kira dia adalah as-Sayyari”…>(lihatlah kepada kedetailan sanad, perhatikanlah agama ini yang berdiri di atas persangkaan)

11. “Dari seorang laki-laki penduduk Kuffah yang dipanggil Abu Muhammad”…>(siapa dia dan biografinya, tidak ada seorangpun yang tahu, kemudian perhatikanlah kedetilan Syi’ah dalam menetapkannya)

12. “Dari sebagian sahabatnya dari penduduk Iraq”…>(Allahu Akbar, inikah sanad yang wajib kita bagi kita untuk mengambil agama kita darinya, dan kita yakin akan keshahihannya?!)

13. “Dari seorang laki-laki dari penduduk Halwan”…>(!)

14. “Dari sebagian perawinya”…>(!)

15. “Dari seorang yang meriwayatkannya”…>(!)

Siapa yang bisa percaya bahwa ini adalah keadaan mayoritas periwayatan Syi’ah? Jadi, dengan segenap kemudahan, menjadi jelaslah bahwa mayoritas sanad-sanad periwayatan Syi’ah mengandung sanad-sanad seperti ini yang diriwayatkan dari orang-orang majhul (tidak diketahui).

Maka jika ini adalah keadaan hadits yang paling shahih pada Syi’ah, maka bagaimana keadaan kitab-kitab mereka yang lain?!

Mamduh Farhan al-Buhairi

Selasa, 24 Januari 2012

Johan Asmara (Bab 1)


Bab Ngawur I: Suatu Ketika

Ini mengagetkan bagi Jo, Johan Sibertus, lelaki 37 tahun, bujang.Sangat mengagetkan. Dia ternyata berani mengurung dirinya sendiri didalam kamar. Dia telah merasa dirinya ditolak oleh gadis yang dia sukai, yang hatinya bisa cenat-cenut kalau jumpa. Bagi Jo ini sangat tidak dia menyangka akan jadi begini. Jo yang merasa dirinya ganteng, tampan dan beribawa. Jo yang merasa dirinya shalih dan berakhlak mulia. Jo yang merasa dia adalah kaya dan dermawan. Jadi Jo sangat merasa mana mungkin ada gadis yang tega menolaknya? Bukankah dia merasa dirinya sempurna? Pasti ada orang ketiga yang menghalanginya mendapatkan gadis itu, Agnis Nomica, 23 tahun. Pasti ada yang menjelek-jelekkan namanya di depan Agnis Nomica, sehingga apa? Tentu sehingga Agnis Nomica tidak membalas SMS-nya malam itu, sehingga Jo langsung mengambil kesimpulan Agnis membencinya, Agnis muak padanya. Agnis menolaknya. Padahal tentu saja kenyataannya tidak begitu. Karena sayang sekali Agnis sedang kehabisan pulsa saat itu, sehingga tidak dia balas sms dari Jo, seandainya Jo tahu itu. Tapi Jo lebay, Jo terlalu berlebihan dengan perasaannya ke Agnis. Jo terlalu orangnya yang sensitif dan melow, jadinya ya itu, Jo salah paham oleh perasaannya sendiri.

Lalu dalam rangka melebih-lebihkan perasaannya, Jo sengaja mengurung diri di dalam kamarnya. Dengan begini pikir Jo semoga orang-orang yang menjelek-jelekkannya di depan Agnis menjadi sadar dan meminta maaf padanya. Tapi tentu saja itu tidak ada yang menjelek-jelekkannya. Dan tentu saja gak bakalan ada yang sadar dan meminta maaf padanya. Lagi-lagi Jo hanya termakan perasaan kecewanya saja, jadinya Jo semakin mengada-ada. Jo aja yang merasa dilukai oleh cinta, di sia-siakan oleh cinta. Padahal kan itu cuma perasaannya saja.

“Jo, makan pagi!!” bentak emaknya. Jo diam saja. Dia kan sedang kecewa, dan mau nunjukkin ke semua orang bahwa dia sedang kecewa. Sehingga mudah-mudahan semua orang jadi kuatir dan bersimpati padanya. Sehingga mudah-mudahan Agnis nanti juga jadi kuatir dan mau menerima hatinya yang cenat-cenut kalau ketemu Agnis.

“Jo, makan!!” emaknya menjerit lagi dari ruang makan di lantai 3. Dan terdengar jelas ke kamar jo yang di lantai 1. Karena Emak Jo memakai microfon buat karaoke-an untuk manggil Jo dan anggota keluarga yang lain. Yah, maklumlah, dalam cerita ini Jo adalah keluarga yang kelewat kaya raya.

“Jo?!” panggil si-Emaknya yang ternyata sudah di depan pintu kamar tidur jo yang berukuran 2x2 meter. Emak mengetuk berkali-kali pintu kamar Jo yang terbuat dari Marmer mahal buatan negeri Turki.

“Gak mau!! Mamak, gak ngerti perasaan Jo! Biarkan Jo sendiri!!”

“Gak mau apaan? Ngerti perasaan apanya?” Emaknya jadi bingung sendiri.

“Mamak jangan pura-pura nggak ngerti!! Jo benci dengan semua kemunafikan ini!! biarkan Jo memendam rasa ini sendiri!!”

“Ngomong apaan seeh?!” Emaknya tambah bingung.

“Emak, cuma mau bilang, ntar jangan lupa cuci piring dan bersihin 7 WC di lantai 1” lanjut si-emak dan langsung ninggalin kamar Jo. Si-emak gak terlalu ambil pusing omongan Jo.

“Jangan lupa shalat Dhuhanya!!” sayup terdengar teriakan Emak dari ujung lorong rumah.

Jo diam. Dia jadi benci…benci…benci!! “Kenapa sih gak ada yang ngerti perasaan Jo?! Kenapa sih semuanya egois dan gak mau peduli sama perasaan Jo?! Apa jangan-jangan Jo anak di pungut, eaa?!” gumamnya dalam hati.

Akhirnya 3 malam 3 hari Jo cuma di dalam kamar dan tidak dipeduliin sedikitpun oleh Keluarganya, apalagi Agnis. Agnis malah nggak tahu apapun, Agnis sibuk dengan kegiatan-kegiatan da’wah di kampusnya. Agnis sibuk dengan hafalan Qur’annya. Agnis sibuk ngajar ngaji anak-anak SMU di dekat rumahnya. Agnis sibuk ngerjain tugas-tugas di kampusnya. Kan udah dibilang tadi, bahwa Agnis gak tau apapun tentang Jo, dan Agnis hanya tenggelam dalam aktifitasnya sehari-hari.

Jo tambah kecewa, skenario Jo berjalan sia-sia tanpa hasil. Dan si-Emak memang sengaja tak ambil peduli sedikit pun jika Jo gak keluar-keluar dari kamarnya. Lha, Emak aja sudah tahu, setiap jadwal makan Jo memesan makanan macam-macam dari restoran dan dimasukkan melalui jendela kamar Jo. Emak tau itu, karena ketika pesanan itu datang ke rumah Emak-lah yang membuka pintu pagar dan menunjukkan yang mana jendela kamar Jo. Pantesan Jo sering bingung, kenapa yang dia pesan 3 potong ayam penyet tapi kok setiba di jendela cuma sisa 1 potong. Yah, namanya juga kesempatan, si-Emak harus ngecek makanan tersebut layak di makan atau nggak. Tapi Jo gak mikirin masalah remeh begitu, yang dia pikirin Agnis saja.

Merasa skenarionya tadi gagal, Jo menjadi ingin bikin skenario lain, Jo ingin kabur. Dia mau meninggalkan kota ini. Dia mau kabur ke luar negeri, ke Paris, Jo gak peduli jika semua nanti bersedih jika telah kehilangan Jo. Jo mau kabur biar perasaannya ke Agnis juga bisa hilang, bisa berubah, sehingga Jo bisa tentram dalam hidupnya. Mudah-mudahan ada yang nanti di luar negeri mengerti perasaan Jo. Perasaan Jo ke Agnis. Sehingga ada nanti yang bisa jadi tempat Jo curhat gitu. Disini tidak ada yang ngerti Jo, padahal Jo sungguh dalam bingung, mengapa dia tak bisa melepaskan bayangan Agnis dari pikirannya. Mengapa cinta begitu menjadi menyengsarakan, pikir Jo. Agnis, gadis berjilbab lebar yang berakhlak mulia itu membuat hati Jo gimana gitu…

## Bersambung, hehe2…

Note: Cerpen Pesanan Jojo…haha2. Utk bikin senyum2 aja-lah ya…


Affif/23 Januari 2012
Lagi di Meulaboh…

Kamis, 19 Januari 2012

Ngomongin Buku: Saga no Gabai Bachan (Nenek Hebat dari Saga)



Nah, kali ini saya ngomongin buku lagi. Semoga dengan begini akan timbul prasangka, juga kecurigaan, bahwa seolah-olah saya adalah orangnya yang itu rajin membaca buku, meski faktanya nanti berbeda. Dan buku beruntung yang baru saja saya baca dengan indah itu judulnya diberi “Saga no Gabai Bachan: Nenek Hebat dari Saga” karangan Yoshichi Shimada (Akihiro Tokunaga). Dari nama buku dan pengarang maka pasti kalian percaya kalau saya bilang bahwa buku ini asalnya dari Jepang, kan? Kalian juga pasti percaya kalau saya bilang di jepang ada pohon sakura, kan? Kalian juga pasti percaya kalau saya bilang saya pernah lihat bunga sakura di internet, kan? Alhamdulillah kalau kalian percaya sama saya, saya tau itu.

Balik ke pokok cerita. Nah, setelah saya sengaja membacanya sekitar 1 bab, selain kesan sederhananya, maka buku ini segera memanggil ingatan saya agar saya menyangka dia mirip dengan buku Totto-Chan. Dan menurut saya memang rada-rada mirip. Cerita-cerita di dalamnya sangat sederhana dan menceritakan tentang kesederhanaan juga. Penulisnya juga saya tuduh bahwa dia sengaja membikin buku ini dengan bahasa dan alur cerita yang nyaman untuk dinikmati bab demi babnya. Kayak minum teh hangat sambil makan pisang goreng di waktu sore yang hujan sedang dibuat turun dari langit, enak dan pas gitu.

Penulisnya bilang, buku ini diangkat dari pengalaman pribadinya sendiri (bukan pengalaman pribadi saya, ya…:D) ketika hidup bersama neneknya yang dipanggil ‘nenek Osano’ di desa yang bernama Saga. Awalnya dia bilang dia tinggal bersama ayah-ibunya di Hiroshima, namun setelah Hiroshima dengan tega dijatuhin bom atom (oleh Amerika cs) mereka pindah ke Saga. Karena memang sudah takdir maka pada masa-masa perang itu ayahnya meninggal dunia. Setelah perang usai ibunya dan dia kembali ke Hiroshima. Keluarganya itu kita sebut sebagai keluarga miskin, dan ditambah lagi kondisi pasca-perang semakin membuat kehidupan di Hiroshima sulit dan tak menentu. Oleh karena siang malam ibunya sibuk bekerja terus maka ibunya berinisiatif agar Akihiro diasuh neneknya di Saga.

Di Saga, Akihiro dan nenek Osano hidup sangat miskin, namun menariknya nenek Osano tidak pernah menjadikan kemiskinannya sebagai alasan untuk tidak berbahagia dan meratapi hidup saja. Justru nenek Osano adalah orang yang bersemangat untuk menikmati setiap keterbatasan materi yang dia miliki, bahkan dia tetap berbagi kepada yang lain. Coba perhatikan bagaimana suatu kali nenek Osano dengan bangga menyemangati Akihiro dengan berkata, “Ada dua jalan buat orang miskin. Miskin muram dan miskin ceria. Keluarga kita ini miskin yang ceria. Selain itu karena bukan baru-baru ini saja menjadi miskin, kita tidak perlu cemas. Tetaplah percaya diri. Keluarga kita memang turun-temurun miskin.” Hehe, keren…keren...

Atau nenek Osano juga mengatakan dengan yakin ke cucunya itu dan bukan ke saya,“Hiduplah miskin mulai dari sekarang! Bila sudah kaya, kita jadi berpelesir, jadi makan sushi, jadi menjahit kimono. Hidup jadi kelewat sibuk.” Atau dengan kata-kata optimis ini,“Sampai mati, manusia harus punya mimpi! Kalaupun tidak terkabul, bagaimanapun itu kan cuma mimpi.” Dan banyak lagi omongan nenek Osano yang nunjukin ke-optimisan dan keceriaan nenek Osano dalam hidup miskinnya.

Bahkan di penutup buku ini Yoshicmi Shimada/Akihiro Tokunaga lagi-lagi tanpa malu-malu ngomong sama saya bahwa prinsip hidupnya sekarang mengakar pada ajaran neneknya. Hingga kini Akihiro tidak mengenal kata-kata seperti benda bermerek, interior canggih, atau sajian mewah. Baginya hanya ada papan, sandang, pangan dalam kehidupan yang sederhana.

Dia juga bilang (lagi-lagi ke saya), “Bukankah hal yang paling penting semasa kita hidup tidak terletak pada barang yang kita miliki, melainkan pada keberadaan hati? Kehidupan yang dijalani nenek-lah yang dapat disebut sebagai “kehidupan yang baik”. Yakni menikmati apa pun yang terjadi dalam hidup, menyantap dengan bersyukur makanan apapun yang ada di depan mata.

Iya, betul itu, Akihiro-san, bahkan sebelum kamu tulis begitu Nabi saya udah berpesan bahwa, ”(Hakekat) kaya bukanlah dengan banyaknya harta benda. Namun kaya (yang sebenarnya) adalah kaya hati (merasa cukup dan ridha dengan rizki yang diberikan).*

Okelah sodara-sodara sekalian, ini saja, intinya buku ini memang mengajarkan tentang kesederhanaan dan rasa bersyukur dalam hidup. Apalagi ditengah gempuran para kapitalis saat ini yang terus merayu-rayu kita untuk mau hidup hedon, untuk mau tamak dan untuk mau jadi ‘matre’ sejati. Maka buku ini menjadi bagus dan indah untuk dipinjam, dibeli, dibaca dan dipamer-pamerkan. Selamat membaca dah…


Affif/Januari 2012
Lagi di Meulaboh, lagi rindu sama pacar tercinta…


*HR. Muslim