Kamis, 28 Oktober 2010

Kepiteng,..

“praankkk,..prenkk,..jreengg,..bukk!!” piring dan gelas melakukan lompat jauh.

“abangda manis udah nggak sayang dinda lagi!!” raungan emosi seorang gadis muda sambil melempar gelas ke dinding sekehendak hatinya bak melempar bola kasti. Meskipun terlihat sangat marah tapi sepertinya ia belum rela berpisah dengan pemuda di depannya. Ini terlihat dari cara gadis ini yang masih memanggil pemuda itu dengan sebutan “abangda manis”. Ah sepertinya ini marah yang disengaja, marahnya wanita. Atau apakah ini yang namanya marah cinta?? Ah, aku tak tahu,..

“di-dinda di hatiku seorang, tenang dul-u,..” pemuda itu mencoba berdiplomasi dengan panggilan yang tak kalah noraknya seolah sedang berakting ala sinetron Vietnam.

“ngggaaaaaaaaaaaaakkkkkk!!! Abangda udah nggak sayang,.ngggaaakkk,..nggaakk!!” diplomasi pemuda itu gagal. Ia diam. Bingung.

*Pemirsa, rupanya kita sedang berada di dalam perperangan rumah tangga pasangan muda. Jadi mari kembali kita saksikan dengan seksama agar ini menjadi pelajaran bagi kita nanti,..hehe.*

Suasana begitu mencekam. Semut-semut merah di dindingpun diam terpaku menyaksikan sepasang kekasih yang masih muda ini. Suhu ruangan juga terasa bertambah panas sehingga cicak-cicak yang biasanya beraktifitas lalu lalang hanya berani mengintip dari celah-celah plafon tanpa berani berbunyi, jelas mereka tak mau jadi sasaran lemparan piring dan gelas dari seorang istri yang barangkali sedang dibakar cemburu ini. Kali ini semut merah dan cicak kompak tutup mulut agar nyawa tak melayang.

“wahai rembulan di hati abangda seorang,..sebenarnya abangda,..” pemuda itu tak mau menyerah mencoba untuk bicara. Tetapi tetap norak.

Gadis yang merupakan istrinya tersebut berakting menutup kuping dan mata. Ia tak memberikan kesempatan suaminya yang sedang sok-sok merayu di depannya. Kali ini rayuan tak mempan baginya, tapi walau demikian, jujur di dalam hatinya ia tersenyum habis-habisan karena dirayu suaminya. Aiihh2,..

Pemuda itu lagi-lagi terdiam.

Bingung lagi.

Hening.

Suara detik jam dinding merek Seiko pun terdengar. Semut dan Cicak tegang tak berkedip.

Melihat suaminya tak merayu lagi dan terdiam, si-perempuan panas lagi. Menyalak dengan keras semirip Titi Dije yang jempol kakinya sedang tergilas Bus.

“abangda selalu egoiiisss!! Abangda penyejuk mataku selalu nggak mau mendengar penjelasan dinda!! Abangda,.,…udah nggak sayanggg adinda lagiii!!” air matapun ia tampilkan senyata mungkin, sehingga membuat suami nya makin salah tingkah. Dibebani rasa bersalah yang mendalam sedalam-dalamnya.

“iya, tetapi dindaku seorang, masalah hukum kepiting itu masih banyak perbedaan pendapat ulama di dalamnya! Mohon berikan abang kesempatan untuk menjelaskannya” pemuda itu langsung mengambil kesempatan berbicara.

Ia pegang dengan lembut tangan istrinya. Perempuan itu menarik tangannya dengan membuang muka, acuh. Pemuda itu memegang lagi tangan istrinya biar keliatan seperti di telenovela-telenovela. Namun istrinya menarik lagi tangannya. Pemuda itu bingung. Istrinya senang. Oh Tuhan.

Hening.

“tolonglah, dengarkan adinda sesekali abanda sayang!!” istrinya juga tak mau kalah noraknya. Pemuda itu tak bergeming, ia menatap istri didepannya. Ia mencari-cari kemana dan apa kira-kira keinginan istrinya tersebut.

“Abangda, kepiting itu hidup di dua alam, alias hewan amfibi. Abangdaku, di fiqih, untuk hewan amfibi ini disebut dengan istilah barma’i sehingga beliau merupakan hewan yang haram dimakan. Haram wahai abangda!!”

“tetapi dalil-dalil yang digunakan untuk mengharamkan hewan amfibi belum kuat wahai adinda belahan jiwaku seorang,..”

“abangdaaaa!!! Adinda rembulan di hatimu ini belum selesai bicaraaa!!,..tuh kan, abangda udah nggak sayang adinda lagi,.!!!”

“ah iya, lanjutkanlah,...” si pemuda norak itu jadi stres. Makan hati.

“nah, keharaman akan hewan amfibi banyak dibahas di buku-buku fiqih, abangda,..di kitab Nihayatul Muhtai-nya Imam Ar-Ramli yang berasal dari kalangan mahzab As-Syafi’i dengan tegas bilang bahwa hewan yang hidup di dua alam, air dan darat itu haram. Tahukah engkau hal itu abangku?”

Perempuan itu memandang suaminya yang dari tadi diam dan kelihatan sabar mendengarkannya. Kini ia yang memulai menggenggam tangan suaminya itu. Sambil tersenyum ia berkata lembut,

“abangda, dinda mengerti niat baik abangda membawa pulang se-goni kepiting ke rumah, namun salah seorang ulama kita, Yusuf Qardhawi bilang, bahwa niat yang baik tidak dapat membenarkan yang haram…”

Hening.

“dindaku, rembulan dan melati yang harum mewangi sepanjang detik di hatiku,.bolehkah kini abangda berbicara?” dengan rayuan yang lagi-lagi norak minta ampun si-pemuda mencoba bersuara. Istrinya memasang ancang-ancang untuk kembali meraung. Tetapi rayuan super gombal tadi cukup mampu menahan raungannya hanya sampai di pangkal tenggorokan. Ampun dah.

“Kepiting hanya bernafas dengan insang, dinda. Beliau tahan hidup di darat selama 4-5 hari karena insangnya menyimpan air. Tanpa air kepiting akan mati, adinda, beliau itu tak bisa terlepas dari air, tak bisa...”

Perempuan itu lumayan kaget mendengar penjelasan suami semata-wayangnya itu. Ia simpan dulu sementara emosinya. Ia mulai sedikit mau mendengarkan.

“Bapak Dr. Sulistiono yang merupakan ahli dari Fakultas Perikanan dan Kelautan di Institue Pertanian Bogor (IPB) bilang bahwa kepiting bukanlah hewan amfibi, dinda. Formula fiqih yang adindaku jelaskan diatas memang benar adanya, namun tidak berlaku untuk kepiting…adinda tidak salah, namun menurut abang, mungkin barangkali dinda sedikit keliru menggolongkan pakcik kepiting ke dalam hewan amfibi,..” Pemuda itu memandang lembut istrinya. Ia menjaga-jaga kata jangan sampai istrinya emosi ala Titi Deje lagi.

Perempuan itu mulai berpikir.

“adinda,..bukankah asal segala sesuatu dan kemanfaatan yang diciptakan Allah adalah halal dan mubah, kecuali ada nash yang shahih dan tegas dari Allah yang mengharamkannya,...iya kan?? Pemuda itu menggantungkan pertanyaan. Istrinya mengangguk pelan, sepakat.

“maka hukum asal kepiting kembali ke asalnya yaitu halal, dan ini dikuatkan oleh fatwa Majelis ulama Indonesia kita lho…”

Perempuan itu tertunduk sebentar, ia berpikir.

Hening

Dan tiba-tiba, si-perempuan itupun memeluk suaminya sambil menangis-mewek layaknya pilem-pilem ABG korea. Semut-semut dan cicak pun berpelukan berurai air mata.

“oh abangda,..”

“Adinda,..” (berlari-lari dengan adegan slow motion dan berpelukan kayak sinetron2 lebai)

“udah,.udah,.jangan nangis lagi, ntar abangda Spider belikan buku sama jilbab baru dah,…” si pemuda yang ternyata bernama Spaiydermen ini menenangkan istrinya.

Si-istripun tersenyum senang kemenangan, sambil membuat lambang V alias victory dengan jarinya ke arah semut-semut dan para cicak. Semut dan cicak yang tadi ikut terharu mendadak terdiam kaget, eh?! Semut dan cicak saling berpandangan serasa mencium ada yang tak beres. Aiihhh,.. apakah dari pertama tadi ini semua merupakan skenario si-istri??! Wallahu’alam…hehe


*hahaha parah2. the end*


Kajhu, 19 Dzulkaidah 1431 H/27 Oktober 2010
Lelaki Boemi/Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali bin Teuku Muhammad Ali bin teuku Muhammad Din bin Teuku Loen.


Bacaan pendukung: Halal-Haram, Syaikh Yusuf Qardhawi. Fiqh Kuliner, Ahmad Sarwat, Lc.

Salah satu prinsip Islam tentang Halal-haram:
1. Bahwa Asal segala sesuatu dan kemanfaatan yang diciptakan Allah adalah halal dan mubah, dan tidak ada yang haram kecuali apa yang disebutkan oleh nash yang shahih dan tegas dari Pembuat Syari’at ang mengharamkannya. Apabila tidak terdapat nash yang shahih-seperti sebagian hadits dha’if – atau tidak tegas penunjukkannya kepada yang haram, maka tetaplah sesuatu itu pada hukum asalnya, yaitu mubah.
2. Niat yang baik tidak dapat membenarkan yang haram. Sesuatu yang haram tetaplah haram, bagaimanapun baiknya niat pelakunya, mulia tujuannya, dan tepat sasarannya. Selamanya Islam tidak ridha menjadikan yang haram sebagai jalan untuk mencapai tujuan yang terpuji, karena Islam menginginkan tujuan yang mulia dan cara yang suci sekaligus. (Al-Halal wal-Haram fil-Islam, Syaikh Yusuf Qaradhawi)

7 komentar:

  1. hakim bao! hakim bao!! hakim bao!!!

    BalasHapus
  2. ga da lawan syeh...mantap!!!
    tak habis pikir ane...dr mn antum bajak kalimat2 norak mengenaskan tu!!!

    BalasHapus
  3. b kholil kun: hahaha memanglah kehadiran hakim baou di nanti2 oleh psangan muda yg mentel tu bg,..hakim bau,..hakim bau,...hakim bau!!

    BalasHapus
  4. ichie; ane pun heran chi,...tu pasangan muda cm gara2 kepiteng ja ribotnya minta ampun,,..hehee

    BalasHapus
  5. masyaallah syekh...kisah kepiting segoni jadi kembang macam dicampur soda kue...hehehe...mantap..kalo di kajhu banyak kepiting2 gratis berkeliaran dirumah kiriman si spiydermen, bagi2 ya,, ^^

    BalasHapus
  6. ve:,...hehe lebai dan hancor kan??

    kpiteng di kjhu pemalu semua ve, klo kita tangkap malah kabur, pdhal niat kami kan baik,..cm mau direbus pake mie aja pun,..

    =D

    BalasHapus
  7. Imajinasi nte melebihi kapasitas ilmu nte broe, ane salut. sesekali silaturahim ke www.syifwa.wordpress.com

    BalasHapus