….
Tampaknya memang diperlukan sebuah terobosan dalam membahasakan tuntutan kita untuk menerapkan syari’at Islam. Untuk itu, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan.
Pertama, kita perlu menunjukkan adanya political will yang jujur dan kuat bahwa kita memang sangat bersungguh-sungguh ingin menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan kita; bahwa isu ini tidak diangkat sebagai sekedar jargon atau komoditas politik; bahwa isu ini tidak diangkat sebagai sekedar dagangan politik yang diperlukan untuk meraup suara umat Islam dalam pemilu. Political will harus ditunjukkan dalam komitmen kita secara pribadi dalam menerapkan Islam, selain pada usaha-usaha yang sistematis dan berkesinambungan, untuk merealisasikan tuntutan kita melalui berbagai proses-proses sosial politik yang ada.
Kedua, memenangkan wacana publik dengan mengomunikasikan Islam kepada masyarakat secara lebih baik, menjelaskan Islam apa adanya sebagaimana ia diturunkan Allah Swt., sebuah Islam dengan kerangka dengan sistemnya yang lengkap, komprehensif, moderat, keseimbangan, dan merupakan rahmat bagi manusia. Kita mungkin tidak perlu menunjukkan pembelaan yang berlebihan terhadap Islam, baik dengan cara menunjukkan keunggulan-keunggulan sistem Islam dan kelemahan-kelemahan sistem-sistem lainnya. Cara itu hanya merupakan janji yang akan membebani kita sendiri, dan pada waktu yang sama, memperkokoh semangat pragmatisme dalam beragama di mana orang hanya akan berislam karena ada manfaat jangka pendek yang ia peroleh, bukan sebagai suatu bentuk ketundukan atau sifat ubudiyah mutlak kepada Allah Swt.. Sikap pragmatisme beragama seperti itu hanya akan melahirkan sikap-sikap keagamaan yang parsial, di mana agama hanya diikuti sepanjang itu menguntungkan mereka.
Ketiga, marilah kita menggunakan bahasa kenyataan dibanding bahasa lainnya. Kenyataan dapat berbicara lebih jelas dan lebih kuat dibanding semua bahasa lainnya. Sukses perbankan syari’ah misalnya, baik dalam mempertahankan eksistensinya di tengah badai krisis ekonomi maupun meningkatnya daya saing terhadap perbankan konvensional, jauh lebih kuat membuktikan keunggulan sistem ekonomi Islam dibanding seribu buku yang kita tulis tentang ekonomi Islam. Menggunakan bahasa kenyataan mengharuskan kita menyepadankan antara keunggulan sistem Islam dan keandalan manusia-manusia Muslim. Dengan kata lain, sudahkah diri kita merepresentasikan kecanggihan Islam?
(dikutip dari buku Dari Gerakan Ke Negara, Anis Matta: 42-43)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar