Senin, 16 Agustus 2010

Wow, Penulis!!

(PR menulis)

Hah?apa?menjadi penulis?penulis yang menjadi-jadi?

Begini ceritanya, hari Minggu kemarin rupanya telah dicatat di takdir Tuhanku bahwa aku dan beberapa teman akan bertemu dengan wali kelasku dalam suatu hajatan. Itu merupakan pertemuan pertamaku dengan wali kelas menulisku yang merupakan penulis itu. Buku novelnya yang sakti berjudul De Gate of Heaven. Aku nervous, tapi senang minta ampun. Kulirik2 ia layaknya perawan beriman yang melirik calon suaminya. Rindu tertahan.

Kami duduk membentuk lingkaran layaknya halaqah pengajian. Dengan gagah nan berani wali kelasku yang memiliki panggilan manja “Bang Rahmad” itu memberikan pencerahan2 dan “doktrin2 aneh”. “Doktrin aneh” itu membuatku tersenyum girang.

Kuberitahukan kau mengapa kusebut “doktrin aneh”. Dengan suara yang meradang2-nge-bass Bang Rahmad tanpa segan membunyikan doktrinnya,”ingat, kita, kelompok VII memiliki aturan. Satu, kita adalah keluarga!” Aku mengangguk takzim.

kedua, kita adalah keluarga!!” suaranya meninggi beberpa oktaf. Aku takzim tapi tak mengangguk.

Ketiga, kita adalah keluarga!!paham?”

Aku tak mengangguk dan juga tak takzim. Aku tersenyum rangkap dua.

Senyum pada rangkap pertamaku itu karena aku teringat pada seseorang. Ya, pengulangan 3 kali aturan itu mengingatkan aku akan Nabi kita yang mulia, yang terkadang mengulang beberapa hal penting sebanyak 3 kali atau lebih. Para ulama –Semoga Allah merahmati mereka- menyimpulkan pengulangan perkataan Nabi itu menunjukkan bahwa hal itu sangat penting. Contoh, seperti pada hadits tentang menahan marah atau hadits tentang melayani Ibu. So, rupanya wali kelas menulisku ini sedang tak main-main. Ia bukan wali kelas jadi-jadian. Ia serius.

Senyum rangkap keduaku justru bermakna sedikit berbeda. Senyum ini dipenuhi nuansa materialistis yang sangat dominan. Senyum ini senyum bertanduk penuh konspirasi. Licik. Senyum ini ingin memanfaatkan aturan bahwa kami adalah “keluarga” untuk kepentingan komersil dan sesaat. Senyum ini dengan cepat mendesain rencana2 hitam ke depan.

Beberapa rencana yang sempat terekam pada senyum materialistis ini adalah; satu, karena kami keluarga maka bolehlah aku meminta rupiah tiap bulan pada masing2 “teman satu kelompok” eh, m-maksudku “keluargaku” itu, termasuk wali kelas; Dua, aku akan pura2 mengunjungi rumah/kost “keluargaku” pada waktu 5 menit sebelum berbuka puasa; Tiga, karena kita adalah “keluarga” boleh dong nebeng pakaian kotor untuk di cuci! Ah, rencana yang bukan main. Aku akan menjadi keluarga jadi-jadian yang berbahagia.

Diakhir pertemuan kelompok VII, wali kelasku memberikan PR menulis. Seingatku tugas itu berbentuk sebuah artikel mimpi. Berbau cita-cita. Kira-kira seperti ini baunya “Mau jadi penulis seperti apa kamu nanti.” Aku bingung. Perutku yang sedang berbakti di bulan Ramadhan pun tiba2 bersiul-siul. Sepertinya ia juga sedang bingung.

Mari kuberitahukan mengapa aku bingung. Menjadi penulis, kawan??sebagai pelamun handal hal tersebut belum pernah terlintas dilamunan-lamunanku sebelumnya. Bingung ini mirip dengan bingungnya aku pada beberapa aktifis wanita “tercerahkan” yang dengan berapi-api mengatakan jilbab bukan bagian syariat tetapi merupakan budaya Arab saja.

Perhatikan, “Affif adalah seorang penulis”. Janggal bukan?? Malah aku lebih termotivasi dengan kalimat seperti ini,”Affif adalah seorang suami”!! Hah, terdengar
sangat syahdu malah…*hehe*

Aku juga bingung karena awalnya aku ikut pelatihan menulis ini bukan untuk menjadi penulis. Skenario awalnya aku cuma ingin lihai dalam merayu istri melalui tulisan. Ya, maksudku dalam menulis surat cinta. Ah, kau pura2 dalam perahu pula, kan aku jadi malu ini…*hehe lebai, tapi biarin, salahsatu doa yang mudah dikabulkan adalah doanya orang yang sedang berpuasa,..ini kesempatan!*

Namun, wali kelasku mulai meneror!! Ia mengancam bahwa akan membuat kami tidak nyaman hidup jika tidak menulis. Ia akan menjadi hantu pikiran yang akan terus menghantui. Ia akan menjadi duri dalam daging2 kami. Ia juga akan menjadi nyamuk yang mengaum dalam tidur malam2 kami. intinya ia akan mengganggu. Aiihh,…

Huff, setelah termenung sambil menunggu waktu berbuka puasa aku pun memberanikan diri untuk berpikir “aku maunya menjadi penulis seperti apa nanti”.

Terus terang untuk masalah novel atawa cerita2 fiksi aku termasuk orang yang menikmati tulisan2nya Andrea Hirata dan barangkali termasuk Tere-Liye. Dan tak terlalu banyak membaca novel2 yang lain. Otomatis hal ini membuat aku tak memiliki banyak referensi mahzab dalam menulis. Yah, aku pun mahfum jika ada beberapa anak orang yang mengklaim aku pengikut mahzab Andrea Hirata, tapi kupikir tak apalah. Tak apa karena saat ini aku sendiri sedang mencoba menghargai diri sendiri dalam proses belajar nulis ini. Kuharap kau jangan terlalu banyak bacot,..

Akupun masih meraba2 dalam perkara ini. Bahkan ketika PR dari wali kelas ini diturunkan, aku masih dalam keadaan gelap menerjemahkan apa itu “artikel”. Bakterikah ia?atau tumbuhan mirip kaktus yang sudah jinak?Ijtihad sementaraku ya nulis ocehan begini aja. Mudah2an ini termasuk dalam spesies “artikel”. *aku ragu*

Skenario yang lain, nanti aku ingin menulis sesuatu yang ringan tapi layak untuk dibaca dan diambil pelajaran2 hidup di dalamnya. Aku ingin menjadi penulis yang pandai merayu. Merayu orang lain untuk mau melihat dan mengambil hal-hal yang baik dalam hidup. Meskipun kebaikan itu terlihat kecil dan sederhana.

Senorak-noraknya sebenarnya aku pingin punya buku seperti kumpulan ceramahnya Raditya Dika. Tapi tentunya dengan matan menurut versiku sendiri. Aku cuma sedikit kurang sreg saja dengan materi ceramah Dika si-Kambing Jantan itu. Untuk membuat novel, cerpen, cerbung, cekung, centong dan ce-fulan lainnya aku belum tertarik.

Sebagai penulis, kepentingan duniawi yang sempat didambakan olehku, ya mau jalan-jalan keliling antar kampus, kampung, propinsi dan Negara. Alias diundang untuk membedah, menguliti dan merebus bukuku, termasuk untuk buka puasa bersama…*eh??!*

Untuk masalah “amplop bayaran”, maaf kawan, aku akan menolaknya. Amplopnya dengan tegas akan kukembalikan, ehem, tentunya setelah kukosongkan terlebih dahulu…*hehe*. Kuharapkan kau mengerti betapa tegarnya aku menghadapi godaan amplop itu. Aku bukan bujang sembarang yang mudah diberi amplop begitu saja. Mohon kau berhati-hati.

Nah, demikan saja kiranya tuan-tuanku, jikalah ada yang masih bimbang boleh-lah ditanyakan. Tak perlu sungkan, anda sopan kami segan…*hehe*

Affif Herman,
Kelompok VII

11 komentar:

  1. awal paragrafmu membuat ku dan ibuku tertawa :-) tulisanmu kuberi "like... like... like..." (3 x ulang) duhai cutbang kelasku :-)

    BalasHapus
  2. maidi:,..hahaha,..oh Tuhan, aku kuatir ibumu akan mbeberkan kebocoran ini pada calon2 ibu mertuaku,..hehe. jakllah maidi.

    skrg ane nunggu giliranmu,...=)

    BalasHapus
  3. ahhhhh afiffff... kakak ketinggalan berta....
    kk kan ikut itu.. tapi gak tau jadwalnya .. hadoohhhhhh... acem nihhhh:( :( :(
    HIKS HIKS super tinggiii

    BalasHapus
  4. k fida:,..jeh?? gk dapat SMS dari panitianya kak?

    BalasHapus
  5. subhanallah...sebagai ketua kaderisasi FLP saya bangga dengan tulisan anda yang sangat berbobot ini

    Teruslah menulis dan menggelitik semua orang dengan tulisan yg bermakna
    pasti bang rahmad yang ceria penuh tawa sangat senang menjadi wali kelas anda

    Saleum,

    BalasHapus
  6. bingung aja sama alur'a...
    setting time'a kpn neh fif??

    BalasHapus
  7. hp kk dalam masa peristirahatan. udah di inbox sama riza.. tapi gak kebaca...
    eh eh tapi tadi kk udah ikutan loh pertemuan perdana nya... ternyata masih bisa :D
    kk kelompok 1 *siul

    BalasHapus
  8. ade si kepala suku kaderisasi:,..terimakasih2,..mhon bantuan dan masukannya agar masa depan bangsa ini lebih baik,..bebas rokok, bebas korupsi dan bebas dari cengkraman dominasi ekonomi negara2 kapitalis...*jeh??kmn ini??hehe*

    BalasHapus
  9. b jo:,.klo bingung, silahkan ke laut, jgn sungkan2. byk kali bacot,..*hehe*

    jeh, kan udh dibilangin hr minggu kmren,...*esmosi*

    BalasHapus
  10. oia...belom baca yg atas...hahahaaa

    BalasHapus
  11. hancooooooooorrrrrrrr maning hahahaha :D tapiii mantappp Mantan pak presiden hehehe

    BalasHapus