Rabu, 09 Februari 2011

Dialog Imajiner Antar Aktor Sejarah

Izzudin Al Qassam Nampak begitu simpatik dalam senyumnya yang lepas. Darahnya yang segar beraroma harum kesturi, menambah suasana damai dan sejahtera. Tak kalah simpatik Muhammad Toha dari Bandung dengan pembawaannya yang periang seperti alam Jawa Barat. ‘Tak ada masalah’ benar-benar menghapus wujud tubuhnya yang hancur bersama ledakan gudang mesiu Belanda yang diledakkannya, yang sampai hari ini tetap membentuk situ yang lumayan. Di seberang sana seorang mantan Presiden Thomas Jefferson, presiden ke-2 sebuah Negara benua dengan wajah prihatin yang sukar dilukiskan.

TJ:”Nampaknya kalian begitu bebas, tak ada masa lalu yang cukup menyedihkan atau masa depan yang menakutkan?”

IQ & MT: “Apa yang membebani pikiran Anda sehingga wajah Anda begitu mengenaskan?”

TJ: “Bangsaku yang dungu itu. Dari awal sudah kuwasiatkan mereka untuk tidak memasukkan ke dalam sistem Amerika sepotong Yahudi pun. Di zamanku imigran mulai berdatangan ke benua harapan itu. yang paling banyak ya mereka, si spora itu”.

IQ: “Anda koq rasis benar sih?”

TJ: “Bukan karena rasis, tetapi seperti juga Anda tak suka negeri Anda diduduki dan dikhianati. Saya bilang kepada mereka, sekarang belum jadi masalah serius. Nanti kalau mereka sudah menduduki dan merampasi tanah bangsa Palestina, maka Amerika akan terseret-seret ke dalam pusaran yang tak jelas dan tak menguntungkan.”

IQ:”Seperti peramal masa depan?”

TJ: “Ini bukan soal meramal. Sangat mudah diproyeksikan, bagaimana masa depan suatu bangsa yang bagaikan kayu dengan larva-larva yang mulai menetas dan berkembang biak, mulai menggerogotinya. Politik hari ini adalah sejarah hari esok dan politik kemarin adalah sejarah hari ini.”

IQ: “Tetapi kenyataannya koq runyam begitu. Bangsa Anda begitu mabuk kepayang dengan kaum Yahudi, melawan arus semangat dunia baru hari ini. dalam konferensi di Afrika Selatan, seluruh Negara menilai Israel sebagai Negara rasis dan pelanggar HAM. Eh, ternyata mau-maunya AS walk out menyertai bangsa Zionis-kolonialis itu.”

TJ: “Nasib kita sama, Kang Toha hancur bersama bom yang diledakkannya ke gudang amunisi Belanda, tetapi kini bangsanya sendiri hancur oleh naza, zina, KKN, kolaborasi para pemimpin dengan musuh bangsa. Tuh, gadis-gadis casting bugil. Maaf, aku fikir apa aku nggak menghina mereka dengan mengatakan mereka itu gadis, ya? Apa mungkin kalau orang masih bener-bener gadis mau telanjang di depan laki-laki (juga perempuan) asing? Bahkan di depan ibunya sendiri juga muaallluu sangat. Lihatlah bangsaku di zamanku, entah karena warisan sentuhan Islam di Spanyol, gadis-gadisnya begitu rapat menutup tubuh mereka, seperti Laura dan teman-temannya dalam film The Little House in The Praire”

MT: “Alhamdulillah, saya sudah lepas dari tanggung jawab. Tubuhku utuh kembali. Luka dan darah yang harum ini bagaikan mozaik warna yang kaya pada batu-batuan mulia, zamrud, aqiq, zabarjad, firouz dan lain-lain. Kalau boleh iri, aku sangat iri dengan bangsamu Al Qassam. Tahun 40-an Syaikh Faraghli menjadi panglima Jihad Palestina. Tak masalah gudang senjata di kebunnya terbongkar. Dr. Musthafa As-Siba’i tidak berpangku tangan atau sekadar mengerutkan dahi seperti lazimnya tampilan klasik intelektual. Sampai hari ini bunga-bunga bangsamu luar biasa bermekaran. Para ibu bangga dengan putera-puteri mereka yang syahid”.

TJ: “Ah, kalau ibu-ibu bangsaku hari-hari ini, sedang aktif memandangi gadis-gadis mereka yang sedang mempersiapkan carrier untuk perkemahan musim panas, sambil tak lupa menegur, “Eh, jangan lupa pilnya ya?” Rasa-rasanya bangsa Kang Toha juga sudah seperti itu.”

MT: “Heroisme dan patriotism bangsaku sekarang tinggal di desa-desa, di atas panggung kayu 17 Agustus, dengan gadis dan bujang yang memoles wajah mereka hitam-hitam dan mengikat kepala dengan pita merah putih, meningkahi pakaian gerilya di zaman perjuangan fisik. Bangsa Akh Qassam, punya pemuda-pemudi cerdas, peduli bangsa, shaleh lagi. Banyangkan ketika mereka dibuang di padang pasir, masih bisa kuliah di alam terbuka, ikut ujian dan lulus cemerlang. Kalian berpotensi membuat bom nuklir. Seperti para belia negeri-negeri ‘ekstremis Islam’ yang sedang belajar di Barat. Banyak mereka jadi ahli biogenetika, nuklir, antariksa, bahkan kalau perlu antrax, maksudnya ahli penangkal antrax, lho”.

TJ: “Kalian punya masa depan. Negeriku beserta negeri-negeri yang mengikutinya diperkirakan tahun 2040 Cuma punya manula, karena mereka enggan beranak. Seks bebas ya oke. Iklan layanan sosial di negeri Kang Toha juga kampanye seks aman, artinya pakailah pencegah kehamilan. Soal aman dari murka Allah mah, sebodo teuing! Bancinya ingin menambah jumlah 40 juta pasangan sejenis di negeriku.”

IQ: “Negeri Anda mempelopori terorisme stigma. Kang Toha secara tak langsung digolongkan ekstrimis atau teroris. Media negeri Kang Toha sendiri langsung saja melahap produk bengkel isu Zionis. ‘Telah ditangkap dua orang teroris Islam’, ‘Telah meledak bom atas nama teroris Islam’. Seandainya orang-orang Moro di Mindanao, (Ia tak sudi menyebutnya Philipina Selatan. Tak ada dengan Raja Philip atau Magelhans), dengan kekuatan fisik mengusir ‘transmigran’ paksa dari utara yang tandus merambah negeri mereka yang subur makmur, apa salahnya? Kami berhak perangi siapa saja di Palestina yang disusuki Zionis. Menyerang penduduk sipil? Ini kondisi perang jangka panjang sampai Palestina merdeka. Sejak awal terutama ketika si jagal Sharon mempersenjatai penduduk perumahan di atas tanah rampasan dengan berbagai senjata modern, selesai sudah sipil-militer. Ultra sipil beralasan untuk dibunuh karena menduduki hak milik bangsa yang dirampas Zionis dengan dukungan penuh Kerajaan Britania (UK) dan Negara Mr. TJ cs. Dimana terorismenya?

MT: “Apa nggak ada yang mengingatkan pemerintah negeri Mr. TJ?”

TJ: “sebelum Bush menuangkan bom curahnya di Afghanistan, James Kelley di The United State Pos telah mengingatkan agar dia jangan lagi menambah beban bangsa kami dengan melayani terus keinginan nista Zionis-Israel. Jangan jadikan dunia Arab dan Islam sebagai musuh. Tetapi hanya dalam 2-3 hari masuklah lebih dari 300-an e-mail pendukung Zionis menyerang pandangan tersebut. Hanya ada 5 surat dukungan. Kan di negeri Kang Toha sudah banyak pengguna internet, baik dinas, warnet maupun rumahan. Koq cicing wae?”

MT: “Sehari-hari para karyawan, asyik membuka situs porno, dari mana bisa berkorbar semangat jihad. Sudah lagi bahasa Inggris mereka amburadul, tak mampu berkomunikasi. Kalau ada pengajian di berbagai Islamic Center negeri Mr. TJ, mereka tak mau hadir, kecuali bila di tulis “Khusus Indonesia”. Baik yang kuliah di Barat atau nyantri di Arab, sama-sama kuper kecuali sedikit dan itulah yang pulang membangun bangsa.”

IQ: “Dinasehati Kelley, Mr. Bush tersinggungkah?”

TJ: “Ah, biar dia nyusul kemari.”


KH. Rahmat Abdullah-semoga beliau dirahmati Allah/ Pilar-Pilar Asasi-2005.

4 komentar:

  1. kurang mengalir dialognya dek... ;))

    maaf yah

    BalasHapus
  2. bg martha,..hehe. memang gaya nulis KH Rahmat Abdullah tu gini bang,..
    aq-pun klo urutan "aturan" nulis juga gk ngerti hehe, mhon masukan ditulisan yg aq coret jg bang,..

    thanks for coming...=)

    BalasHapus
  3. Semakin merindukan penerus KH. Rahmat Abdullah :) semoga keberadaan forum "P.T" jadi pemicu spontanitas berwawasan, yg kita impikan akan mensitesa pemikiran generasi dakwah yg lebih bernas. Sehingga akan menghasilkan grafik kualitas kader dakwah dengan kurva yg melengkung tinggi, bukan menukik tajam.
    (Hehe, berkomentar seraya kagum, dan mengingat kehadiran seorang teman dulu, yg gaya bicaranya menjadi ciri unik dirinya)
    ..
    betewe, mantap Fif

    BalasHapus
  4. wuuihh,..komen yg mantap bang...=))

    BalasHapus