Selasa, 01 Februari 2011

Rujak-rujak!!

Entah siapa yang memberi hari ini dengan nama Selasa. Atas dasar apa dan mengapa ia memberi nama “selasa”?Mengapa bukan hari “Obeng” atau barangkali hari “Mawar”? atau apalah selain “Selasa”. Dan lagi diperparah dengan kalender yang mengklaim secara sepihak tanpa membuka ruang diskusi bahwa hari ini bertanggal 25 januari 2011, padahal barangkali bisa saja si-kalender khilaf dalam menghitung tanggal kan? Kan? Kan?

Konon aku saat itu sekitar pukul 11 di sebelah barat waktu di Indonesia raya tanah air tumpah darahku sedang menuju ke Darussalam. Lihatlah aku itu sedang ingin menuju ke kantinnya Fakultas Hukum (FH) Unsyiah. Unsyiah itu jika dipanjangkan menjadi Universitas Syiah Kuala, hah, sengaja kuberitahukan ini karena aku orang yang senang berbagi segala sesuatu, entah karena memang baik atau karena biar kelihatan baik gitu.

Aku kesana karena udah janjian untuk ketemu sama senior, Kak Melvina, yang baru pulang kuliah dari Amerika, yang udah jadi dosen di Unsyiah. Dan aku, demi Allah, bukan janjian sama rektor -yang mungkin- seperti yang kamu bayangkan.

Nah, lihatlah aku itu sedang di depan FH. Baru saja aku mendarat dengan gaya yang indah dan lembut. Namun, aku dibuat bimbang mencari tempat buat parkirin motor, karena parkirannya udah full semua. Kemana ini si tukang parkir? Bukankah tugasnya adalah melayani, membimbing, mengayomi dan menunjukiku tempat parkir yang lurus?Tapi kemanakah ia di saat-saat kegelapan dan kebimbangan seperti ini terjadi?Beh!

Setelah mutar-mutar dengan lincah di perkarangan FH ini aku akhirnya dapatin tempat parkir yang kremes. Hahaha aku tak bisa menjelaskan tempat parkir yang “kremes” itu gimana bentuknya, tapi ya begitu-lah, yang penting aku merasakan “kremes” saat markir disitu.

Setelah motor kuparkir dengan gemulai, dari kejauhan tiba-tiba ada yang datang sambil setengah berlari ke arahku. Eh, hm…barangkali ia malah sedang dua pertiga berlari. Ah aku tak sempat menanyakan dan menghitungnya. Yang pasti ia datang dengan berlari.

“Oke..oke..bang, oke disitu.” Dia setengah menjerit, eh, barangkali seperempat menjerit. Oh, ternyata ini dia staf ahli dalam dunia perpakiran FH yang kita omongin diatas tadi. Tiba-tiba dia datang macam jailangkung, datang nggak bawa undangan pulang minta diantarin. Dan aku menoleh kepadanya dengan indah dan sedikit slow motion. Oh ampun dah.

“Heh, begini-e, perangai tukang parkir jaman sekarang, heh?!!” Aku berakting berkacak pinggang seolah-seolah aku adalah senior legendaris dalam dunia perparkiran. Dan seolah-seolah aku telah mengikuti macam-macam konferensi perparkiran di tingkat dunia, sehingga oleh karena itu seolah-olah dia harus meletakkan hormat kepadaku. Dia kaget.

“Eh,.. hehehe” Senyum dia. Oh, lihat, gara-gara senyum dia jadi manis.

“Gimana ini tempat parkir!! Saya yang cari tempat parkir sendiri, saya yang markirin sendiri, saya yang bawa motor sendiri, semua-semuanya sendiri! Tukang parkirnya enak-enakan! Beh! Klo gini saya menuntut gratis atau diskon parkir!!” aku berceloteh dengan anggun-eksotis dalam bahasa Aceh. Yang diatas itu telah kuterjemahkan.

“Hah? Hahaha… Siap booosss, beres tu boooss!!” Ketawa dia besar-besar, sampe beberapa mahasiswa curi-curi pandang ke kami, heran. Barangkali iri melihat kami kok bisa mesra dan enak-enakan ketawa-ketawa, sedangkan SBY aja susah ketawa macam kami.

“Jangan beres-beres aja!”

“Hehehe” senyum lagi dia, eh, tuh kan jadi manis lagi.

“Hehehe. Yaudah aku ke kantin. Itu motor abangmu, lihat dan ingat!! Eh, Lihat dulu… ituuu..itu!”aku nunjuk-nunjuk.

“Hahaha..iya bang” dia ketawa lagi.

“Hehehe”

Tukang parkirpun mengikutiku dengan matanya sambil tersenyum kepadaku yang alhamdulillah sedang berjalan dengan kaki yang dianugerahkan Allah ini (ya Allah, ampunkanlah jika kaki ini terkadang salah kumanfaatkan). Oh lihatlah betapa senangnya dia tiba-tiba bisa tertawa lepas denganku tadi. Dan jika kau ada disana bersamaku saat itu, lihatlah, betapa pula dia jauh lebih manis ketika tersenyum. Betul pula-lah kata Nabi perihal senyum itu.

Oh tukang parkir, dari gayamu yang terus memandangku mudah-mudahan kamu heran dan senang bertemu denganku yang norak ini. Pasti awalnya kamu berpikir semua yang mau parkir itu sombong-sok-cool dan cuma mau memanfaatkan kamu saja kan? Dan memandang sebelah mata karena kamu tukang parkir yang cuma dibayar 1000 rupiah kan? Dan tidak menyapamu serta mengira kamu manusia biasa yang nggak penting, yang tidak kuliah seperti mereka, yang juga berbaju kumal berbau keringat tak berparfum seperti mereka. Dan sangkaan-sangkaanmu lainnya. Oh padahal kalau saja mereka tahu, bisa jadi kamu adalah ayah dari seorang anak atau suami dari seorang istri yang sedang nyari rejeki yang baik dan halal sehingga berkedudukan tinggi di mata Allah. Oh jika saja mereka tahu. Oh berterimakasihlah banyak-banyak sama Allah Rabb kita, karena ngasih label sukses itu dari kepatuhan dan ketundukan kepada-Nya, bukan dari yang lain.

Dan oleh karena itu tadi barangkali pasti juga kamu heran dan mudah-mudahan senang karena aku menepuk pundakmu seolah kita kenal, seolah kita akrab, seolah kita berteman lama, seolah sering komen-komenan di FB, seolah aku calon bupati yang sedang kampanye. Padahal kita tidak kenal, tidak berteman lama, tidak komen-komenan di FB, apalagi sedang kampanye, namun aku tetap menepuk pundakmu seolah sok kenal-sok dekat. Sehingga kamu senang dan barangkali ingin menanyakan siapakah aku ini, siapakah pula namaku, trus menanyakan siapakah ibunda sepenuh jiwaku, dan menanyakan siapakah istriku kan? Kan? Pasti mungkin kamu hampir menyangka aku ini bidadari yang terpeleset jatuh ke bumi kan?Ah mudah-mudahan bukan. Hehe.

Oh ingin aku mengajakmu ngopi bareng di kantin saat itu, namun kulihat kamu masih saja sibuk, sibuk, dan sibuk mengurus motor dan mobil yang keluar-masuk itu. Padahal aku juga ingin mendengarkanmu bercerita tentang hidupmu gimana, biar aku lebih tahu kisah hidup yang lain, biar aku bisa juga bersyukur, biar aku lebih jadi tahu diri. Dan biar aku bisa gendong anakmu jika punya, biar kamu bisa juga makan masakan istriku nanti, biar aku bisa ucapin selamat karena kamu bisa dapatin rejeki yang halal yang nggak dari korupsi, biar bisa dengar curhatmu yang -barangkali- bosan jadi WNI, biar aku bisa ngucapin selamat Idul Fitri jika lebaran datang, biar aku bisa mendoakanmu, biar kamu juga mendoakanku karena kita sudah kenalan tadi diatas. Oh namun kamu sibuk saat itu, selalu sibuk. Ya sudah-lah…


(Haha, judul dan isi yang nggak nyambung adalah sebuah kesengajaaan yang terencana..… maafkanlah7x)

poto lain yg sempat terekam sedang akting berkacak pinggang...


Kajhu malam-malam, 27 januari 2011, Sambil liatin hujan dan nonton pilem King Julianz (serial Penguin Madagaskar)
Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali

4 komentar: