Selasa, 01 Februari 2011

Episode khusus yang shalat nggak pake mukena: Shalat Shubuh.



(Hm..yang shalatnya pake mukena boleh2 saja baca, tapi…entahlah..haha)

Wah gak bisa dibiarin! Ini masalah kehormatan kita! Harga diri! Gengsi!! Masak sebagai lelaki kita nggak ada niat/kemauan/kehendak/usaha untuk shalat shubuh berjamaah??! Kredibilitas kita sebagai laki-laki di mata Rabb bisa terpuruk jika terus begini. Ini permasalahan yang serius dan berpotensi menyulut konflik. Kalo terus-terusan dibiarkan maka kita -bangsa lelaki- akan terlihat sangat kampungan dan jauh tertinggal!!

Lelaki meski tak se-spesial perempuan namun kita harus tetap berusaha dan pantang menyerah. Jangan patah semangat cuma gara-gara Rasul kita ngulangin 3 (tiga) kali agar lebih berbakti kepada ibu (perempuan) dan bapak cuma sekali (lelaki). Dan lagi ada motivasi berbakti bahwa surga itu di bawah telapak kaki ibu, bukan bapak. Oh namun sungguh hal itu tidak boleh menjadi sebuah alasan pembenaran kemunduran kita!.

Yah, mau nggak mau kita dituntut untuk lebih jeli untuk mencari peluang yang potensial untuk menaikkan harkat dan martabat kita sebagai bangsa lelaki di mata Rabb kita. Tak lain dan tak bukan, shalat shubuh berjamaah adalah salahsatu pilihan yang mantraaap tiada berbantah tiada keraguan! Ini perbuatan yang nggak sembarang orang bisa lakuin, yang mau rela-relain bangun trus ke mesjid, padahal matahari saja masih malu-malu untuk terbit. Suasana yang dingin dan tanpa sorotan publik merupakan kondisi yang jelas mematah-matahkan semangat “lelaki” memble untuk shalat shubuh berjamaah. Wow.

Bocoran mentereng yang telah kuterima bahwa Imam Muslim meriwayatkan hadits bahwa shalat sunnah fajar itu lebih baik dari dunia dan seisinya (1). Dan di hadits yang lain beliau juga meriwayatkan bahwa yang shalat berjamaah di waktu shubuh seakan-akan ia telah shalat malam sepanjang malaamm!! (2). Hah!, sebegitu spesialnya shalat shubuh berjamaah itu! Bahkan Umar r.a. pun pernah bilang,”Sungguh, ikut serta dalam shalat Shubuh berjamaah itu lebih baik bagi saya dari pada shalat malam.” Heh, sip bukan?.

Aku juga sempat terpikir bahwa kita ini ternyata bisa begitu mudah menjadi milyadeeerrr lho broth -tentunya tanpa harus “menipu” downline-downline kita hehe-. Nih, coba aja terawang hadits di atas, shalat sunnahnya lebih baik dari dunia dan isinya! Wow, hoho, kuulangi, lebih berharga dari seluruh isi dunia!! Itu baru shalat sunnahnya ya, gimane lagi shalat wajibnya yang dikerjain dengan berjamaah!!…wow…wow…hohoho… Allahu Akbar! Allahu Akbar!.

Maka dari itu, sebagai sesama lelaki yang sering terlena dengan “potongan yang sedikit dari dunia” tak ada lagi yang harus direpet-repetkan, mari bahu membahu untuk bisa shalat shubuh berjamaah demi peradaban ummat yang berkah dan lebih baik. Karena Shubuh adalah waktu permulaan yang berkah dan baik untuk memulai segala kebaikan-kebaikan hidup. Jangan banyak bacot-lah, kalo memang ada kemauan pasti ada jalan untuk bisa bangun en pergi shalat shubuh berjamaah…ok, fight yeaa!

“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat”.(3)

“Dan barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.”(4)


Kajhu pagi-pagi, 16 Januari 2011
Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali bin Teuku Muhammad Ali bin Teuku Muhammad Din bin Teuku Lon bin Teuku Lampou-u bin Teuku Bentara Balee bin Teuku Bentara Sumbrang.

(1). Rasulullah SAW bersabda-yang diriwayatkan dari Aisyah: “Dua rakaat fajar (shalat sunnah sebelum Shubuh) lebih baik dari dunia dan seisinya.”(HR. Muslim)
(2). Diriwayatkan Muslim dari Ustman bin Affan r.a. berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: “Barangsiapa yang shalat Isya’ berjamaah maka seakan-akan dia telah shalat setengah malam. Dan barangsiapa shalat Shubuh berjamaah (atau dengan shalat Isya’, sperti yang tertera dalam hadits Abu Dawud dan Tirmidzi) maka seakan-akan dia telah melaksanakan shalat malam satu malam penuh.” (HR. Muslim)
(3). Hadits Riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi , dan Ibnu Majah.
(4). Qur’an Surah An-Nur: 40)

1 komentar: