Senin, 30 Januari 2012

Johan Asmara (Bab 2)

Bab Ngawur II. Agnis Nomica Namanya

Kita tinggalkan dulu Jo, bujang 37 tahun, yang mau kabur ke Paris, Prancis.

Rasanya penting untuk saya bikin pemberitahuan kepada kalian semua tentang siapa tokoh itu yang membikin Jo nekad kabur dari rumah. Yang membikin Jo cenat-cenut siang-malam, pagi juga. Yang membikin Jo anti sama kapitalis, Zionist juga anti katanya. Yang membikin Jo nggak hidup hedon lagi, nggak foya-foya lagi. Yang membikin Jo berusaha bisa rutin shalat Dhuha dan shalat malam. Yang membikin Jo sering ikut pengajian belajar agama. Yang juga membikin Jo semakin cinta dan sayang sama Banda Aceh, yang telah membikin dia ketemu sama Agnis di suatu hari yang telah lalu itu. Yang Jo jadi sangat berterimakasih sama Banda Aceh karena mengizinkan Agnis tinggal dan kuliah disini, sehingga apa gitu? sehingga Jo bisa ketemu Agnis terus setiap hari tentu. Tapi yang telah akhirnya malah membuat Jo berubah sebaliknya ketika dia apa gitu, iya, merasa patah hati. Jo malah menjadi benci-benci-benci dengan semua yang ada di Banda Aceh karena bikin dia jadi teringat terus sama dia. Iya, sama Agnis Nomica. Setiap sudut kota Banda Aceh mengingatkan Jo akan Agnis. Makanya Jo minggat, menjauh dari Banda Aceh. Ke Paris.

Agnis adalah pasti dia seorang perempuan, jangan lagi kamu membantah itu. Sehingga kesimpulan sementara yang dapat kita ambil bahwa Jo memang normal orangnya. Cantikkah Agnis? Tentu ini saya tidak bisa membikin diri menjawabnya. Kalau mau tahu cantik atau tidaknya Agnis silahkan minta Kang Abik, penulis novel Ayat-Ayat Cinta yang menjelaskannya. Kang Abik kan sering menulis tentang perempuan-perempuan cantik di novel-novelnya. Kalau saya tidak tahu begitu. Karena cantik tentu menjadi berbeda pada setiap orang, iya.

Karena juga rasanya aneh, kok kita yang levelnya sebagai ciptaan kok berani memberi nilai kepada ciptaan Allah yang lain. Kecuali penilaian begitu adalah diberikan kepada yang yang berhak. Jika suami memuji istrinya cantik, itu wajar, sungguh itu menjadi perangai yang baik. Atau bagi seorang Ayah yang pasti memuji anak putrinya itu cantik, meski saat itu seluruh juri Miss Universe plus Kang Abik menulis putrinya itu tidak cantik. Namun kan betul itu saya bilang, ini menjadi aneh kalau saya yang bukan siapa-siapa tetapi mengomentari Agnis itu cantik atau tidak. Kalau mau tau jawabannya coba aja tanya langsung ke Penciptanya Agnis. Namun begitu mungkin bagi Jo dia cantik, tapi bagi saya tidak, oh sungguh ini menjadi hal yang relatif, kan? Iya.

Agnis kamu berjilbab besar ya? Iya, katanya. Mengapa begitu Agnis? Karena saya Muslimah wajib gitu menutup aurat katanya. Halah, bukannya itu hanya karena kamu aktif di organisasi da’wah atau keislaman saja, begitu, kan? Bukan, katanya. Jadi kalau kamu nanti tidak aktif lagi di organisasi keislaman ini-itu kamu masih pake jilbab besar, menutup aurat dengan baik begitu, Agnis? Insya Allah masih, katanya. Oke.

Agnis tahukah kenapa saya bertanya begitu? Tidak tahu, katanya. Karena saya dikasih pernah melihat ada yang dulu berjilbab bagus dia, shalat berjamaah bagus dia ke mesjid (yang laki-laki ini), mengaji dia rajin juga. Itu dulu, ketika dia masih aktif di organisasi da’wah katanya. Namun oh ketika dia tidak aktif lagi dia tidak lagi menutup aurat dengan bagus, dia (yang laki-laki) juga tidak lagi shalat berjamaah ke mesjid, dia juga udah jarang bahkan tidak pernah mengaji dan belajar Qur’an lagi begitu. Seolah-olah dulu dia itu berjilbab karena organisasi da’wahnya. Seolah-olah dulu dia shalat berjamaah karena organisasinya itu. Seolah-olah dia mengaji dan belajar Qur’an dulu itu karena untuk organisasinya. Padahal kan organisasi da’wahnya itu bukan Tuhannya, bukan juga agamanya, Agnis. Iya, katanya. Meski tak aktif di ‘organisasi’ manapun tapi dia kan tetap orang Islam yang ada gitu kewajiban padanya, kan, Agnis? Iya, katanya.

Agnis, kamu adalah anak dari Ibu-bapak kamu, kan? Iya katanya. Oke. Agnis dihadirkan ke bumi setelah 2 orang yang dia sebut kakak-kakaknya duluan hadir. Agnis hadir ke bumi ketika dia masih dalam keadaan bayi. Dan Alhamdulillah tanpa terasa waktu berlari begitu cepat bagi ayah-bunda Agnis. Karena tahu-tahunya Agnis sudah balig sekarang. Karena tahu-tahunya Agnis sudah harus menutup aurat dengan sempurna sekarang. Karena tahu-tahunya Agnis sudah kuliah sekarang. Kuliah di jurusan apa kamu, Agnis? Di sastra Jepang katanya. Bagus. Selain itu Agnis juga memiliki jadwal belajar di pesantren khusus belajar tafsir dan menghafal Qur’an. Oke.

Selain jadwal rutin yang disebut belajar, Agnis adalah dia yang membikin selalu dirinya sibuk dan aktif. Seolah-olah dengan begitu orang akan melihat bahwa Agnis adalah anak yang oke, eksis. Selain kesibukannya di organisasi-organisasi kampus, Agnis memiliki jadwal mengajari anak-anak mengaji IQRA di mesjid komplek rumahnya, juga anak-anak SMU mau ikutan mereka. Agnis juga membuat dirinya menjadi bagian dari seksi konsumsi di organisasi ibu-ibu PKK di kampungnya. Agnis juga ternyata menjadi koordinator pengajian ibu-ibu dikampungnya dan di kampung tetangganya. Agnis tak disangka-sangka juga ternyata adalah anggota klub memasak ibu-ibu di kota Banda Aceh di bawah kepemimpinan istri walikota Banda Aceh. Untuk olah raga, Agnis aktif mengikuti olah raga Panjat Tebing, Lempar Lembing, Jalan Santai dan seni beladiri Karateka khusus perempuan, dan asal kalian tahu, Agnis memang berbeda dengan Jo yang hanya mengikuti Les menari indah dan les memasak saja.

Jo jadi kagum berat deh. Sehingga begitulah mengapa Jo menjadi selalu mencari informasi tentang Agnis. Dia menjadi sangat terinspirasi oleh Agnis. Jo selalu menghadiri pengajian umum yang dihadiri Agnis. Jo membeli buku apa yang Agnis beli, meski akhirnya nggak dibaca. Agnis demo di jalanan Jo juga ikutan meski dari jauh dan meski gak ngerti maksud dan tema demo itu apa, yang penting Jo juga ikut. Agnis memboikot produk-produk Zionist Israel, Jo juga ikut memboikot. Jo belajar menyukai apa yang Agnis sukai. Hampir-hampir saja kalau Jo khilaf dia mau memakai jilbab seperti Agnis biar bisa dekat dengan Agnis, biar bisa akrab ngobrol ini-itu sama Agnis. Olala, gila-kah sudah kamu Jo? Enggak, katanya tapi.

Namun begitulah Agnis. Dia jadi membikin mimpi-mimpi Jo merasa indah, penuh warna, penuh bunga juga. Yang membikin Jo senyum-senyum sendiri jika sedang melamun. Agnis seolah menjadi harapan baru bagi Jo, perempuan yang baik yang Jo dambakan jadi sebagai pendampingnya seumur hidup, khayal Jo.

Agnis telah menjadi seseorang itu yang selalu dipikir-pikirkan oleh Jo, meski sebaliknya Agnis tidak terpikir secuilpun tentang Jo. Agnis masih berpikir dia belajar serius harus, dan tidak berpikir yang namanya macam-macam dulu. Agnis mengisi pikirannya dengan belajar, menambah ilmu juga wawasannya, dan Jo terus mengisi pikirannya dengan Agnis. Jo bingung mengapa dia begitu, dan Agnis tidak bingung.

##hehe2…bersambung lagi ya Jo…:))



30 Januari 2012
Lagi sama “Mocca with Arabica Coffe not Robusta, Arabica is 'Wow'!”.

1 komentar: