Rabu, 12 Oktober 2011

Bersin jodoh


[Jangan percaya, kalau saya bilang kereta api di gambar ini ada di Indonesia tanah air tumpah darahmu.]


Lalu pada tahun 1980-an akibat dia dibikin bergerak, maka bergerak-lah dia. Iya, kereta api itu. Kereta yang itu banyak membawa orang-orang yang mau masuk ke dalam perutnya, dan acuh pada yang tak mau. Dia bikin badannya yang panjang itu bergerak dari Jakarta ke Yogyakarta. Santai saja gayanya. Dia tetap itu berlari cepat meski perutnya kenyang, akibat dimasuki dan diduduki oleh hampir itu seribuan orang. Apa tidak capek kamu, kereta api? insyaAllah mungkin jawabannya pasti capek, atau mungkin juga tidak, atau apalah, susah kalau cuma diduga-duga.

Lalu di salah satu kursi di dalam perut kereta api itu ada seorang yang dulu dia masih boleh disebut pemuda. Meski sejujurnya saya yakin dia kalau ada umur sampai sekarang pasti adalah yang disebut sebagai orang yang sudah tua. Herannya, pemuda itu duduk dia dengan tenang di dalam perut kereta api. Apa dia tidak takut berada di dalam perut itu? Kenapa dia diam saja. Bukankah lebih menarik jika dia ketakutan sehingga kita yang membaca kisahnya menjadi penasaran dan dag-dig-dug gitu. Tapi karena dia duduk diam saja, ya sudah tak apa. Mungkin dia itu lagi bikin dirinya asyik melihat pemandangan diluar jendela sambil mendengar suara si-roda dan rel yang terus berciuman sepanjang Jakarta-Yogyakarta.

“Hatsyiiiiiimmmm….!! “. Pemuda itu tiba-tiba bersin. Dan asal kamu tahu saja, bahwa tak satupun dari hampir seribu orang yang ikut di telan oleh perut kereta api itu telah memprediksikan bahwa si pemuda itu akan bersin. Jadinya ya sebagian besar dari mereka bersikap biasa-biasa saja gitu. Bersin bukan-lah hal yang luar biasa bagi mereka. Bagi saya juga. Bagi kamu juga. Bagi Presiden juga.

“Alhamdulillah” ujarnya, sambil itu tadi menutup mulut dan hidungnya dengan telapak tangan. Agar itu orang di depan dan sampingnya dengan begitu tidak terlalu terganggu. Namun saya menduga, mungkin dia sesekali mau juga itu menutup dengan telapak kaki, tapi mungkin dia takut dikira sinting, makanya mungkin dia itu menjadi urungkan niat begitu. Atau mungkin juga tidak sih, atau apalah, susah juga kalau cuma di duga-duga.

Berselang beberapa detik, ada yang itu menyahut, “Yarhamukallah…”. Ow ow ow, dia yang menyahut ada itu disitu duduk dia di seberang pemuda itu rupanya. Makhluk Allah yang kita sebut dengan perempuan dia. Berjilbab rapat dia. Dan dia-lah pemilik sahutan atas bersin itu tadi. Dan lagi hanya itulah satu-satunya sahutan di dalam yang boleh kita sebut sebagai gerbong kereta itu. Tentu pemuda itu adalah dia yang tidak mengenali siapa itu perempuan berjilbab. Dan tentu perempuan itu juga menjadi dia yang juga tidak mengenali siapa pemuda yang tidak berjilbab itu.

Dia sudah berjilbab ketika itu yang di tahun 1980-an, padahal sangat langka ada yang mau begitu. Mungkin banyak juga yang itu namanya takut. Berjilbablah kamu di tahun itu dan siap saja dituding ekstrem kanan oleh orang-orang ramai. Oleh pemerintah juga, khususnya si-Ali Moertopo cs. Tak ada itu yang namanya bebas mengekspresikan simbol-simbol keislaman. Dulu itu juga tak mudah ada itu yang menjalankan etika sahutan ketika ada saudara se-akidah bersin. Sekarang mungkin sudah banyak kan ya, atau mungkin juga tidak, atau apalah, susah juga jadinya kalau dari tadi cuma di duga-duga terus. Hehe.

Ganjil jadinya menurut pemuda yang sebenarnya lelaki tersebut. Kejadian tadi tentu sebenarnya membikin dia itu merekam di hati. Diam-diam. Aih…aih...mungkin saat itu ada pelangi di atas langit sana. Mungkin bunga-bunga di sepanjang jalan itu pun bermekaran. Mungkin juga langit sedang saat itu adalah indah kelihatannya. Atau mungkin saja tidak, sulit kalau cuma di duga-duga, apalagi saya itu sengaja mendramatisir keadaan.

Lalu tibalah saatnya dimana kereta api boleh istirahat di yang namanya stasiun. Di Yogyakarta. Di pulau Jawa. Di negara Indonesia tanah air tumpah darahmu, disanalah kamu berdiri. Keluarlah beramai-ramai orang yang tadi di telan oleh kereta api. Semuanya keluar melalui pintu, biar ecek-eceknya dibilang kompak gitu.

Rupa-rupanya adalah sama antara lelaki yang muda itu dengan perempuan berjilbab itu turun, di Yogyakarta juga. Lalu lelaki muda itu bikin dirinya berani, seolah-olah dengan begitu dia boleh disebut pemberani, padahal tidak. Tidak dia sebut namanya kepada perempuan itu, juga tidak dia bikin dirinya bertanya siapa nama perempuan itu. Dia hanya meminta nama orang tua dan alamatnya si-perempuan, itu saja. Saya yakin lelaki itu juga tidak meminta uang kepada perempuan itu.

Berselang-lah beberapa hari. Dimana dia yang kita sebut lelaki muda tidak berjilbab di atas adalah dia yang menjumpai ayah dari yang kita sebut perempuan berjilbab di atas tadi. Dan berceritalah dia akan niatnya yang baik dan tulus untuk menggenapkan segenap agamanya bersama perempuan yang itu putri si-bapak.

“Mas Fulan mengenal putri saya?”

“Belum, Pak.” Pemuda yang sebenarnya lelaki itu menjawab singkat.

“Kok bisa? Sebab, putri saya banyak…”

Dan…dan…dan…tak lama setelah pertemuan itu, ketika di tahun yang saya belum ada di bumi ini, si-pemuda bersin tidak berjilbab dan perempuan penyahut bersin berjilbab itu akhirnya sama-sama duduk di pelaminan. Resmi menjadi kekasih yang halal secara hukum agama. Dan sekian-lah cerita ini begitu.

Merupakan ini kisah nyata yang itu pernah saya baca dari blog orang, dan saya bikin diri menceritakannya kembali. Agar itu ada hikmah barangkali, ada pelajaran barangkali, ada juga kebaikannya barangkali yang bisa diambil. Oh begitulah.



00.17 WIB. 12 Oktober katanya tahun 2011.
Affif Herman, lagi mau bikin badan tidur.

8 komentar:

  1. woow, ada jodoh dalam kereta ? *tuing2, perlukan bersin ini dipraktikkan ? :D
    hehehe..

    BalasHapus
  2. ticka: haha77x...iya, cb aja ntar ticka praktekin di dalam labi2 (berhubung di aceh blm ada kereta api)...mana tau,..ehem,...mana tau...ehem..ehem...mana tau, kan?...hehehe. selamat berjuang, ticka!! haha77x

    BalasHapus
  3. klo cewek2 yg baca, bakalan mulai praktekin nih =)))

    BalasHapus
  4. mee: haha2...hati2 Mee, soalnya skrg udah byk pemuda yg nikah muda jadi ntar klo mau jawab bersinnya nanya2 dulu dia udah nikah ato belom...hehe2..selamat berjuang!!

    BalasHapus
  5. hahaha...jd ngakak klo liat orang bersin di kereta.. =))

    BalasHapus