Seolah-olah kata pengantar dari saya...
Ini asli adalah tulisan istri. Iya, istri saya, karena nggak mngkin saya memasukkan tulisan istri orang lain kesini. Mengapa tulisan ini saya aplod kemari? Yah, karena ini tulisan istri saya makanya saya aplodkan kemari. Hehe. Sekaligus untuk menyenangkan hati juga. Sekedar untuk senang-senang saja. Yup…mari…mari..
---------------------------------------------------------------------------
Ngaji dulu, baru Nyanyi
Akan saya awali tulisan saya ini dengan sebuah pertanyaan, sudahkah anda menonton film sang pemimpi?
Bukan..bukan untuk promosi..saya sama sekali tidak berniat untuk itu…
Hanya saja, jika jawaban Anda belum, mohon maaf, jika boleh saya katakan, Anda mungkin agak ketinggalan deretan film-film top negeri ini. Juga sangat disayangkan Anda mungkin tidak dapat mengikuti alur tulisan ini..
Nah, ketika menonton film tersebut, ada sebuah dialog yang disampaikan bang Zaitun (harta karun pria melayu) yang cukup menggelitik saya.
Kata-kata fenomenal tersebut berbunyi: “Ngaji dulu, baru nyanyi…”
Terus terang saya tidak tahu pasti apa maksud sang sutradara memasukkan dialog tersebut.
Yang jelas, di kepala saya bermunculan beberapa hipotesa..
A :Abang kita itu bermaksud mengingatkan arai untuk mendahulukan urusan akhirat daripada dunia. Begitu banyak dari kita termasuk saya yang begitu disibukkan dengan dunia sehinggga melupakan akhirat. Padahal, akhirat adalah tempat kembali sedangkan dunia persinggahan semata. Ah betapa kita terpedaya…
B: Guru tersebut bermaksud mengingatkan sang murid, bahwa kesuksesan di dunia sangat tergantung pertolongan Yang Maha Kuasa..sehingga selain ikhtiar, sangatlah penting berdoa dan mendekatkan diri kepadaNya dalam bentuk ibadah2 kita.. sehingga dengan bantuanNya, suara cempreng Arai bisa berubah merdu mendayu demi memikat hati Zakiah Nurmala.
C: bang Zaitun, selaku lelaki melayu tulen sangat ingin para pemuda melayu menjadi anak-anak sholeh, anak yang taat agama.. Boleh saja kita memperkenalkan banyak pendidikan formal, musik, bahasa, olahraga, IT, dan hal lainnya untuk memperkaya wawasan dan mengasah bakat anak-anak kita . Namun alangkah lebih bijak, jika sedari kecil pendidikan agama ditanamkan kepada anak cucu kita, kepada para pemuda yang akan meneruskan tongkat estafet bangsa sehingga mereka tidak hanya punya otak yang encer, tapi juga punya hati.
D: A dan B benar
E: Semua benar
F: BSSD
Hehe..Hidup perfilman Indonesia..Saya tunggu film2 mantap berikutnya.
Munawwarah, Banda Aceh 2010
Sepakat ! heehe
BalasHapusfahri: hehehe...
BalasHapus