Sabtu, 18 September 2010

NURANI; de biggest en de last Nasyeed Team in Abdya -Based on a true story,..saadaaapp!!-



Tak pernah lekang dalam ingatan peristiwa ketika ribuan hingga jutaan perawan dan non perawan, bahkan termasuk beberapa juta lelaki begitu menggila-gilai hingga gila pada boysband-boysband di era tahun 90-an. BackstreetBoys, 911, 5ive, F4, Nsync, Boyzone, Westlife dan yang lainnya adalah beberapa contoh boysband yang dulu berserakan dan amat populer.

Secara umum boysband biasanya terdiri dari 3 hingga 5 bujang. Mereka umumnya pasti berwajah tampan bin manis binti cute dan memiliki suara pas-pasan. Namun, ada juga beberapa orang yang memang memiliki suara bagus. Mereka tidak memainkan alat musik kecuali mikropon atau toa mushalla saja. Biasanya mereka jago dance, melenggak-lenggok dan meliuk-liuk jungkir balik sambil meraung-raung diatas panggung dengan gaya rambut oke, pakaian dan sepatu berwarna warni super keren dan mahal. Dan kuperintahkan kau sebagai anak kampung jangan kau berharap memilikinya dan memakainya ketika berangkat shalat jumat. Norak itu, nak.



Ada juga spesies boysband yang sedikit cool pada perfomace panggungnya. Seperti halnya westlife dan Boyzone. Spesies ini gemar berpakaian rapi ala eksekutif muda kantoran, ber-jas tergosok licin selicin-licinnya hingga kecoakpun tergelincir, jam tangan mentereng, sepatu kulit menkilap semengkilap muka mereka, dengan sisiran rambut elegan, tatapan dingin dan menggoda -otomatis- membuat para gadis-gadis ABG harus menunda aktifitas mereka ketika video klip boysband itu diputar. Sekali para boysband ini mengedip mesra maka para perawan lugu itupun ternganga dan menjerit-jerit kayak kesurupan 100 jin kelaparan. Tergelepar-gelapar seperti ikan lele yang digoreng hidup-hidup. Ckckck.

Dan kadang ketika menonton atau mendengar lagu-lagu mereka yang berbahasa Inggris atau bahasa mandarin -seperti F4 (baca; EF-SEUK, dengan posisi bibir bawah dimonyong-kan)- para gadis ini senyum-senyum sendiri atau malah menangis tiba-tiba, seolah sangat paham dan mengerti apa yang diucapkan oleh boysband tersebut. Saat bujang ganteng itu kembali senyum dan melambaikan tangan, maka otomatis para gadis-gadis lapuk tadi kembali menjerit-jerit tak karuan bak ketemu pocong disudut kamar di malam jumat. Ah lihatlah perangai belia-belia itu.

Para bujang boysband ini begitu fenomenal se-fenomenal-menalnya saat itu. Ini terlihat dari antusias gadis-gadis ABG-baik yang di kota dan di kampung- untuk mengeluarkan rupiah yang mereka tabung untuk membeli kaset, CD, Poster dan pernak-pernik yang berhubungan dengan para bujang yang jago menggoda dan kaya raya tersebut. Lagu satu kasetpun tak jemu-jemu dihafal siang-malam. Nama lengkap, alamat, nama ortu dan makanan kesukaan para boysbandpun tak lepas dari target hafalan para gadis-gadis itu. Di kamar-kamar para gadis ini pun dipenuhi poster-poster boysband yang terfokus pada wajah mengkilap bercahaya hasil editan pake Photoshop. Sehingga wajah para boysband tersebut tidak mudah lekang dari ingatan hati mereka. Bahkan jika sedang tak ada yang melihat, para gadis ini tak segan memeluk-mesra poster bisu dikamar mereka tersebut, layaknya memeluk suami tercinta. Aiih-aih, semakin tragis akal-perangai mereka.

Nah, tak ketinggalan di Abdya, gejala “kesurupan” boysband seperti itu juga ada. Sehingga ber-ijtihad-lah beberapa pemuda harapan Negara dan Bangsa, untuk membuat sebuah genk boysband yang konon berbasis syariah, yang populer dengan sebutan Grup Nasyid. Ini merupakan grup nasyid perdana di Abdya. Jelas, ini menjadi sebuah terobosan mutakhir dalam dunia tarik suara saat itu. Bukan main. Para bujang pesolek Boysband tak menyangka akan mendapatkan saingan berat di Abdya. Hah, rasakanlah.

Bedanya boysband dan grup nasyid ini adalah pada performance panggung dan materi lagunya. Di nasyid lebih mengangkat tema-tema religius, kemanusiaan, dan sosial, dan yang pasti disampaikan dengan sopan tanpa kefanatikan pada materi dan personal. Popularitas dan kaya raya bukan tujuan. Tetapi kesamaannya dengan boysband –mungkin- adalah sama-sama memiliki suara yang pas-pasan. Hm,,atau lebih nista jika kita sebut CEMPREENG!!

Memang ada perbedaan pendapat dikalangan ulama kita masalah hukum hal ini. Dalam kitab Al-Halal wal-Haram fil-Islam, Syaikh Yusuf Qardhawi, salah seorang ulama yang tinggal di Qatar ini mengatakan,”Islam membolehkan nyanyian asalkan tidak kotor, cabul, dan mengajak berbuat dosa.” Beliau juga mengingatkan beberapa hal yang aku sedikit persingkat seperti; topik atau isi nyanyian tidak bertentangan dengan adab dan ajaran Islam, tidak disampaikan dengan cara yang dilarang seperti; melenggang-lenggang yang menimbulkan fitnah dan merangsang syahwat, tidak berlebihan apalagi sampai meninggalkan ibadah, dan lain-lain. Bagusnya memang kau baca sendiri buku Beliau, karena tak mungkin aku menuliskan semua ilmunya yang luas dalam ruang sempit begini.

Tak lupa Ibnu Hazm (994 M), seorang ulama besar dari Cordova, Andalusia, pemilik kitab Al-Muhalla, juga berkata bahwa, “barangsiapa yang mendengarkan nyanyian dengan maksud untuk membantu melakukan kemaksiatan kepada Allah, maka ia fasik. Jika ia berniat untuk menghibur hatinya agar dia lebih kuat dan bersemangat dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla dan dalam berbuat kebajikan, maka dia dinilai sebagai orang yang taat dan suka berbuat baik, dan perbuatannya yang dilakukannya itu adalah benar,….”. Namun, tetap ada ulama kita yang mengharamkan dan memakhruhkan nyanyian sebagai bentuk hati-hati dan menjaga diri.

*Ah, hai hai hai, kamu yang sedang buka Fesbukk!! Ya, kau! Apa kau perhatikan yang aku tulis diatas??klo nggak suka, keluar dari blog saya!!...hehe*

Maka, terlahir-lah tim Nasyid pertama dan terbesar sepanjang berdirinya Kabupaten Aceh Barat Daya di rumah salahsatu personilnya. Setelah berdebat dan berdiskusi serius, bercanda serius dan ketawa serius, akhirnya tim ini diberi nama NURANI dengan panggilan sayang Nur ‘Aini. Mantap benar grup ini punya nama. Para Boysband-pun terpaku tak berkutik. Mereka menyesal telah salah memilih lawan…

Kehadiran NURANI bagaikan kehadiran Messias yang ditunggu-tunggu oleh kaum Nasrani, atau kubangan lumpur yang menunggu-nunggu kehadiran kerbau. Atau seberharapnya orang Abdya terhadap Rumah sakit Korea yang digadang-gadangkan sebagai solusi terbesar untuk masalah kesehatan di wilayah pesisir multirumpun ini. Sangatlah dinanti-nanti intinya. Kupikir kau juga pasti demikian adanya…*hehehe*

NURANI-pun menjadi bagian dari sejarah dunia tarik suara di Abdya. Tidak bisa tidak. Ia bagaikan ikan yang tidak bisa dipisahkan dengan air, dunia keilmuan Fiqih tanpa Imam Syafi’i, bagaikan Dewa 19 tanpa Ahmad Dhani, atau Slank tanpa Bimbim, Soneta grup tanpa Bang Rhoma, atau meugang tanpa daging, Partai Demokrat tanpa SBY, Vampire tanpa Taring, Indonesia tanpa korupsi, Amerika tanpa yahudi, HP tanpa batere, komputer tanpa monitor. Dan yang lebih parah lagi bagaikan Lebaran Idul Fitri tanpa minta maaf sama Ayah Bunda. Sungguh, hal-hal tersebut begitu sulit dipisahkan, dan begitu bodoh dan dan tak tahu malunya jika ada yang tanpa merasa berdosa memisah-misahkannya tanpa basis logika yang jelas dan cerdas. Hah, camkanlah itu.

Nurani punya 1 lagu favorit yaitu “Keagunganmu”, dan mereka memang cuma memiliki stok 1 lagu itu saja yang dibawakan sepanjang sejarah perjalanannya di dunia entertaiment ini. Ini disebabkan karena tak ada satupun personil nurani yang hafal lagu-lagu Nasyid sebelumnya. Tapi toh tak jadi soal, Nurani tetap maju dan percaya diri mengorbitkan aliran mereka yang khas tersebut. Mereka maju tanpa ragu namun sedikit malu-malu manis. Norak tapi menggemaskan. Kampungan tapi romantis. Begitulah mereka kira-kira. Para bujang boysbandpun gigit jari.

Tentu kau tak sabar dan mengira-ngira rindu untuk mengenal siapa saja personil nan gagah dan sakti mandraguna dari De legend of Nasyid team in Abdya; Nurani ini. Sabar kawan sabar, jangan sampai kau dikuasai nafsu. Tapi baiklah, kalau kau memang memaksaku. Perhatikan, ingat dan catat dalam diari hatimu kawan, siapa saja pemuda-pemuda kampungan fenomenal itu, yang berbakti dan sayang dengan Ayah Bundanya.

Yang pertama Al Amin (Syech Amin). Pria lulusan Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala ini diberi kesempatan mengelola suara satu dalam tim ini. Pria Meudang Ara ini baru saja menikah sehingga di dalam Nuraini cuma dia yang sudah sangat diragukan keperjakaannya. Ah pastilah itu sebuah kebaikan untuk diri dan agamanya, jangan kau iri hati kawan, patutlah kau mencontoh langkahnya segera. Dan alasan utama aku menjelaskannya terlebih dahulu dari personil yang lain adalah karena kelebihan sudah menikahnya ini, tak ada alasan lain. NUrani terbentuk di rumah beliau, sekaligus sebagai studio latihan Nurani. Syech Amin memiliki pembawaan yang tenang dan bocor. Pria yang sering dipanggil menjadi penceramah dan mengisi Khutbah ini memilki suara nyaring-nyaring tipis merindu, lembut mendayu merana. Terlihat tipe suaranya cocok untuk diperlombakan dalam pertandingan tilawatil Qur’an tingkat desa atau kecamatan, ia punya nilai jual dalam hal ini. Secara watak, menurut Hippocrates, mungkin ia lelaki yang bergenre sanguinis (1).

Washli Azliardi (Syech Washli). Lelaki lulusan salah satu Fakultas yang berhubungan dengan kesehatan di Unmuha Banda Aceh ini, kukenal sebagai lelaki yang sedikit bocornya dibandingkan dengan personil yang lain alias sedikit pendiam. Aku menebak-nebak, sekarang ini selain bekerja, lelaki ini pasti sedang menyusun strategi untuk mengambil seorang perawan dari orangtuanya agar mau hidup bersamanya sesuai dengan tuntunan agama, seperti yang telah dilakukan sahabatnya sekampung, syech Amin. Syech Washli memiliki suara yang sangat unik, khas dan sangat mewakili suara orang-orang kampung pesisir. Tarikan suaranya malu-malu manja, desahannya tipis, lembut, jernih tapi tetap lelaki. Ditambah dengan intonasi dengung yang tak dimiliki personil yang lain maka ia menjadi salah satu primadona dan daya tarik bagi tim nurani. Mungkin Hippocrates akan mengklaim ia lelaki yang bergenre Melankolis-Phlegmatis.

Ikhwanul Muslim (Syech Iwan). Tak salah lagi, perjaka yang telah menjadi pahlawan tanpa tanda jasa ini merupakan salah satu penopang tim Nurani. Bujang yang terlihat bersemangat ini memiliki pendapat dan masukan yang kritis, memiliki personal yang unik berdaki, olah kata yang khas tak terprediksi, orang yang belum mengenalnya pasti akan berceloteh ia seorang yang emosional meskipun kenyataannya tidak demikian. Suaranya tegas kelelaki-lelakian, desahannya berat dalam kesepian menjaga prinsip hidup, hal ini membuat ia dipercayakan mengeluarkan suara ngebass di dalam tim. Kepercayaan dirinya menjadi bahan bakar bagi personil yang lain untuk berani tampil. Lelaki yang pernah menjadi wartawan kampus dan sekarang sebagai sekjend Komunitas menulis Ababil ini juga termasuk pujangga yang aktif melahirkan syair-syair puisi. Entahlah, apa ada perawan yang terpikat dengan rayuan syair-syairnya itu atau barangkali malah sudah banyak gadis yang tumbang hatinya. Kuharap para orang tua harus berhati-hati menjaga anak gadisnya, ia berbahaya bagi hati anak-anak gadis anda. Tak salah lagi, ia lelaki yang bergenre Melankolis.

Dede Riyadi (Syech Dede). Lelaki flamboyan yang kini aktif di lembaga sosial dan perdamaian ini merupakan padanan sifat yang menarik. Periang, mellow, aktif, gokil, humoris, dicampur sesuka hatinya didalam dirinya, sehingga tampaklah warna-warni pada dirinya. Syech Dede tak diragukan lagi suaranya. Merdu-sendu, jernih nyaring layaknya sirine tsunami, desahannya teduh bak air yang mengalir di Krueng Beukah. Sungguh suara yang mempesona. Syech Dede ini jika ia tertawa seolah tak ada kesedihan di dunia ini, jika ia bersedih maka terasa seolah bak serorang ibu yang kehilangan anak semata wayang dipangkuannya, begitu mengharu biru. Ia kadang terlihat sangat Malaysia, tipe lelaki berpuitik, rada-rada mirip dengan Syech Iwan. Ah apakah mereka saudara kembar yang terpisah 20 tahun yang lalu akibat kecerobohan seorang perawat?aku tak peduli. Menurut teori, tipe lelaki berpuitik ini cenderung sensitif dan mampu memahami sesuatu berbeda dari yang lain, jarang curhat, romantis, suka menyendiri dan sedikit mudah tersinggung. Menurutku ia Melankolis total se-total-totalnya, dan Hippocrates sepakat denganku.

Affif Herman (Syech Affif). Amboii, lelaki kampung yang kuliah di Teknik Sipil Unsyiah inilah aku. Tapi tentu aku tak akan menceritakan banyak tentang diriku sendiri disini. Aku awalnya tak mengenal nasyid dan malah sempat tak menyukainya, tapi malah menjadi salah satu personil termuda Grup Nasyid fenomenal dan Legendaris ini. Aku begitu tersanjung dan tersandung. Perasaanku bercampur aduk antara senang, bangga, dilema, merana, menangis dan lain-lain, sungguh perasaan yang aneh. Tipe suaraku berat centang-perenang dan pas-pasan se-pas-pasnya. Namun aku selalu belajar dan berusaha keras untuk rada-rada mirip dengan suara Ahmad Dhani atau vokalisnya ColdPlay. Meskipun tak pernah berhasil tapi aku tetap berusaha maksimal, minimal mirip suara Dhani ketika lagi flu atau ketika terjepit pintu WC mushalla. Dan parahnya aku tak pernah mengerti yang mana suara dada, suara dari perut, sopran, tenor dan lain-lain, sungguh aku tak paham. “Kau tak punya bakat, nak,..!” nilai Bu Tini guru kesenian SMA 01 Blangpidie ketika aku menyanyikan lagu-lagu daerah di depan kelas. Aku pasrah. Untuk genre, aku tak percaya terhadap Hipoccrates. aku tak menyukainya.

Nah, sekilas begitulah nasib dan profil dari personil NUrani yang sangat fenomenal tersebut. Aku merasa yakin kaupun merasa rindu-candu dan sangat terinspirasi untuk bertemu dan mendengar langsung satu-satunya lagu mereka yang dibawakan live di lapangan Persada Blangpidie di setiap malam jumat. Oleh karenanya jangan kau sungkan dan ragu jika berkunjung ke Blangpidie untuk segera menjumpai mereka dalam suka maupun duka.

Oiya, sebenarnya aku ingin mengoceh bagaimana penampilan perdana dari grup Nasyid kebanggaan Abdya berkualitas Internasional ini, tapi karena ruang yang terbatas maka aku harap kau sedikit bersabar karena akan aku lanjutkan pada waktu yang akan datang. Bersabarlah, sesabar Ibnu Katsir yang bertahun-tahun terus menerus menulis puluhan ribu lembar berisikan ilmu di kitab-kitabnya, sesabar seorang ibu yang merawat dan menunggu kelahiran si buah hatinya, sesabar semut yang mencari makanan dan menyimpannya untuk kepentingan bersama kaumnya, atau sesabar penghafal Qur’an yang akhirnya menghafal ribuan ayat tanpa meleset. Sungguh bertuah diri jika kau bersabar.


Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali.
Kajhu, 04 Desember 09, special to Syech-syech NUR’AiNI en Crew en Fans.
di-rapikan lagi; kajhu, 18 sept 2010.


(1) Sanguinis: coba ja nyari sendiri di datuk Google, mungkin ada. Aku tak akan meminjamkn bukuku…=))

10 komentar:

  1. ini sbenarnya tulisan tahon lalu yg udah pernah di posting di Ababil.org
    diposting kemabli karena aku sedang tak sempat nulis akhir2 ini,..jd biar gk kosong kurapikan dikit dan kusajikan lagi,...=D

    cc: Nurani, penguasa Bon di BGP, pegawai baik hati di PIM lhoksmwe...hehe

    BalasHapus
  2. ".. tampan bin manis binti cute.."
    apa ini maksudnya? dari bin ke binti? kacau sekali kaidah bahasa mu syech
    apa aku yg terlalu lama d kampung sampai kuper dgn perkembangan bahasa anak2 muda akhir2 ini *soktua*

    jaman esema dulu lumayan kenal aku dgn manusia bernama chris martin syech. srg ia berdendang setiap malam d tepian jendela kamarku. dan karena itu pula dgn berat hati & dalam tempo yg sesingkat2nya, aku ingatkan kau, bahwa mmg benar adanya guru mu itu, tak perlulah kau berusaha keras atwpun sampai menyewa guru vokal utk menyama2kan suara mu dgn nya, tak mungkin, sungguh.

    itu saja dari ku. lain x ku sambung 'cacian'ku =))

    BalasHapus
  3. aih aih...(niru dikit) siapa gerangan harimausumatra ini?tak sopan nian dia kepadamu syech.katakan kepadanya bawa jauh mulutnya yg durjana itu karena berani berkata tidak sopan kepadamu. tak taukah dia klo bahasa yg acak2n n rada bubar barisan itu sedang d gemari oleh bujang2 sedeng negeri berkembang ini...
    teruskan syech,jangan kau hiraukan bunyi2 tak bertanggung jawab itu...(pura2nya pengagum berat,padahal di sogok)

    BalasHapus
  4. hmmm...........
    promo yang dahsyat :) hehe

    BalasHapus
  5. mantap..sakit perut nahan ketawa waktu baca..barangkali syech affif bisa ganti genre jadi penulis komedi.. :)

    BalasHapus
  6. (*merasa disogok juga karena udah dibilang baik hati buat pegawai PIM

    walaupun sudah baca di ababil.org, tapi waktu ngebaca ini tetap aja masih tersenyum-senyum simpul sendiri.

    salah satu karya affif yang outstanding setelah satria baja hitam RX

    oia, tulisannya apa boleh ab copy ke blog ab, biar dibaca sama karyawan PIM lainnya, hehe

    BalasHapus
  7. harimau sumatera: hahaha,..bukankah kau yg mberiku gelar pmerkosa bahasa??maka perbuatan dari bin ke binti adalah jelas pelecehan bahasa yang disengaja, tak ada keraguan disitu,..

    oh, rupa2nya kau pun penggemar keris martin??,.=D

    hehe,..bu Tini mngkin saat itu sdikit keliru mnilaiku,...mudah2an beliau sgera mperbaiki penilaiannya trhdap olah fokalku yg smakin naik ini,...*naik cemprengnya,,..*

    BalasHapus
  8. ici sang penakluk Bon:,..hahaha,..biar, biarlah ia ci,..=D

    ade sang senopati kerajaan jomblopahit:,..ah, rupanya "kepentingan" pribadiku terbaca olehmu,..=))

    blekrapid:,..hehe,..siipp...=))

    BalasHapus
  9. b johan sang mahasiswa S2:,..hahaha merasa disogok ya??

    oke2,.. sip, silahkan di kopi, paling costnya cuma trktir ane bang,..



    banda aceh...

    BalasHapus
  10. buku tak dipinjamkan,dijelasin bole la...pelit x...heran...btw statement antum tu mengingatkan ane sm Alm.bg tonie.baca bole,pinjam jgn.prinsip(walaupun bliau ndiri njiplak dari ust. Raihan : 2 hal yg tidak boleh dipinjamkan, buku dan istri.hehe...)bagus2...kembangkan terus bakat pelit mu...itu pelit yg positif...(paksa x)

    BalasHapus