Heuheuheu, judul ini sebenarnya telah ada di folder "draft" buat di-isikan
nanti ke blog sejak tahun 2010! Wow, umur yang cukup tua untuk sebuah draft
yang gak dipromo-promo buat tampil ke blog. Namun baru sekarang saya mendapati
keadaan diri memiliki, apa gitu, buat nyoret-nyoret barang sebiji dua biji
kalimat lagi di lembaran microsoft word ini. Hehee, maklum, “iman” menulis lagi
turun.
Judul ini sebenarnya usulan seorang kawan, di warkop lejen Solong, entah di
hari apa. Maklum, lupa. Dalam rangka saat itu ngobrol gak jelas. Namanya juga
ngopi, yah topiknya pun berubah-ubah, dari kondisi politik lokal sampe update
terbaru chapter komik Onepiece dan Naruto. Dan ujung-ujungnya ya sampe ke gosip
si fulan yang dirinya sedang di tolak si fulanah yang di dambanya. Lagi dan
lagi. Dan ini kejadian berulang. Banyak lah alasan penolakan yang dia terima. Buat
alasan apa susahnya, coba?
Maka teman ngopiku ini iseng nyuruh bikin tulisan di blog tentang yang agak
sedikit sentimentil macam sinetron Indonesia dengan seribu episodenya. Judulnya
saat itu ya semacam Cinta bertepuk sebelah tangan dalam tinjauan syariat. Hehee,
kira-kira begitulah judul ngawurnya.
Namun tentu saja saya gak berhasil memahami, meresapi, membedah ada apa di
balik kalimat sejenis “Cinta tak berbalas” tersebut. Tentu, mengartikan secara
bahasa itu mudah. Yang tak mudah bagiku adalah bagaimana memahami perasaan
orang yang sedang mengalami salahsatu cobaan terberat dalam dunia percintaan ini.
Terutama dari kaum lelaki yang niatnya tulus. Bukan jenis lelaki murahan
sejenis playboy gitu. Definisi kata “lelaki” dalam bahasan kita ini bukan
lelaki kelas murahan ala playboy, ya. Yang merasa diri sebagai playboy jangan
merasa sedang kita omongin. Jangan Ge-er lah istilahnya.
Namun dalam perjalanan hidup dari 2010 sampai 2015 saya mendapati kenyataan
yang mungkin ada hubungannya dengan masalah ‘cinta tak berbalas’ ini. Bahwa
pada lelaki-lelaki yang tulus itu ‘Cinta tak berbalas’ atau bertepuk sebelah
tangan ini adalah juga hal yang sangat menyakitkan. Sangat menyiksa, bisa bikin
badan kurus. Atau juga bisa bikin si korban menjadi sangat gemuk. Karena tipe
orang dalam menghadapi tekanan hidup kan bisa bermacam-macam, ada yang jadi
malas makan atau malah sebaliknya. Ada yang mengatasinya dengan jalan-jalan dan
silaturrahim. Bahkan tak jarang ada juga yang malah jadi hobi minum baygon. Dan
akhir-akhir ini hobi minum baygon menjadi agak populer di kalangan
remaja-remaja alay se-nusantara.
Bahkan, terhadap lelaki yang kita anggap sebagai orang yang relijius dalam
pandangan kita sebagai manusia. Atau mungkin yang aktif di lembaga-lembaga
dakwah dan sejenisnya. Yang kita anggap biasanya mampu dalam menghadapi segala
permasahan apapun. Namun, ya karena ini urusannya dengan perasaan, maka tetap
saja ada yang nggak sanggup dan gagal berusaha untuk 'move on' ketika ditolak
oleh sang pujaan. Yah, meski dia paham bahwa nikah adalah ibadah namun karena
memang bawaannya sebagai lelaki yang sentimentil jadi ya gitu deh, dia-nya jadi
melow terus. Mungkin yang begini inilah yang setipe dengan tokoh Sobari di
Novel Ayahnya Andrea Hirata. Melankolis sejati.
Tak berbalasnya perasaan seseorang ini banyak faktor penyebabnya, bisa
bermacam-macam modus yang melatarbelakanginya. Perlu survey yang masif,
terstruktur dan mendalam. Agar di dapat data yang valid dan dapat dipertanggung
jawabkan di PBB atau lembaga HAM internasional. Tapi jika data valid gak
diperoleh ya gak apa-apa. Kita bisa ngarang-ngarang aja disini. Mana tau ada
yang percaya. XD
Nah, oke ya, segini aja dulu sebagai pembuka setelah sekitar hampir 5 tahun
di folder laptop. Susah ini merampungnya, soalnya dulu saya masih bisa
mewancarai korban kasus ini, tapi sekarang susah dilakukan karena perkara teknis
ini itu (alasan). Apalagi konon sekarang beliau sudah sukses menikah. Mudah-mudahan
lelaki yang rencananya jadi objek tulisan ini telah melupakan kenangan-kenangan
perjuangan cintanya yang mengharukan tersebut. Hahaha. XD
Jika cinta bertepuk sebelah tangan, lepaskan tanganmu
Terbang dan kepakkan sayapmu selebar angkasa biru
Arungi luas alam bebas, hingga kau dapati tempat berteduh
Tuk tentukan arah, temukan cinta yang pernah hilang
Terbang dan kepakkan sayapmu selebar angkasa biru
Arungi luas alam bebas, hingga kau dapati tempat berteduh
Tuk tentukan arah, temukan cinta yang pernah hilang
(Kahlil Gibran. Lupa judulnya, heuheuheu)
#Ada perasaan lega setelah memutuskan untuk mengorbitkan draft ini. Mengurangi rasa bersalah. XD
Bandung, 21 Sept 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar