Ngomongin Meulaboh dikit, ephisodhe: Jama’ah Shalat

Gak terasa gitu udah hampir setahun juga di Aceh Barat. Iya, ada duit saya hilang disini makanya perlu dicari...hehe.

Sebenarnya banyak hal yang mau saya itu bagi-bagi. Tapi karena itu saya boleh dibilang sok sibuk makanya agak susah juga sebenarnya untuk nulis yang rapi, teratur dan manis. Jadinya ya keseringan nulis yang asal ngalir begini aja. Nulis sambil nunggu waktu makan, nulis sambil ngopi , nulis sambil baca-baca yang lain juga, nulis 2-3 menit diantara kerjaan juga…tuh, seolah-olah keliatan sibuk, kan? Hehe.

Salah satu hal yang menyedihkan yang pengen sekali saya itu bagi-bagi adalah perihal kemakmuran mesjid di Kab. Aceh Barat ini. Khususnya di kampung-kampungnya. Kalo mesjid-mesjid di ibukota kabupatennya, kota Meulaboh, sepengamatan saya cukup oke. Yang dikampung-kampung ini yang menggenaskan kondisinya menurut saya gitu. Bukan masalah fisik mesjidnya, namun kemakmuran shalat berjamaahnya yang menggenaskan.

Karena proyek fisik yang sedang saya bikin itu adanya di kampung-kampung yang lumayan jauh dari ibukota makanya saya bisa gitu nemuin hal yang begini. Mesjidnya kosong melompong ketika waktu shalat Zuhur dan Ashar. Bahkan tidak ada gitu terdengar yang namanya Azan, padahal disekitar mesjid banyak rumah-rumah penduduk. Ini terjadi berkali-kali, di beberapa tempat pula. Aneh, kan?

Pernah sesekali juga shalat Magrib di salah satu kampung di Kab. Aceh Barat ini, dan kondisi shalat jamaah di mesjidnya juga menggenaskan. Beberapa penduduk yang datang untuk shalat Magrib itu datang ke mesjid hanya untuk shalat sendiri-sendiri. Saya heran juga. Apa memang begini ya, datang ke mesjid terus shalatnya masing-masing? Atau ini mereka lakukan hanya untuk mengecoh saya, sehingga saya jadi su’udzhan? Entahlah, misteri itu hingga kini belum saya ungkap-ungkap. Mudah-mudahan memang saya yang keliru menilai, mereka mungkin ingin mengetes saya saja ya?.

Kondisi yang berbeda saya nemuin di kota Meulaboh. Mesjid-mesjid di ibukota ini memang lebih baik dalam perkara kemakmuran shalat berjamaahnya. Contohnya mesjid di Kuta Padang, yang terletak di simpang 4 Kuta Padang, ukuran shalat Jamaahnya baik sekali. Untuk shalat Magrib kita bisa liat capaian jamaah lelakinya hingga 4 shaf dan shalat shubuh bisa mencapai 2 shaf-an.

Lumayannya juga, mesjid di Kuta Padang ini juga mengisi kegiatannya dengan kajian fiqih dan belajar tajwid Qur’an, masing-masing seminggu sekali. Meski waktunya lumayan singkat, sehabis shalat Magrib hingga Isya saja. Meski pesertanya tak bisa dibilang rame, dan juga meski anehnya yang belajar Qur’an ini lebih dari 85 persen pesertanya para orang-orang tua, bahkan terkadang bisa mencapai 95 persen. Yang berumur-an sekitar 15-25-an tahun rasanya jarang sekali gitu ada yang ikut. Gak tau juga kenapa, mungkin lagi sibuk memikirkan rakyat.

Jadi begitu saja saya kira-kira. Gak tau juga-lah, yang saya liat begitu adanya, khususnya hal yang dikampung-kampung tadi. Memang iya hal-hal begini memang gak menjual secara politik, juga mungkin gak menarik untuk dibahas oleh LSM-LSM yang mungkin banyak agenda yang lebih penting untuk membela rakyat. Gak menjual juga kalo dijadiin berita-berita di koran. Hayo, mana ada koran lokal atau media yang mau ngangkat berita “Gawat! Mesjid di desa fulan tidak ada yang shalat jamaah!” hehe, kan? Memang kalo diukur oleh ‘dunia’, berita begini gak besar nilainya, wahai Sayang. ‘Dunia’ itu mending membahas berulang-ulang masalah seleb yang baru motong rambut ato baru me-rebonding alis. Tapi minimal bagi saya adalah ini perkara yang menyedihkan, sangat menyedihkan. Mesjidnya kosong di wilayah yang seluruh warganya beragama Islam pula.

Pesan: Semoga pemimpin Aceh Barat yang terpilih di Pilkada nanti ada gitu niat memperbaiki ini. Insya Allah niat yang baik dan usaha yang serius bisa mengubah kondisi begini…:D

Affif/28 Februari 2012
Lagi di Meulaboh sekarang…