Minggu, 12 Juni 2011

Episode kawan-kawan yang berpengaruh terhadap saya itu

Inilah beberapa nama yang itu membuat saya terpengaruh dalam hidup sehingga membuat ada berubah diri saya ini, baik sikap, kata, cincong, dan perbuatan. Meski itu kecil namun sangat-lah berarti bagi saya, maka itu inilah beberapa nama yang saya masih ingat. Penomoran dibawah nanti bukanlah bentuk kualitas dan prioritas, namun untuk mempermudah saja itu. Mari.

1.Rahmadi Sabara; Orang yang berpengaruh sehingga saya dengan ikhlas dan rela memakai helm ketika nyetir sepeda motor.



Sampai-lah saya di tahun 2007 saat itu, saat saya sudah katanya jadi mahasiswa senior di Universitas Syiah Kuala, dan tentunya bergaya karena identitas diri sebagai anak Teknik. Ow. Yang semakin bergaya dengan ketidak-rapiannya, kenyamanan memakai sandal jepit ke kampus, juga pake baju kaos, dan tas yang berat seolah-olah kutu buku. Oh mana ada mahasiswa yang lebih layak disebut mahasiswa selain mahasiswa teknik. Setidaknya begitulah yang terpikir saat itu. Dasar gaya!

Ditahun 2007 yang anehnya cuma terdiri dari 12 bulan ini bertemulah saya itu dengan Rahmadi Sabara yang saya menyerunya dengan “Bhung Madi” ini. Saya dan Madi terlibat dalam hubungan yang tidak terlarang saat itu, sehingga saya jadi tau-lah dia macam bagaimana-bagaimana. Dia itu mengaku-ngaku anak Meulaboh dari sebelah barat Aceh. Dia juga mengaku-ngaku bahwa dia dilahirkan oleh ibunya, padahal memang iya. Dia juga anehnya mengaku-ngaku bahwa dia lelaki bukan perempuan, padahal semua juga tau kalau dia itu lelaki. Dasar aneh.

Dulu sebelum saya bertemu Madi maka adalah saya yang paling malas orangnya memakai helm jika membawa sepeda motor. Itu akibat saya yang merasa tidak nyaman, tidak keren, dan tidak oke jika memakai helm. Saya memakai helm hanya sebatas saya tidak ingin bersilaturrahim dengan Polantas sang penjaga jalan. Itupun saya pakai helm tempurung tipis yang tidak standar.

Saya menghindari Polantas karena dia sering memanggil saya jika tak mengenakan helm, ecek-eceknya udah kenal, padahal kami tidak pernah berkenalan. Dan juga saya risih akibat Polantas itu suka nanya-nanya SIM saya, KTP saya, STNK sepeda motornya juga, dimana saya tinggal, dan tanya ini-itu juga. Dasar Polantas sok kenal dan sok dekat gitu. Maka oleh karena itulah saja saya memakai helm, yaitu agar tidak terjalin hubungan yang hangat diantara saya dan Polantas. Emangnya saya cowok apaan yang bisa dengan mudah dia panggil-panggil, gitu.

Setelah itu dalam waktu yang di tahun 2007 itulah saya, dimana melihat sendiri fenomena alam yang ganjil dan aneh yaitu Rahmadi. Rahmadi-lah yang dia-nya ternyata adalah manusia yang tiada mau khilaf dan lupa ber-helm. Selalu dan istiqomah sekali dia berhelm. Bahkan helmnya adalah itu dia helm yang standar, yang tebal, berat dan panas adanya. Saya menjadi merasa seolah-olah dia adalah utusan Polantas yang suci yang diturunkan untuk meluruskan manusia-manusia seperti saya. Subhanallah.

Rahmadi-lah orangnya yang selalu saya tertawakan bahwa kiranya dia tidak mau saya bonceng gara-gara dia tidak ada helm. Padahal tempat yang ingin kami tuju itu dekat, juga masih berada di dalam kawasan kampus yang jaraknya cuma berapalah puluh meter. Subhanallah, Madi.

Dia selalu begitu. Selalu komitmen dengan helmnya sehingga itulah saya yang akhirnya sadar diri. Menyadari kekhilafan diri yang mendalam dan untuk mau segera menginsafi diri. Keteguhan Rahmadi dalam berhelm telah melembutkan hati saya agar menerima helm sepenuh hati. Hati saya-lah itu yang terbuka oleh kebenaran pentingnya memakai helm ketika memakai sepeda motor di jalan. Dan sehingga akhirnya hingga saat ini sayapun mendapati diri saya dalam ketentraman dan kenyamanan yang nyata ketika bermotor memakai helm. Oh.

Demikian begitu-lah, Rahmadi telah mempengaruhi hidup saya dalam ber-helm. Meski kini kadang-kadang saya ada juga kiranya membuka helm sebentar, namun percayalah, berhelmnya saya saat ini jauh lebih baik dari yang lalu. Alhamdulillah peningkatan penggunaan helm oleh saya jika dibandingkan masa dulu bisa mencapai 90 persen lebih. Subhanallah, terimakasih Rahmadi, terimakasih bangsaku, hancurlah kapitalis!!.


(Nyambung...Tunggu cacatan selanjutnya..)


Affif Herman
Presiden dan Imam sangat Besar seumur hidup Persatuan Suami Perjuangan Raya.
Meulaboh, 12 Juni 2011, di kantor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar