“Kakak, suamiku disini udah setengah gila mikirin kakak yang jauh, mungkin udah jatuh cinta beneran, dia dulu cukup baik, nggak pernah sakitin saya dan anak-anak tapi sekarang semua udah berubah, saya nggak habis pikir no Hp ini jadi keluarga saya jadi berantakan. *Istri “Fulan”…(demi menjaga privasi narasumber maka namanya saya samarkan hehe).
SMS ini nyasar ke inbox-ku dari nomor yang tak bisa dikenali oleh hapeku. SMS seorang istri yang sepertinya mulai kehabisan pikiran akibat cintanya mulai disegi-tigakan oleh sang suami pujaan hatinya. Kalo ada si-Anang pasti ia bakalan nyanyi separuh jiwaku pergi…*uhuk..uhuk. Anang, oh anang, ngaji-ngaji sana biar gk melow2 kali.
Ingin replay balik, bahwa beliau salah kirim dan aku bukanlah “kakak” yang merebut “hati” suami semata wayangnya, namun tak jadi. Kupikir biarlah, daripada ia kaget dan malu akibat salah kirim, juga kupikir mungkin SMS ini ia kirimkan sebagai pelepas kesesakkan dada akibat suaminya yang mulai tega bermain hati. Mendua…*oh my…. Ingin aku sok-sok memberikan padanya bagaimana tips dan trik menjerat hati lelaki agar tak dicuri orang lain, namun bagusnya ia mengirimkan dulu problemanya padaku dalam bentuk “email pembaca”, dan akan aku ulas ntar di blog ni…*sok tau kambuh huahaha..=D
SMS ini malah membuatku jadi teringat telenovela jadul yang fenomenal dengan judul “Hati Yang Mendua” itu. Kalian masih ingat kan?Itu tu,..kisah perselingkuhan si Joni sopir truk yang tak tahu diuntung itu. Huff.
Hm,..namun, hidup akan selalu begini, bukan?akan ada yang sedang berbahagia disini dan bersedih di sisi yang lain, dan ini akan terus berganti-ganti sesuai giliran yang telah diatur oleh Rabb kita. So, be Optimis-lah wahai istri fulan, bahwa semua akan baik-baik saja dan jangan lupa banyak2 mengaji…=)
Huff, semoga problema istri fulan dengan suaminya itu bisa segera diselesaikannya dengan baik. Dan jika SMSnya nyasarnya lagi mudah-mudah dengan isi yang menggambarkan bahwa suasana hati dan harapannya telah membaik…=).
kajhu, 6 januari 2011
Jumat, 31 Desember 2010
When my vriends merid…
Sekarang udah di tahon 2011, huff, cepatnyee. Namun, alhamdulillah Desember 2010 kemarin 3 orang teman saya telah sah menikah. Mereka adalah Andri Riad, Dayat, dan Ikhsan. Dua diantaranya malah bisa dibilang juniorku..hm…ckckck
Saya dapat menghadiri pernikahannya Andri dan Ikhsan, namun acaranya Dayat tidak bisa berhadir karena bertabrakan dengan agenda lain (hehe maafkan abang yat). Hehe bahagia juga liatin mereka memasang senyum sambil bergandengan dengan muslimah beriman disampingnya, macam pamer gitu...*uuughhh…=)
“fif, macam mimpi aja, ada yang pegang tangan ane disamping ni” bisik salah seorang temanku padaku sewaktu sesi foto-foto bersama pengantin baru…*uuugghh hehe.
Belum lagi ada SMS yang bernada “teror” dan “sengaja” masuk ke hapeku:…”hai sayang,…kangen…..eh, maaf bang afif, salah kirim..,wkwkwk”. …*aaarrghh haha parah, begini ya perangai junior jaman sekarang, heh!!
Yah, pernikahan ini telah menjadi awal dari episode terbaru hidup mereka yang akan semakin menarik tentunya. Kini cita-cita hidup mereka tak lagi berjalan sendiri dan kesepian, telah ada partner hidup yang juga berjalan bersama untuk saling menguatkan…wah wah wah selamat ya, broth...=)
“Semoga Allah memberi berkah kepadamu dan memberkahi (pernikahan)mu, serta mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.”
kajhu, 04 Januari 2011
Affif, yang masih menahan-nahan rindu...
Johan B Bastian, ST.
Wow, apakah ini adalah sebuah nama tokoh nasional? Bukan. Tokoh kecamatan? Bukan. Tokoh lorong? Bukan juga. Ataukah nama seorang maling? Bukan..bukan. Apakah nama seorang pemuda yang hobi membawa lari anak gadis orang? Atau seorang artis yang nggak laku-laku kah? Nama bengkel? Oh, bukan..bukan. Jadi? Apakah ia seekor tumbuhan??hehe iya, sejenis lumut yang membuat gatal-gatal gitu mungkin… Bukan hai, bukan.
Johan Bastian ini sebenarnya merupakan sebuah nama salon, eh bukan, maksudku ianya adalah nama seorang pemuda. Ia dulunya merupakan salahsatu seniorku di teknik, cuma ia berasal dari suku jurusan teknik kimia, sedangkan aku dari jurusan yang paling keren dan paling mantrraap, yang tak lain tak bukan adalah jurusan Teknik Sipil!! (hehe).
Johan Bastian ini laki-laki kurus semampai, trendi, modis, sedikit hedon dan pragmatis. Suka beli buku tapi gak dibaca dan terpaksa aku yang harus mewakilinya untuk membaca buku-bukunya,.*hehe hore. Dia penggemar Sherina dan Agnes Monica, meskipun jelas-jelas Sherina dan Agnes nggak peduli sama dia sedikitpun, cinta yang bertepuk sebelah kaki gitu-lah. Qur’an sakunya sering –sengaja- tertinggal di mushalla sehingga ntar kalo udah dirumah ada alasan kalo nggak ngaji lagi…parah-parah. Tapi tajwidnya bagus lho, mungkin karena dulu pernah ikut Tahsin dan Tahfidz gitu di mushalla KID di depan Fakultas MIPA. Dari mulutnya sendiri sih kudengar katanya dia ngaku anak yang cerdas, rajin dan ganteng…tapi kalo menurutku hm,..hm,..gimana yah,..aaarrgghh bingung apakah aku harus berkata jujur atau berkata fakta?,..*hahaha sori bang Jo.
Beliau yang mentel dan penggemar fanatik apapun yang berwarna merah (dari baju, jam, topi, tas, kaos kaki, dasi, celana, jaket, dll) ini sekarang sedang sok-sok kuliah S2 di Pasca sarjana Unsyiah, kalo gak salah ngambil jurusan Manajemen. Katanya biar ntar karirnya di Perusahaan BUMN PIM Aceh bisa mulus, licin mengkilat, hingga bisa tergelincir menjadi manejer PIM suatu saat nanti…*Aamiin7x. Sip-sip, mantrraap, maju teros Jo!.
Aku berkenalan dengan Johan Bastian di mushalla Sektor Timur (sektim) Komplek Perumahan dosen Universitas Syiah Kuala. Waktu itu aku masih nge-kost di sektim, sedangkan beliau memang makhluk penghuni asli sektim karena bapak dan ibundanya merupakan dosen di Fakultas Teknik dan Mipa. Gara-gara Ayahanda dan Ibundanya menikah maka Allah -melalui mereka berdua- memberikan mereka rejeki dengan menghadirkan bayi bernama Johan B. Bastian yang sekarang sedang berniat dan berusaha mencari muslimah yang bersyarat harus punya mobil Jazz ini. Syarat yang aneh.
Johan Bastian ini sering kupanggil dengan panggilan “bang Jo” atau “Jo” atau “ lu” atau “qe” atau “antum” atau “ko” atau “bro” atau “sis”, tergantung suasana hati. Beliau ini termasuk salah seorang yang membuat aku sangat rajin merepet ke beliau, dari hal-hal yang super nggak penting sampai ke hal-hal yang gak penting-penting kali…hehe.
Dulu bujang ini juga pernah ngaji atau aktif di halaqahnya PKS di Banda Aceh, tapi sekarang nggak lagi. Yah, katanya di Lhokseumawe nggak ada kawan untuk pergi halaqah…*hahaha alasan yang aneh untuk seorang yang telah ikut sebuah gerakan da’wah. Oh iya, Johan Bastian jika melawak sering terasa “garing” dan malah mendekati hambar, sehingga aku sering bingung apakah harus ketawa garing -sebagai penghormatan- mendengar ceritanya atau harus ketawain Johan Bastian-nya.
Aku tak akan bercerita panjang lebar sejauh apa sudah kami berteman, karena terlalu panjang ntar. Tentunya proses yang kami jalani itu naik-turun, dari hal-hal yang membuatku marah/ jengkel/ emosi, sampe hal-hal yang juga baik-baik. Dari I’tikaf akhir Ramadhan di mesjid kampus cuma berdua, memprovokasi beliau untuk putusin pacarnya sehingga aku dibenci oleh para gadis-gadis belia di lettingnya, sampe manjat-manjat kampus teknik kayak maling -karena terkurung- untuk bisa shalat shubuh berjamaah…hehe.
Terlepas dari itu semua, yang ingin kuberitahukan adalah menurutku Johan Bastian adalah salah seorang manusia yang pantas untuk dijadikan teman. Johan bastian ini sejatinya orang yang baik dan baik, ia itu memiliki “baik” diatas rata-rata. Ia orang yang tak memiliki kepentingan apapun dalam pertemanan, selain menikmati “rasa” pertemanan itu saja. Meski kadang-kadang suka ngomel dan nyesal-nyesal sendiri namun ia tipe lelaki yang berhati lapang dan mudah menerima yang baik-baik.
Jika mengacu pada perkataan Umar bin Khatthab ra, maka aku telah berurusan dengan Johan Bastian ini dalam urusan uang, telah melalui perjalanan dengannya dan telah menginap beberapa hari bersama beliau. Sehingga Johan bastian ini juga termasuk salah seorang yang membuatku iri dalam hal “terlalu baik”nya dia, apalagi selama ini ia mampu berhadapan denganku yang keras kepala, sok tau, banyak ngomong, menjengkelkan, nggak mau kalah, sering nggak mau tau, pembual dan egois…. *Prokk,..prokk,.salut..salut,.terimakasih77x untuk kesabarannya bg jo…=))
Aku memang termasuk yang barangkali tidak cocok dan kurang bersepakat dengan pilihan dan gaya hidup Johan Bastian, namun kupikir-pikir itu adalah pilihan sadarnya untuk hidupnya yang harus aku hormati dan hargai selama tidak bertabrakan dengan prinsip-prinsip agama yang kutau. Ah bukankah ini pula kenikmatan pertemanan itu, yang tidak seharusnya selalu sama dan seragam. Sebagai teman dan sodara se-iman yang keras kepala barangkali aku cuma bisa mengingatkan dan mendoakan beliau semampu diri saja. Semoga Allah memberkahi setiap gerak langkah hidupnya…Jakallahu Khairan.
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau condongkan hati kami pada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Mahapemberi (karunia).” (Ali Imran: 8)
Kajhu, 30 Desember 2010.
Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali bin Teuku Muhammad Ali bin Teuku Muhammad Din bin Teuku Lon bin Teuku Lampou-u bin Teuku Bentara Balee bin Teuku Bentara Sumbrang.
Johan Bastian ini sebenarnya merupakan sebuah nama salon, eh bukan, maksudku ianya adalah nama seorang pemuda. Ia dulunya merupakan salahsatu seniorku di teknik, cuma ia berasal dari suku jurusan teknik kimia, sedangkan aku dari jurusan yang paling keren dan paling mantrraap, yang tak lain tak bukan adalah jurusan Teknik Sipil!! (hehe).
Johan Bastian ini laki-laki kurus semampai, trendi, modis, sedikit hedon dan pragmatis. Suka beli buku tapi gak dibaca dan terpaksa aku yang harus mewakilinya untuk membaca buku-bukunya,.*hehe hore. Dia penggemar Sherina dan Agnes Monica, meskipun jelas-jelas Sherina dan Agnes nggak peduli sama dia sedikitpun, cinta yang bertepuk sebelah kaki gitu-lah. Qur’an sakunya sering –sengaja- tertinggal di mushalla sehingga ntar kalo udah dirumah ada alasan kalo nggak ngaji lagi…parah-parah. Tapi tajwidnya bagus lho, mungkin karena dulu pernah ikut Tahsin dan Tahfidz gitu di mushalla KID di depan Fakultas MIPA. Dari mulutnya sendiri sih kudengar katanya dia ngaku anak yang cerdas, rajin dan ganteng…tapi kalo menurutku hm,..hm,..gimana yah,..aaarrgghh bingung apakah aku harus berkata jujur atau berkata fakta?,..*hahaha sori bang Jo.
Beliau yang mentel dan penggemar fanatik apapun yang berwarna merah (dari baju, jam, topi, tas, kaos kaki, dasi, celana, jaket, dll) ini sekarang sedang sok-sok kuliah S2 di Pasca sarjana Unsyiah, kalo gak salah ngambil jurusan Manajemen. Katanya biar ntar karirnya di Perusahaan BUMN PIM Aceh bisa mulus, licin mengkilat, hingga bisa tergelincir menjadi manejer PIM suatu saat nanti…*Aamiin7x. Sip-sip, mantrraap, maju teros Jo!.
Aku berkenalan dengan Johan Bastian di mushalla Sektor Timur (sektim) Komplek Perumahan dosen Universitas Syiah Kuala. Waktu itu aku masih nge-kost di sektim, sedangkan beliau memang makhluk penghuni asli sektim karena bapak dan ibundanya merupakan dosen di Fakultas Teknik dan Mipa. Gara-gara Ayahanda dan Ibundanya menikah maka Allah -melalui mereka berdua- memberikan mereka rejeki dengan menghadirkan bayi bernama Johan B. Bastian yang sekarang sedang berniat dan berusaha mencari muslimah yang bersyarat harus punya mobil Jazz ini. Syarat yang aneh.
Johan Bastian ini sering kupanggil dengan panggilan “bang Jo” atau “Jo” atau “ lu” atau “qe” atau “antum” atau “ko” atau “bro” atau “sis”, tergantung suasana hati. Beliau ini termasuk salah seorang yang membuat aku sangat rajin merepet ke beliau, dari hal-hal yang super nggak penting sampai ke hal-hal yang gak penting-penting kali…hehe.
Dulu bujang ini juga pernah ngaji atau aktif di halaqahnya PKS di Banda Aceh, tapi sekarang nggak lagi. Yah, katanya di Lhokseumawe nggak ada kawan untuk pergi halaqah…*hahaha alasan yang aneh untuk seorang yang telah ikut sebuah gerakan da’wah. Oh iya, Johan Bastian jika melawak sering terasa “garing” dan malah mendekati hambar, sehingga aku sering bingung apakah harus ketawa garing -sebagai penghormatan- mendengar ceritanya atau harus ketawain Johan Bastian-nya.
Aku tak akan bercerita panjang lebar sejauh apa sudah kami berteman, karena terlalu panjang ntar. Tentunya proses yang kami jalani itu naik-turun, dari hal-hal yang membuatku marah/ jengkel/ emosi, sampe hal-hal yang juga baik-baik. Dari I’tikaf akhir Ramadhan di mesjid kampus cuma berdua, memprovokasi beliau untuk putusin pacarnya sehingga aku dibenci oleh para gadis-gadis belia di lettingnya, sampe manjat-manjat kampus teknik kayak maling -karena terkurung- untuk bisa shalat shubuh berjamaah…hehe.
Terlepas dari itu semua, yang ingin kuberitahukan adalah menurutku Johan Bastian adalah salah seorang manusia yang pantas untuk dijadikan teman. Johan bastian ini sejatinya orang yang baik dan baik, ia itu memiliki “baik” diatas rata-rata. Ia orang yang tak memiliki kepentingan apapun dalam pertemanan, selain menikmati “rasa” pertemanan itu saja. Meski kadang-kadang suka ngomel dan nyesal-nyesal sendiri namun ia tipe lelaki yang berhati lapang dan mudah menerima yang baik-baik.
Jika mengacu pada perkataan Umar bin Khatthab ra, maka aku telah berurusan dengan Johan Bastian ini dalam urusan uang, telah melalui perjalanan dengannya dan telah menginap beberapa hari bersama beliau. Sehingga Johan bastian ini juga termasuk salah seorang yang membuatku iri dalam hal “terlalu baik”nya dia, apalagi selama ini ia mampu berhadapan denganku yang keras kepala, sok tau, banyak ngomong, menjengkelkan, nggak mau kalah, sering nggak mau tau, pembual dan egois…. *Prokk,..prokk,.salut..salut,.terimakasih77x untuk kesabarannya bg jo…=))
Aku memang termasuk yang barangkali tidak cocok dan kurang bersepakat dengan pilihan dan gaya hidup Johan Bastian, namun kupikir-pikir itu adalah pilihan sadarnya untuk hidupnya yang harus aku hormati dan hargai selama tidak bertabrakan dengan prinsip-prinsip agama yang kutau. Ah bukankah ini pula kenikmatan pertemanan itu, yang tidak seharusnya selalu sama dan seragam. Sebagai teman dan sodara se-iman yang keras kepala barangkali aku cuma bisa mengingatkan dan mendoakan beliau semampu diri saja. Semoga Allah memberkahi setiap gerak langkah hidupnya…Jakallahu Khairan.
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau condongkan hati kami pada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Mahapemberi (karunia).” (Ali Imran: 8)
Kajhu, 30 Desember 2010.
Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali bin Teuku Muhammad Ali bin Teuku Muhammad Din bin Teuku Lon bin Teuku Lampou-u bin Teuku Bentara Balee bin Teuku Bentara Sumbrang.
Rabu, 15 Desember 2010
Merameeeet!!!
Hehe..lama tak bertegur-sapa kita ya, maklum aku lagi sok sibuk dikit ni. Inipun maksain diri untuk ngomel-ngomel biar kalian nggak kuatir dan bisa tentram. Oke, langsung aja ya, karena aku yakin kamu udah nggak bisa membendung rindu untuk segera mencelaku,..hehe.
Kemaren Alhamdulillah, setelah menjemput rejeki dari Allah di beberapa Kabupaten/Kota aku bisa-lah pulang istirahat ke Koeta Batee alias Blangpidie di Kabupaten Ksatria (nama Kabupaten Abdya jaman dulu) untuk ketemu adik-adik dan Ibundaku seorang.
Selain silaturrahim dengan kawan-kawan lama, badan dan hatiku kubawa jalan-jalan, menikmati apa-apa yang ingin kucoba untuk mengulang manisnya masa-masa muda dulu. Nah, salah satu yang sempat kulakukan kemaren adalah merameeeeettt!!(pake gaya power rangers)…=D
Meramet itu bahasa aceh, cuma sengaja kubuat keren biar gaul gitu..hehe. Apakah meramet itu anak-anak?Baiklah anak-anak, Meramet adalah istilah atau nama atau sebutan atau panggilan yang digunakan oleh orang dikampung kawan-kawanku di Desa Suak untuk pekerjaan menangkap Kire. Apakah Kire itu anak-anak? Kire adalah makhluk yang tidak mati yang jika demikian disebut makhluk hidup sehingga ia disebut Belut dalam bahasa Indonesia Raya. Maka Kire = belut. Mengertikah engkau kini anak-anak? Bagus.
Ntar aku akan bercerita dengan poto-poto yang sempat terambil. Sebenarnya agak susah mengambil poto sambil bergaya ketika kita sedang meramet, karena bisa membuat belut-belut lari. Mereka sensitif terhadap cahaya alias sedikit anti-popularitas atau barangkali pemalu gitu. Padahal kudengar-dengar gizi mereka sangat tinggi, cuma mereka sepertinya nggak mau pamer saja. Rendah hati ecek-eceknya. Oh alangkah mulianya engkau wahai belut.
Maka ketika meramet kita cuma bisa duduk dalam kelamnya malam di dalam semak-semak sambil bercengkrama hangat dengan nyamuk-nyamuk genit. Syukur-syukur jika tuan dan puan ular serta biawak tak datang berkunjung untuk menyapa hangat.
Dibawah ini kuhidangkan poto-poto detik-detik menegangkan ketika meramet. Semoga engkau terharu..hehe.
poto A:
Beginilah persiapan meramet. Pancingannya boleh dari batang bambu atau batang toge, dan umpannya adalah cacing yang dililitkan pada benang jahit. Ingat, cacingnya jangan di tumis atau di gulai, cukup cacing segar saja, jangan kamu sok-sok kreatif.
Pakailah pakaian yang tidak pantas disebut putih dan bersih, dan jangan sesekali memakai pakaian kantor, pake jas dan dasi, apalagi pake parfum! Dan yang lebih pantang jangan sampe nggak pake pakaian!!. Sebelum pergi minta ijin dulu ke ayah-bunda.
Kalo kamu tipe lebai yang suka pamer-pamer semua aktifitas di status fesbuk maka sebelum berangkat langsung apdet status fesbuk, misalnya, “Pergi Meramet, doakan saya ya” atau ”lagi meramet, jadi kangen kamu… “….*hehe hancooorr.
Jangan lupa baca Bismillah. Trus dengan hati yang yakin segera masuk ke kebun dan sawah-sawah orang untuk menuju sumber-sumber air atau sungai–sungai kecil dimana belut-belut sedang mejeng. Oh sungguh gaul belut sekarang.
Catatan penting, belut itu keluar dari apartemen dan kost-kostsannya diantara waktu azan magrib hingga waktu isya, atau paling maksimal hingga pukul 9 malam. Diatas waktu isya maka belut amat susah digoda meski dengan cacing berkualitas Eropa sekalipun. Jadi, jika kau ingin meramet maka usahakan shalat magrib di mesjid yang terdekat dengan lokasi meramet, agar tidak buang-buang waktu di dalam perjalanan.
Gambar B:
Tata cara meramet. Duduklah dengan tenang, tangan kiri memegang empang/goni/ ember/atau apalah namanya. Tangan kanan memegang pancing dengan lembut-gemulai. Pancing ini tidak memliliki mata kail, cacing yang utuh hanya dimasukkan ke dalam benang. Kedua ujung benang di ikat ke ujung kayu pancingan, sehingga bentuknya kira-kira seperti kalung yang berhiaskan badan cacing.
Belut akan akan tergoda dengan aroma cacing segar dan menggigit umpan dengan pelan-pelan. Ketika kita merasakan getaran lembut gigitannya kitapun mengangkat pancing juga dengan sangat pelan dan lembut. Belutpun tanpa sadar ikut terangkat. Sedikit saja ada sentakan maka belut akan lepas. Ini perkerjaan berseni tinggi dan sangat bermain perasaan.
Makanya ketika kau merasakan adanya getaran di tangan kanan maka tangan kirimu pelan-pelan langsung menyambut belut dari pancingan tangan kanan yang sedang diangkat dengan sangat pelan.
Sori jika poto-poto sesi ini sedikit, karena memang nggak boleh banyak berpose, eh, maksudku nggak boleh ada cahaya sedikitpun disini. Apalagi untuk melihat bagaimana si-belut diangkat ke atas, itu nggak mungkin. Tapi poto diatas minimal cukup memberikan bantuan untuk imajinasimu sehingga bisa menggambarkan posisi yang afdol ketika Meramet. Bersyukurlah engkau nak.
Ingat, ini semua terjadi dalam gelap gulita tanpa bisa melihat apapun, kita cuma mengandalkan perasaan saja. Huff,…hehe seru-seru menegangkan. Percaya-lah padaku sensasi getaran ketika belut menggigit pancingmu terasa hingga ke hati, seru!.
Next, Poto C:
Inilah beberapa jiwa belut yang dapat kami jemput dari kediamannya. Dalam keadaan yang masih segar itu para belut segera kami beri tindakan “tegas” demi terciptanya kedamaian. Darah itu merah jenderal Belut!! Bismillah.
Oya, belut ini meski berbadan sebesar jempol tapi bertenaga sangat kuat. Beliau juga memanfaatkan lendir dibadannya untuk kabur dari genggaman kita. Jangan sesekali kau memandang sebelah mata power si-belut. Maka salah satu tips untuk melemahkan tenaganya adalah dengan membalut dan menggosok-gosok di belut dengan batang dan daun Talas (Keladi). Ini memang tips dari orang kampung, namun tips ini berkerja sangat baik. Entah kenapa para belut menjadi lemah jika diberikan daun dan batang talas?entahlah, aku lupa menginterogasi belut-belut itu, mungkin lain kali.
oke, poto-poto nggak gaul D: next...
inilah cara alternatif cerdas untuk menghidupkan api kompor jika tak punya korek atau bom. Caranya mudah, ambil raket listrik yang digunakan untuk memanggang nyamuk-nyamuk yang manja dan sok akrab, trus ambil koran bekas atau daun pisang kering. Lalu,..kamu bisa lihat sendiri di poto kan. *trust me, it works!..hehe.
O-iya, yang berkaos coklat itu ketika lahir ia langsung dalam keadaan bayi dan diberi nama panggilan Jol. Beliau-lah pakar meramet yang mengajari dan membimbing kami ke markas-markas belut di kampungnya. Jol telah Meramet sejak kecil. Dia telah meramet dalam kondisi malam yang berhujan maupun malam yang tenang berbintang. Aku serius tak main-main. Jol dan meramet bak rembulan yang dibelah dua.
Jol juga begitu mengenal dimana lokasi-lokasi dan waktu yang tepat untuk meramet. Aku bahkan sempat berpikir apakah Jol merupakan manusia titisan pangeran belut yang turun ke bumi untuk mencari putri belut yang kabur akibat ingin di jodohkan dengan pangeran Mujahir oleh ortunya?Atau apakah ia Duta belut se-dunia? Wallahu’alam, yang pasti ia sangat lihai dalam hal ini. Dan aku juga kuatir akibat ulahnya yang sering menjebak belut menyebabkan ia telah sangat dikenal dan menjadi musuh nomor 1 di negara Republik Belut Raya.
Dan yang memegang raket nyamuk diatas dikenal sebagai Oden, mahasiswa ekonomi dan politikus muda yang pakar dalam hal bumbu-bumbu masakan. Urusan bumbu serahkan padanya, kau tak akan dibuatnya kecewa. Dalam hal bumbu-membumbu Oden-lah bintang gemintangnya. Ia-lah rujukan hati. Penentram lidah.
poto-poto gile E:,..
Hmm,..ini sesi seni dalam makan. Seni memasak dan memberikan belut akan rasa!! Wow!
poto2 F:
Hehe…ini sesi bergaya selagi menunggu gulai belut bumbu bebek rasa spesial matang. Sekedar info nggak penting, lokasi pondok ini di Kuta Tinggi di kampung Ayahku. Dan ini di pondok kolam ikan adikku. Poto ini diambil secara LIVE tanpa ada rekayasa dan make-up sebelumnya, sehingga kau akan mendapatkan suasana yang sangat natural dan asli tanpa editan kamera…hehe.
poto G::nexxtt...
Hooree,..masakan siaaapp!!hm…hehe no komen, kalian lihat-lihat aja-lah.
poooto H,..
Hehe,..nggak usah dijelasin lagi ya, kalian pasti udah tau gambar-gambar diatas lagi ngapain, ..hohoho.. hmm…laaazzziiisss, onde mande denden plik-u!!
oke de last poto:
Meramet diakhiri dengan bincang-bincang cabub-cawabub, tentang akhirat, perjodohan, perkuliahan, memori masa SMA, adu pantun dan rencana-rencana masa depan.
Hehe jujur, sebenarnya aku tak bisa menggambarkan bagaimana seru dan hangatnya kisah ini kepada kamu-kamu-kamu (pake gaya Charlie ST12). Yah, ini salah satu pertemuan dimana -aku atau kamu barangkali- tak kuatir tertawa jika ingin tertawa, bisa senyum-senyum dan mendengar tanpa berharap kepentingan apa-apa, bisa kritik-mengkritik sambil senyum-senyum, curhat tanpa ada beban, tak ada yang sok-sok jaga imej, atau sok merasa orang “gede”. Eh, sebenarnya omongan ini mulai agak melenceng sih, tapi nggak apalah, kan aku yang punya blog gratis ini,..hehe.
Rencananya pada minggu depannya agenda kami mau berburu sejenis rusa dan burung sambil menginap di gunung, namun belum tercapai asbab pada hari kamisnya aku tiba-tiba harus kembali ke Banda Aceh. Tapi klo ntar aku balik pulang ke rumah Ibundaku dan ada waktu berburu, insyaAllah akan kubualkan lagi untuk kamu-kamu-kamu…hehe. Udah dulu yo….salam Rinso.
Kajhu-Ulee Kareng/ 08 Muharram 1432 H-14 December 2010
Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali bin Teuku Muhammad Ali bin Teuku Muhammad Din bin Teuku Lon bin Teuku Lampou-u bin Teuku Bentara Balee bin Teuku Bentara Sumbrang.
Kemaren Alhamdulillah, setelah menjemput rejeki dari Allah di beberapa Kabupaten/Kota aku bisa-lah pulang istirahat ke Koeta Batee alias Blangpidie di Kabupaten Ksatria (nama Kabupaten Abdya jaman dulu) untuk ketemu adik-adik dan Ibundaku seorang.
Selain silaturrahim dengan kawan-kawan lama, badan dan hatiku kubawa jalan-jalan, menikmati apa-apa yang ingin kucoba untuk mengulang manisnya masa-masa muda dulu. Nah, salah satu yang sempat kulakukan kemaren adalah merameeeeettt!!(pake gaya power rangers)…=D
Meramet itu bahasa aceh, cuma sengaja kubuat keren biar gaul gitu..hehe. Apakah meramet itu anak-anak?Baiklah anak-anak, Meramet adalah istilah atau nama atau sebutan atau panggilan yang digunakan oleh orang dikampung kawan-kawanku di Desa Suak untuk pekerjaan menangkap Kire. Apakah Kire itu anak-anak? Kire adalah makhluk yang tidak mati yang jika demikian disebut makhluk hidup sehingga ia disebut Belut dalam bahasa Indonesia Raya. Maka Kire = belut. Mengertikah engkau kini anak-anak? Bagus.
Ntar aku akan bercerita dengan poto-poto yang sempat terambil. Sebenarnya agak susah mengambil poto sambil bergaya ketika kita sedang meramet, karena bisa membuat belut-belut lari. Mereka sensitif terhadap cahaya alias sedikit anti-popularitas atau barangkali pemalu gitu. Padahal kudengar-dengar gizi mereka sangat tinggi, cuma mereka sepertinya nggak mau pamer saja. Rendah hati ecek-eceknya. Oh alangkah mulianya engkau wahai belut.
Maka ketika meramet kita cuma bisa duduk dalam kelamnya malam di dalam semak-semak sambil bercengkrama hangat dengan nyamuk-nyamuk genit. Syukur-syukur jika tuan dan puan ular serta biawak tak datang berkunjung untuk menyapa hangat.
Dibawah ini kuhidangkan poto-poto detik-detik menegangkan ketika meramet. Semoga engkau terharu..hehe.
poto A:
Beginilah persiapan meramet. Pancingannya boleh dari batang bambu atau batang toge, dan umpannya adalah cacing yang dililitkan pada benang jahit. Ingat, cacingnya jangan di tumis atau di gulai, cukup cacing segar saja, jangan kamu sok-sok kreatif.
Pakailah pakaian yang tidak pantas disebut putih dan bersih, dan jangan sesekali memakai pakaian kantor, pake jas dan dasi, apalagi pake parfum! Dan yang lebih pantang jangan sampe nggak pake pakaian!!. Sebelum pergi minta ijin dulu ke ayah-bunda.
Kalo kamu tipe lebai yang suka pamer-pamer semua aktifitas di status fesbuk maka sebelum berangkat langsung apdet status fesbuk, misalnya, “Pergi Meramet, doakan saya ya” atau ”lagi meramet, jadi kangen kamu… “….*hehe hancooorr.
Jangan lupa baca Bismillah. Trus dengan hati yang yakin segera masuk ke kebun dan sawah-sawah orang untuk menuju sumber-sumber air atau sungai–sungai kecil dimana belut-belut sedang mejeng. Oh sungguh gaul belut sekarang.
Catatan penting, belut itu keluar dari apartemen dan kost-kostsannya diantara waktu azan magrib hingga waktu isya, atau paling maksimal hingga pukul 9 malam. Diatas waktu isya maka belut amat susah digoda meski dengan cacing berkualitas Eropa sekalipun. Jadi, jika kau ingin meramet maka usahakan shalat magrib di mesjid yang terdekat dengan lokasi meramet, agar tidak buang-buang waktu di dalam perjalanan.
Gambar B:
Tata cara meramet. Duduklah dengan tenang, tangan kiri memegang empang/goni/ ember/atau apalah namanya. Tangan kanan memegang pancing dengan lembut-gemulai. Pancing ini tidak memliliki mata kail, cacing yang utuh hanya dimasukkan ke dalam benang. Kedua ujung benang di ikat ke ujung kayu pancingan, sehingga bentuknya kira-kira seperti kalung yang berhiaskan badan cacing.
Belut akan akan tergoda dengan aroma cacing segar dan menggigit umpan dengan pelan-pelan. Ketika kita merasakan getaran lembut gigitannya kitapun mengangkat pancing juga dengan sangat pelan dan lembut. Belutpun tanpa sadar ikut terangkat. Sedikit saja ada sentakan maka belut akan lepas. Ini perkerjaan berseni tinggi dan sangat bermain perasaan.
Makanya ketika kau merasakan adanya getaran di tangan kanan maka tangan kirimu pelan-pelan langsung menyambut belut dari pancingan tangan kanan yang sedang diangkat dengan sangat pelan.
Sori jika poto-poto sesi ini sedikit, karena memang nggak boleh banyak berpose, eh, maksudku nggak boleh ada cahaya sedikitpun disini. Apalagi untuk melihat bagaimana si-belut diangkat ke atas, itu nggak mungkin. Tapi poto diatas minimal cukup memberikan bantuan untuk imajinasimu sehingga bisa menggambarkan posisi yang afdol ketika Meramet. Bersyukurlah engkau nak.
Ingat, ini semua terjadi dalam gelap gulita tanpa bisa melihat apapun, kita cuma mengandalkan perasaan saja. Huff,…hehe seru-seru menegangkan. Percaya-lah padaku sensasi getaran ketika belut menggigit pancingmu terasa hingga ke hati, seru!.
Next, Poto C:
Inilah beberapa jiwa belut yang dapat kami jemput dari kediamannya. Dalam keadaan yang masih segar itu para belut segera kami beri tindakan “tegas” demi terciptanya kedamaian. Darah itu merah jenderal Belut!! Bismillah.
Oya, belut ini meski berbadan sebesar jempol tapi bertenaga sangat kuat. Beliau juga memanfaatkan lendir dibadannya untuk kabur dari genggaman kita. Jangan sesekali kau memandang sebelah mata power si-belut. Maka salah satu tips untuk melemahkan tenaganya adalah dengan membalut dan menggosok-gosok di belut dengan batang dan daun Talas (Keladi). Ini memang tips dari orang kampung, namun tips ini berkerja sangat baik. Entah kenapa para belut menjadi lemah jika diberikan daun dan batang talas?entahlah, aku lupa menginterogasi belut-belut itu, mungkin lain kali.
oke, poto-poto nggak gaul D: next...
inilah cara alternatif cerdas untuk menghidupkan api kompor jika tak punya korek atau bom. Caranya mudah, ambil raket listrik yang digunakan untuk memanggang nyamuk-nyamuk yang manja dan sok akrab, trus ambil koran bekas atau daun pisang kering. Lalu,..kamu bisa lihat sendiri di poto kan. *trust me, it works!..hehe.
O-iya, yang berkaos coklat itu ketika lahir ia langsung dalam keadaan bayi dan diberi nama panggilan Jol. Beliau-lah pakar meramet yang mengajari dan membimbing kami ke markas-markas belut di kampungnya. Jol telah Meramet sejak kecil. Dia telah meramet dalam kondisi malam yang berhujan maupun malam yang tenang berbintang. Aku serius tak main-main. Jol dan meramet bak rembulan yang dibelah dua.
Jol juga begitu mengenal dimana lokasi-lokasi dan waktu yang tepat untuk meramet. Aku bahkan sempat berpikir apakah Jol merupakan manusia titisan pangeran belut yang turun ke bumi untuk mencari putri belut yang kabur akibat ingin di jodohkan dengan pangeran Mujahir oleh ortunya?Atau apakah ia Duta belut se-dunia? Wallahu’alam, yang pasti ia sangat lihai dalam hal ini. Dan aku juga kuatir akibat ulahnya yang sering menjebak belut menyebabkan ia telah sangat dikenal dan menjadi musuh nomor 1 di negara Republik Belut Raya.
Dan yang memegang raket nyamuk diatas dikenal sebagai Oden, mahasiswa ekonomi dan politikus muda yang pakar dalam hal bumbu-bumbu masakan. Urusan bumbu serahkan padanya, kau tak akan dibuatnya kecewa. Dalam hal bumbu-membumbu Oden-lah bintang gemintangnya. Ia-lah rujukan hati. Penentram lidah.
poto-poto gile E:,..
Hmm,..ini sesi seni dalam makan. Seni memasak dan memberikan belut akan rasa!! Wow!
poto2 F:
Hehe…ini sesi bergaya selagi menunggu gulai belut bumbu bebek rasa spesial matang. Sekedar info nggak penting, lokasi pondok ini di Kuta Tinggi di kampung Ayahku. Dan ini di pondok kolam ikan adikku. Poto ini diambil secara LIVE tanpa ada rekayasa dan make-up sebelumnya, sehingga kau akan mendapatkan suasana yang sangat natural dan asli tanpa editan kamera…hehe.
poto G::nexxtt...
Hooree,..masakan siaaapp!!hm…hehe no komen, kalian lihat-lihat aja-lah.
poooto H,..
Hehe,..nggak usah dijelasin lagi ya, kalian pasti udah tau gambar-gambar diatas lagi ngapain, ..hohoho.. hmm…laaazzziiisss, onde mande denden plik-u!!
oke de last poto:
Meramet diakhiri dengan bincang-bincang cabub-cawabub, tentang akhirat, perjodohan, perkuliahan, memori masa SMA, adu pantun dan rencana-rencana masa depan.
Hehe jujur, sebenarnya aku tak bisa menggambarkan bagaimana seru dan hangatnya kisah ini kepada kamu-kamu-kamu (pake gaya Charlie ST12). Yah, ini salah satu pertemuan dimana -aku atau kamu barangkali- tak kuatir tertawa jika ingin tertawa, bisa senyum-senyum dan mendengar tanpa berharap kepentingan apa-apa, bisa kritik-mengkritik sambil senyum-senyum, curhat tanpa ada beban, tak ada yang sok-sok jaga imej, atau sok merasa orang “gede”. Eh, sebenarnya omongan ini mulai agak melenceng sih, tapi nggak apalah, kan aku yang punya blog gratis ini,..hehe.
Rencananya pada minggu depannya agenda kami mau berburu sejenis rusa dan burung sambil menginap di gunung, namun belum tercapai asbab pada hari kamisnya aku tiba-tiba harus kembali ke Banda Aceh. Tapi klo ntar aku balik pulang ke rumah Ibundaku dan ada waktu berburu, insyaAllah akan kubualkan lagi untuk kamu-kamu-kamu…hehe. Udah dulu yo….salam Rinso.
Kajhu-Ulee Kareng/ 08 Muharram 1432 H-14 December 2010
Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali bin Teuku Muhammad Ali bin Teuku Muhammad Din bin Teuku Lon bin Teuku Lampou-u bin Teuku Bentara Balee bin Teuku Bentara Sumbrang.
Langganan:
Postingan (Atom)