Senin, 26 April 2010

Kotaro Minami en my world,....

Ini kisah dahulu kala. Ketika telenovela si Joni sopir truk yang suka selingkuh dalam Cinta Yang Mendua menjadi favorit ibu-ibu diputar oleh TVRI yang merupakan satu-satunya channel televisi yang bisa dilihat dikampung kami dan aku diharuskan tidur cepat agar besok tidak terlambat bersekolah dan agar tidak terpengaruh dengan perilaku buruk si Joni yang suka menipu istri dan anak-anaknya. Inilah masa-masa ketika film perang berseri Combat yang diputar setiap malam jumat menjadi salah satu film favorit dan menjadi buah bibir kami terutama cowok se-SD kampung Pinang, Susoh.
Akan tetapi yang paling spektakuler dari segala fenomena dunia perfileman ini adalah inilah jaman dimana setiap sehari dalam satu minggu anak-anak yang ingusnya masih di-lap ke bahu baju (sehingga meninggalkan bekas ukiran eksotis membentuk motif bercak-bercak coklat yang sangat mistis) dari setiap kampung berkumpul tanpa diperintah pada suatu forum pertemuan besar disebuah rumah. Mereka datang tepat waktu, berduyun-duyun, berdesak-desakan, ngantri, saling dorong, berharap cemas, bersabar, mereka hadir dengan satu visi, satu tujuan, meninggalkan orang tua, meninggalkan segala aktifitas yang mengganggu, bahkan menghiraukan azan shalat Ashar yang meraung-meraung kesepian, mereka hadir yaitu; hanya untuk melihat Kotaro Minami yang cuma punya satu-satunya baju jaket berwarna putih yang merupakan sosok asli dari Ksatria Baja Hitam beraksi dengan tegas dan konsen menegakkan kebenaran dan perdamaian bumi!!!
Saat itu Parabola hanya dimiliki satu-dua orang dalam satu kecamatan. Itupun terkadang banyak anak-anak yang datang jauh-jauh dari berbagai kampung tetangga harus kecewa berat karena pemilik rumah, tepatnya rumah yang memliki parabola tidak mengizinkan mereka masuk dengan berbagai dalih dan alasan-alasan yang terkadang tidak masuk diakal. Atau terkadang kami sangat patah hati karena tiba-tiba ketika Kotaro Minami sedang beraksi malah channelnya tivi-nya diganti dengan acara masak-memasak kesukaan pemilik rumah, sungguh ini sebuah kebijakan yang tidak berpihak kepada publik, sangat otoriter, sangat tak peduli, begitu egois. Hampir-hampir kami gelap mata dan ingin berbuat anarkis kepada pemilik rumah, tetapi kami berpikir jauh ke depan yaitu masih ada episode-episode film Kotaro yang harus kami ikuti,..maka kami bersabar, kami tak ingin cuma gara-gara kebodohan pemilik parabola yang tidak tahu apa-apa tentang Kotaro Minami ini menjerumuskan kami ke lubang kehinaan dan kenistaan. Jelas sekali, kami masih memiliki harga diri.
Kami juga harus berebut dan berlomba untuk mendapat posisi VIP untuk menonton yaitu posisi tepat didepan televisi, untuk itu kami berusaha sekuat tenaga mencari jalan, salah satunya ya berteman alias menjalin silaturahim alias sok-sok akrab dengan anak si-pemilik rumah, sedikit menjilat tak apa demi melihat Kotaro beraksi dan berteriak-teriak di depan monster bodoh kiriman Jenderal Jack,…”kurang ajar,..BERUBAAAAH!!!!”. aiih, sungguh bergaya dan menawan si Kotaro dengan satu-satunya jaket dan celana putihnya itu. Kuberitahukan kau, kalau saja ada yang berani macam-macam atau membuat si anak parabola (anak yang rumahnya ada parabola) tersinggung, maka jangan berharap ia dapat menonton selama beberapa episode dan ia akan dikucilkan dari pergaulan sehari-hari. Sungguh hukuman yang berat. Ini layaknya hukuman salah seorang sahabat nabi yang tidak ikut berperang karena berlalai sehingga ia dihukum untuk dikucilkan selama 40 hari. Sangat berat memang. tapi begitulah dunia kami saat itu, tak bisa diganggu-gugat bahkan Negara pun pada saat itu tak bisa berbuat apa-apa.
Yang membuat kami paling muak adalah jika pada saat-saat film akan dimulai dan ketika kami menahan nafas dengan tangan ditungkupkan di-dada berharap cemas untuk menanti dan ingin ikut bernyanyi dengan theme song pembukaan film dengan tiba-tiba televisi kehilangan sinyal alias diacak!!. Kata-kata “DIACAK” ini sangat populer pada saat itu. “Diacak” kami anggap atau kami samakan dengan kata-kata seperti; sebuah kegagalan sejarah, keterbelakangan mental, nggak gaul, kemerosotan moral, kebejatan moral, pengkhianatan nilai-nilai luhur, tak berbudi, berotak dilutut, tak berbudaya, pemerkosa bangsa,...dan serapah-serapah nista lainnya, sungguh sangat kami sesalkan pihak sinyal begitu tega memutuskan harapan ratusan anak kampung yang ingin melihat Ksatria Baja hitam beraksi dengan Belalang Tempurnya. Lagi-lagi hal ini membuat kami ingin mengamuk dan berbuat anarkis, tetapi untunglah kami masih mencoba berdingin hati untuk tak merusak fasilitas-fasilitas umum dan tak mengganggu ketertiban umum, Kotaro pasti tak akan ridha jika kami berbuat demikian. Dan jelas kami tak ingin Kotaro kecewa, sungguh tak ingin.
Tetapi walaupun televisi “diacak” kami sangat pantang menyerah, Kotaro tak pernah mengajarkan kami untuk mudah menyerah, aku dan ratusan anak kampung kumal dan belum mandi tersebut tetap menunggu selama setengah jam lebih untuk memelototin tivi dengan gambar semut berperang dan kami khusyuk berdoa harap-harap-manja tivi kembali normal tanpa penyakit acak. Wajah kami tegang-cemas-penuh harap, pikiran nggak fokus, sedikit sensitif layaknya seorang suami muda yang sedang menunggu istrinya melahirkan anak pertama. Penantian ini terkadang tidak sia-sia, kami yang menunggu lama bersorak-sorai karena kadang-kadang acak-nya hilang dan kami dapat menonton Ending theme song Ksatria Baja Hitam, dimana Kotaro berjalan lambat dengan suasana sunset diiringi lagu yang mendayu-merdu. Tak apa, kami tak bersedih sedikit pun karena tak dapat menonton film-nya, yang penting kami dapat menikmati lagu penutup film tersebut meskipun sedikit, sungguh mulia dan sangat Ksatria sikap kami tersebut.
Setelah film Ksatria Baja Hitam ini maka film dilanjutkan dengan film petualangan pemuda tangguh bersenjatakan pisau lipat, Mc Giver. Tetapi seperti dugaanmu kawan, ia tak laku dimata kami, kami langsung beranjak dari muka tivi meninggalkan Mc Giver beraksi sendirian tanpa sorak-sorai dari kami. Kami melihat si bule tersebut cuma sebagai orang yang nggak ada kerjaan, bawa pisau lipat kemana-mana, rambut nggak diurus dan sangat jelas ia hanya manusia biasa yang tidak bisa BERUBAH layaknya Kotaro Minami pujaan kami saat itu. Nasib Mc Giver memang tak seberuntung Kotaro Minami dimata kami. Dia tak lebih dari seorang pemuda pengangguran yang sedang mencari nafkah.
Cerita aksi-aksi Kotaro Minami ini tak hanya berhenti pada hari itu saja, aksi-aksinya akan membuat kami tak bisa tidur hingga 4 hari pasca film diputar, membuat kami lupa akan perawan-perawan desa, hampir-hampir kami lupa siapa orang tua kami masing-masing, hampir saja kami merasa kami berkewarganegaraan Jepang bukan bangsa yang gemar korupsi dan berbuat curang ini. Luar biasa memang magnet dan pengaruh Kotaro pada kami saat itu. Gila. Mempesona.
Bahkan keesokkan harinya alias satu hari pasca film Ksatria baja Hitam diputar, disekolah-sekolah dan tiap-tiap kelas akan ada kelompok-kelompok kecil, dimana perkelompok terdiri dari 7-10 anak-anak SD yang berkerumun takzim mendengar pada satu orang yang berkewajiban menerangkan, menceritakan kembali,mengupas, mengomentari, dan menafsirkan tujuan-tujuan dari film Ksatria Baja hitam yang ia tonton kemarin. Anak-anak yang kemarin absen dari menonton karena ada halangan yang mendesak akan mendengarkan dengan seksama dan tertib, serius, sesekali mengangguk-ngangguk, ikut berteriak, dan sesekali ngupil sambil nge-lap ingusnya ke bahu kiri dan kanannya untuk menciptakan motif desain unik tambahan, tak jarang beberapa orang dari mereka antusias mengangkat tangan untuk bertanya serius,..”mana yang lebih kuat ketika Ksatria Baja hitam dalam wujud Robo atau Bio??”, si-duta Kotaro yang tukang cerita tersebut tertegun dan berpikir keras, seolah-olah ini merupakan sebuah pertanyaan yang akan membuat mereka jatuh kedalam neraka jika salah dalam memberikan penjelasan tentang hal tersebut. Ia merasa harus sangat hati-hati dan teliti dalam mencari dalil-dalil yang akan menguatkan jawabannya nanti, ia tak ingin kawan-kawannya tersesat. Ia mulai berkeringat dingin, ia ingin memberikan jawaban yang adil dan tidak merendahkan salah satu wujud Ksatria Baja Hitam kesayangannya tersebut. Si penanya dan yang lain senyap berdebar-rindu menanti jawabannya. Si duta Kotaro pun menghela nafas panjang dan berat, seolah-olah ia telah kehilangan seluruh keluarganya dalam suatu kecelakaan, sambil menatap mata si penanya, ia pun berkata,..”begini bro, kedua wujud tersebut memiliki keutamaan masing-masing, mungkin pertanyaanmu akan terjawab di akhir episode Ksatria Baja Hitam!!maka minggu depan jangan sampai tidak menonton, mengerti??!”,..dengan yakin dan tangan dikepal ia menjawab pertanyaan tersebut dengan dengkulnya, yang lain mengangguk-ngangguk kuat, pertanda jawaban tersebut sangat tepat tanpa ada cacat untuk membantah. Jelas, dengkul mereka saat ini seirama.
Salah satu pertanyaan lain yang cukup sulit dijawab oleh para duta alias utusan Kotaro minami ini ialah jika ada pertanyaan,..”siapakah monster yang paling kuat dan susah dikalahkan oleh Baja Hitam??”,..tetapi karena utusan Baja Hitam ini merupakan hasil didikan puluhan episode Baja Hitam maka dengan tenang dan beribawa, sambil tangan diangkat layaknya membaptis anak-anak domba yang tersesat plus tatapan mata yang jauh kedepan menatap langit sambil sedikit membelakangi para penanyanya ia bergumam,..”bro, kau ingat baik-baik pesan dari bule bernama Leonardo da Vinci ini,…SETIAP RINTANGAN AKAN MENYERAH PADA KETETAPAN HATI,..dan asal kau tahu, Kotaro memiliki ketetapan hati sekeras Baja, maka jelas setiap monster tak akan mampu berbuat apa-apa, paham?”,…seketika itu juga sekerumun anak-anak ini berteriak dan menjerit-jerit,”hidup Kotarooo!!,..hiduuup Baja Hitam,..!!!” begitulah euforia yang membuncah-buncah dari anak-anak yang belum aqil baliq ini. Mereka saling berpelukan, ada yang terharu, ada yang terisak-isak, ada yang langsung bersedekah ke anak yatim, sujud syukur, mereka begitu bahagia dan tentram dengan jawaban utusan Kotaro tadi.
Maka kawan, bagi yang dapat menonton maka ia adalah utusan Kotaro Minami yang terhormat yang harus didengar setiap bualannya tentang Kotaro Minami, ia menjadi sumber rujukan utama bagi kehidupan kami. Ia seolah-olah telah menjadi sodara kandung Kotaro yang lahir di pelosok Aceh dan dikabarkan pernah bertemu langsung dengan Kotaro. Sungguh tragis.
Begitulah, saat itu Kotaro Minami adalah inspirasi, motivasi dan menjadi cita-cita tertinggi bagi kami anak-anak kampung untuk berbuat kebaikan dan benar. Tetap-lah berjuang Ksatria Baja Hitam!!!,…*ngakak, mudah-mudah banyak teman2 yang ingat pesan tersebut*
Ah kawan, inilah jaman itu, jaman ketika aku masih mengenakan seragam merah putih, dimasa patok lele masih populer, jaman dimana masih maen bola Kasti yang terbuat dari Koran yang dipadatkan bulat dan diikat dengan karet, Melempar buah Rumbia, membuat mobil dari pelepah rumbia, layang tunang aceh, menjelajah setiap sungai untuk mencari ikan mujahir dan Krup, mencari dan adu Kotak Rokok dan kotak korek yang nilainya akan semakin tinggi jika aneh dan jarang ditemukan, gasing tutup botol limun, adu Biji duren, adu biji asam jawa yang dilengketkan ke kaca, dan lain-lain yang tak mungkin aku sebutkan semua,…tapi semua itu telah menjadi bagian hidup yang tak mungkin kita pisahkan, ia tak bisa diulang, tak boleh dilupakan begitu saja, dan tak boleh pula disesal-sesali, ia telah menjadi kenangan dan kebaikan untuk hidup.

Kajhu, 04 Feb 2010
Lelaki Boemi_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar