Senin, 26 April 2010

Kotaro Minami en my world,....

Ini kisah dahulu kala. Ketika telenovela si Joni sopir truk yang suka selingkuh dalam Cinta Yang Mendua menjadi favorit ibu-ibu diputar oleh TVRI yang merupakan satu-satunya channel televisi yang bisa dilihat dikampung kami dan aku diharuskan tidur cepat agar besok tidak terlambat bersekolah dan agar tidak terpengaruh dengan perilaku buruk si Joni yang suka menipu istri dan anak-anaknya. Inilah masa-masa ketika film perang berseri Combat yang diputar setiap malam jumat menjadi salah satu film favorit dan menjadi buah bibir kami terutama cowok se-SD kampung Pinang, Susoh.
Akan tetapi yang paling spektakuler dari segala fenomena dunia perfileman ini adalah inilah jaman dimana setiap sehari dalam satu minggu anak-anak yang ingusnya masih di-lap ke bahu baju (sehingga meninggalkan bekas ukiran eksotis membentuk motif bercak-bercak coklat yang sangat mistis) dari setiap kampung berkumpul tanpa diperintah pada suatu forum pertemuan besar disebuah rumah. Mereka datang tepat waktu, berduyun-duyun, berdesak-desakan, ngantri, saling dorong, berharap cemas, bersabar, mereka hadir dengan satu visi, satu tujuan, meninggalkan orang tua, meninggalkan segala aktifitas yang mengganggu, bahkan menghiraukan azan shalat Ashar yang meraung-meraung kesepian, mereka hadir yaitu; hanya untuk melihat Kotaro Minami yang cuma punya satu-satunya baju jaket berwarna putih yang merupakan sosok asli dari Ksatria Baja Hitam beraksi dengan tegas dan konsen menegakkan kebenaran dan perdamaian bumi!!!
Saat itu Parabola hanya dimiliki satu-dua orang dalam satu kecamatan. Itupun terkadang banyak anak-anak yang datang jauh-jauh dari berbagai kampung tetangga harus kecewa berat karena pemilik rumah, tepatnya rumah yang memliki parabola tidak mengizinkan mereka masuk dengan berbagai dalih dan alasan-alasan yang terkadang tidak masuk diakal. Atau terkadang kami sangat patah hati karena tiba-tiba ketika Kotaro Minami sedang beraksi malah channelnya tivi-nya diganti dengan acara masak-memasak kesukaan pemilik rumah, sungguh ini sebuah kebijakan yang tidak berpihak kepada publik, sangat otoriter, sangat tak peduli, begitu egois. Hampir-hampir kami gelap mata dan ingin berbuat anarkis kepada pemilik rumah, tetapi kami berpikir jauh ke depan yaitu masih ada episode-episode film Kotaro yang harus kami ikuti,..maka kami bersabar, kami tak ingin cuma gara-gara kebodohan pemilik parabola yang tidak tahu apa-apa tentang Kotaro Minami ini menjerumuskan kami ke lubang kehinaan dan kenistaan. Jelas sekali, kami masih memiliki harga diri.
Kami juga harus berebut dan berlomba untuk mendapat posisi VIP untuk menonton yaitu posisi tepat didepan televisi, untuk itu kami berusaha sekuat tenaga mencari jalan, salah satunya ya berteman alias menjalin silaturahim alias sok-sok akrab dengan anak si-pemilik rumah, sedikit menjilat tak apa demi melihat Kotaro beraksi dan berteriak-teriak di depan monster bodoh kiriman Jenderal Jack,…”kurang ajar,..BERUBAAAAH!!!!”. aiih, sungguh bergaya dan menawan si Kotaro dengan satu-satunya jaket dan celana putihnya itu. Kuberitahukan kau, kalau saja ada yang berani macam-macam atau membuat si anak parabola (anak yang rumahnya ada parabola) tersinggung, maka jangan berharap ia dapat menonton selama beberapa episode dan ia akan dikucilkan dari pergaulan sehari-hari. Sungguh hukuman yang berat. Ini layaknya hukuman salah seorang sahabat nabi yang tidak ikut berperang karena berlalai sehingga ia dihukum untuk dikucilkan selama 40 hari. Sangat berat memang. tapi begitulah dunia kami saat itu, tak bisa diganggu-gugat bahkan Negara pun pada saat itu tak bisa berbuat apa-apa.
Yang membuat kami paling muak adalah jika pada saat-saat film akan dimulai dan ketika kami menahan nafas dengan tangan ditungkupkan di-dada berharap cemas untuk menanti dan ingin ikut bernyanyi dengan theme song pembukaan film dengan tiba-tiba televisi kehilangan sinyal alias diacak!!. Kata-kata “DIACAK” ini sangat populer pada saat itu. “Diacak” kami anggap atau kami samakan dengan kata-kata seperti; sebuah kegagalan sejarah, keterbelakangan mental, nggak gaul, kemerosotan moral, kebejatan moral, pengkhianatan nilai-nilai luhur, tak berbudi, berotak dilutut, tak berbudaya, pemerkosa bangsa,...dan serapah-serapah nista lainnya, sungguh sangat kami sesalkan pihak sinyal begitu tega memutuskan harapan ratusan anak kampung yang ingin melihat Ksatria Baja hitam beraksi dengan Belalang Tempurnya. Lagi-lagi hal ini membuat kami ingin mengamuk dan berbuat anarkis, tetapi untunglah kami masih mencoba berdingin hati untuk tak merusak fasilitas-fasilitas umum dan tak mengganggu ketertiban umum, Kotaro pasti tak akan ridha jika kami berbuat demikian. Dan jelas kami tak ingin Kotaro kecewa, sungguh tak ingin.
Tetapi walaupun televisi “diacak” kami sangat pantang menyerah, Kotaro tak pernah mengajarkan kami untuk mudah menyerah, aku dan ratusan anak kampung kumal dan belum mandi tersebut tetap menunggu selama setengah jam lebih untuk memelototin tivi dengan gambar semut berperang dan kami khusyuk berdoa harap-harap-manja tivi kembali normal tanpa penyakit acak. Wajah kami tegang-cemas-penuh harap, pikiran nggak fokus, sedikit sensitif layaknya seorang suami muda yang sedang menunggu istrinya melahirkan anak pertama. Penantian ini terkadang tidak sia-sia, kami yang menunggu lama bersorak-sorai karena kadang-kadang acak-nya hilang dan kami dapat menonton Ending theme song Ksatria Baja Hitam, dimana Kotaro berjalan lambat dengan suasana sunset diiringi lagu yang mendayu-merdu. Tak apa, kami tak bersedih sedikit pun karena tak dapat menonton film-nya, yang penting kami dapat menikmati lagu penutup film tersebut meskipun sedikit, sungguh mulia dan sangat Ksatria sikap kami tersebut.
Setelah film Ksatria Baja Hitam ini maka film dilanjutkan dengan film petualangan pemuda tangguh bersenjatakan pisau lipat, Mc Giver. Tetapi seperti dugaanmu kawan, ia tak laku dimata kami, kami langsung beranjak dari muka tivi meninggalkan Mc Giver beraksi sendirian tanpa sorak-sorai dari kami. Kami melihat si bule tersebut cuma sebagai orang yang nggak ada kerjaan, bawa pisau lipat kemana-mana, rambut nggak diurus dan sangat jelas ia hanya manusia biasa yang tidak bisa BERUBAH layaknya Kotaro Minami pujaan kami saat itu. Nasib Mc Giver memang tak seberuntung Kotaro Minami dimata kami. Dia tak lebih dari seorang pemuda pengangguran yang sedang mencari nafkah.
Cerita aksi-aksi Kotaro Minami ini tak hanya berhenti pada hari itu saja, aksi-aksinya akan membuat kami tak bisa tidur hingga 4 hari pasca film diputar, membuat kami lupa akan perawan-perawan desa, hampir-hampir kami lupa siapa orang tua kami masing-masing, hampir saja kami merasa kami berkewarganegaraan Jepang bukan bangsa yang gemar korupsi dan berbuat curang ini. Luar biasa memang magnet dan pengaruh Kotaro pada kami saat itu. Gila. Mempesona.
Bahkan keesokkan harinya alias satu hari pasca film Ksatria baja Hitam diputar, disekolah-sekolah dan tiap-tiap kelas akan ada kelompok-kelompok kecil, dimana perkelompok terdiri dari 7-10 anak-anak SD yang berkerumun takzim mendengar pada satu orang yang berkewajiban menerangkan, menceritakan kembali,mengupas, mengomentari, dan menafsirkan tujuan-tujuan dari film Ksatria Baja hitam yang ia tonton kemarin. Anak-anak yang kemarin absen dari menonton karena ada halangan yang mendesak akan mendengarkan dengan seksama dan tertib, serius, sesekali mengangguk-ngangguk, ikut berteriak, dan sesekali ngupil sambil nge-lap ingusnya ke bahu kiri dan kanannya untuk menciptakan motif desain unik tambahan, tak jarang beberapa orang dari mereka antusias mengangkat tangan untuk bertanya serius,..”mana yang lebih kuat ketika Ksatria Baja hitam dalam wujud Robo atau Bio??”, si-duta Kotaro yang tukang cerita tersebut tertegun dan berpikir keras, seolah-olah ini merupakan sebuah pertanyaan yang akan membuat mereka jatuh kedalam neraka jika salah dalam memberikan penjelasan tentang hal tersebut. Ia merasa harus sangat hati-hati dan teliti dalam mencari dalil-dalil yang akan menguatkan jawabannya nanti, ia tak ingin kawan-kawannya tersesat. Ia mulai berkeringat dingin, ia ingin memberikan jawaban yang adil dan tidak merendahkan salah satu wujud Ksatria Baja Hitam kesayangannya tersebut. Si penanya dan yang lain senyap berdebar-rindu menanti jawabannya. Si duta Kotaro pun menghela nafas panjang dan berat, seolah-olah ia telah kehilangan seluruh keluarganya dalam suatu kecelakaan, sambil menatap mata si penanya, ia pun berkata,..”begini bro, kedua wujud tersebut memiliki keutamaan masing-masing, mungkin pertanyaanmu akan terjawab di akhir episode Ksatria Baja Hitam!!maka minggu depan jangan sampai tidak menonton, mengerti??!”,..dengan yakin dan tangan dikepal ia menjawab pertanyaan tersebut dengan dengkulnya, yang lain mengangguk-ngangguk kuat, pertanda jawaban tersebut sangat tepat tanpa ada cacat untuk membantah. Jelas, dengkul mereka saat ini seirama.
Salah satu pertanyaan lain yang cukup sulit dijawab oleh para duta alias utusan Kotaro minami ini ialah jika ada pertanyaan,..”siapakah monster yang paling kuat dan susah dikalahkan oleh Baja Hitam??”,..tetapi karena utusan Baja Hitam ini merupakan hasil didikan puluhan episode Baja Hitam maka dengan tenang dan beribawa, sambil tangan diangkat layaknya membaptis anak-anak domba yang tersesat plus tatapan mata yang jauh kedepan menatap langit sambil sedikit membelakangi para penanyanya ia bergumam,..”bro, kau ingat baik-baik pesan dari bule bernama Leonardo da Vinci ini,…SETIAP RINTANGAN AKAN MENYERAH PADA KETETAPAN HATI,..dan asal kau tahu, Kotaro memiliki ketetapan hati sekeras Baja, maka jelas setiap monster tak akan mampu berbuat apa-apa, paham?”,…seketika itu juga sekerumun anak-anak ini berteriak dan menjerit-jerit,”hidup Kotarooo!!,..hiduuup Baja Hitam,..!!!” begitulah euforia yang membuncah-buncah dari anak-anak yang belum aqil baliq ini. Mereka saling berpelukan, ada yang terharu, ada yang terisak-isak, ada yang langsung bersedekah ke anak yatim, sujud syukur, mereka begitu bahagia dan tentram dengan jawaban utusan Kotaro tadi.
Maka kawan, bagi yang dapat menonton maka ia adalah utusan Kotaro Minami yang terhormat yang harus didengar setiap bualannya tentang Kotaro Minami, ia menjadi sumber rujukan utama bagi kehidupan kami. Ia seolah-olah telah menjadi sodara kandung Kotaro yang lahir di pelosok Aceh dan dikabarkan pernah bertemu langsung dengan Kotaro. Sungguh tragis.
Begitulah, saat itu Kotaro Minami adalah inspirasi, motivasi dan menjadi cita-cita tertinggi bagi kami anak-anak kampung untuk berbuat kebaikan dan benar. Tetap-lah berjuang Ksatria Baja Hitam!!!,…*ngakak, mudah-mudah banyak teman2 yang ingat pesan tersebut*
Ah kawan, inilah jaman itu, jaman ketika aku masih mengenakan seragam merah putih, dimasa patok lele masih populer, jaman dimana masih maen bola Kasti yang terbuat dari Koran yang dipadatkan bulat dan diikat dengan karet, Melempar buah Rumbia, membuat mobil dari pelepah rumbia, layang tunang aceh, menjelajah setiap sungai untuk mencari ikan mujahir dan Krup, mencari dan adu Kotak Rokok dan kotak korek yang nilainya akan semakin tinggi jika aneh dan jarang ditemukan, gasing tutup botol limun, adu Biji duren, adu biji asam jawa yang dilengketkan ke kaca, dan lain-lain yang tak mungkin aku sebutkan semua,…tapi semua itu telah menjadi bagian hidup yang tak mungkin kita pisahkan, ia tak bisa diulang, tak boleh dilupakan begitu saja, dan tak boleh pula disesal-sesali, ia telah menjadi kenangan dan kebaikan untuk hidup.

Kajhu, 04 Feb 2010
Lelaki Boemi_

Mie Putih Blangpidie: sebuah sudut pandang sosial yang liar tak bertanggung jawab,..

Mie Putih Blangpidie: sebuah sudut pandang sosial yang liar tak bertanggung jawab,..

Seperti hari-hari biasanya, bada shalat shubuh, kota yang baratnya berciuman dengan Samudera Hindia ini kembali memulai geliat aktifitas kesibukannya sebagai kota dagang. Riuh ramai tawar menawar harga barang berteman dengan dingin dan gelapnya pagi. Dingin memang, karena ia dipeluk oleh gugusan pegunungan Bukit Barisan disebelah timurnya. Maka perpaduan dari birunya Samudera dan hijaunya pegunungan tadi pastilah menghasilkan bentuk dan suasana kota yang tak kepalang memabukkan, indah bukan buatan, karena memang ini 100 persen urusan Tuhan. Sangat eksotis. Tak terbantah.

Sibuk, yah, memang sudah menjadi tanggung jawab moralnya sebagai kota agar ia keliatan ramai dan sibuk. Disini si-Blangpidie mempertaruhkan harga dirinya yang dikenal sebagai kota dagang yang disegani di wilayah Pantai Barat, pastilah ini pertaruhan hidup matinya sebagai kota. Ia sangat serius dalam kesibukan dan tak ingin diganggu. Maaf kawan, ia memang sedikit sombong tapi cukup elegan dan mengesankan.

Kesibukan pada setiap shubuh terutama berpusat di pasar tradisional Blangpidie di sepanjang jalan Haji Ilyas. Jalan yang lumayan lebar ini pun sejak shubuh buta harus menerima beban ratusan manusia yang lalu-lalang berdesak-desakan menjajakan dagangannya, terutama para penjual sayur mayur dan sejenisnya, mungkin di kesempatan yang lain akan aku ceritakan nikmatnya sayur-mayur di Blangpidie tentunya dengan harga yang sangat miring, pastilah ini menjadi pujaan para kaum hawa. Aku mencoba mnggambarkan keramaian di Jl. H. Ilyas ini memakai istilah semi-macet dengan kecepatan dibawah 8 km/jam plus jarak pandang 7,34 meter saja. Dimana sepeda motor harus ditolong dan di dorong dengan kedua kaki ditambah klakson yg harus meraung-meraung nyaring berulang setiap 3 detik. Sangat ironis memang, menegangkan, tapi juga mengasyikkan.

Kawan, urusan shoping-shoping tadi itu sebagian besar merupakan urusan para pemilik “Rumah Tangga” yang harus buru-buru mempersiapkan sarapan untuk anak-anak mereka yang akan berangkat ke sekolah-sekolah pemerintah agar “menjadi orang” di kemudian hari, meskipun tafsir “menjadi orang” tadi masih sangat menggelikan bagiku. Kali ini aku sebenarnya ingin memberikan bocoran sebuah anugerah Tuhan yang diberikan kepada akal manusia sehingga ia kreatif mengkombinasikan, meracik, dan menemukan sesuatu sehingga bisa dinikmati oleh orang lain. Tentunya kau sudah tahu jawabannya karena sudah kubocorkan dengan judul tulisan di atas, aku harap kau berterimakasih dan menunjukkan wajah penyesalanmu padaku, kawan. Ya, ia adalah mie Putih Blangpidie. Lalu apa hubungannya dengan suasana shubuh tadi?tenang, kawan. Di separuh jl. H. Ilyas ditengah keramaian metropolitan dan sibuknya Nyak-nyak penjual sayur itu dalam meniti karier tadi terdapat satu warung yang menurut pengamatanku paling cepat menjual Mie Putih, barangkali paling cepat se-Aceh, ah tidak, barangkali se-Dunia kawan. Nah, bagi kalian yang tergesa-gesa atau kebetulan singgah setelah shubuh di Blangpidie maka ini adalah info yang tidak akan kalian dapatkan dari siapapun, kalian bisa mencicipi hangat dan lembutnya mie putih ditengah dinginnya pagi, sungguh tak terkata rasanya kawan. Sangat nikmat. Inilah salahsatu anugerah Tuhan, bersyukurlah.

Mie putih konon dahulu kala dibawa oleh nenek monyang etnis Chinese (baca; chainis). Di KTP mie putih tertulis nama sebenarnya yaitu KweTiauw, entah karena sok tau atau kesurupan, etnis Bangpidie yang merupakan campuran dari berbagai kaum ini biasa memanggil KweTiauw dengan Mie Putih. Sungguh sebuah panggilan yang tidak beradab. Ketika kapitalis-kapitalis kecil bangsa Chinese ini protes atas hal tersebut salah satu pribumi Blangpidie menjawab dengan santai dan diplomatis,” kong, pernahkah mata sipitmu ciptaan Tuhan itu membaca buku Shakespear yang terkenal itu?” entah darimana si-pribumi mendapatkan nama itu. Tapi jelas, orang chinese perantauan yang di otaknya cuma dagang dan uang ini belum pernah mendengarnya. Mereka menggeleng tak tahu. Melihat peluang untuk membodohi si-Chinese ini ada, ia makin berlagak,”kong, perhatikan ucapan orang pintar dari daratan eropa ini, ia berwasiat bahwa,” apalah arti sebuah nama”. Maksudnya, nama itu bisa berganti-ganti sesuai kondisi cuaca dan demografi suatu daerah kong.’ Jelas, bahwa si-Blangpidie ini sedang ngawur dan dengan arogan menafsirkan maksud si-Shakespear. Kasihan Shakespear.

“Aristoles dan Plato pun berkata demikian kong”, si-Blangpidie dengan tak berperasaan menyeret-nyeret para filsuf tersebut dalam kubangan kebodohannya.

“haiaa,..kamu pintar ya”,..si-Chinese pun termakan oleh kebodohan tersebut karena kebodohannya sendiri. Ironis.

Kawan, Mie Putih fitrahnya terdiri dari pertemuan tepung beras, terigu, beberapa telur, si tepung Maizena, dan bahan lainnya. Pembuatnya pun bukan manusia sembarangan. Disini keikhlasan dan kesabaran sangat dibutuhkan, karena selain tepung beras yang sukar mengikat tapi juga kita harus berhasil menghasilkan mie putih yang lembut, selembut kulit bayi umur 3 bulan, dan ini tidak bisa dikerjakan dengan main-main. Tolong kau ingat itu. Salah langkah sedikit maka mie putihnya bisa-bisa tidak berwarna putih tetapi krem/putih usang seperti baju putih SD yang sudah tak digunakan selama 3 dasawarsa dan mienya juga bisa keras alot layaknya sandal jepit mushalla yang putus tak diperdulikan selama berbulan-bulan diterpa hujan panas. Hal ini suatu hal yang tak dapat dimaafkan begitu saja oleh pecinta kuliner diseluruh dunia. Aku pun tidak akan membelamu dihadapan mereka.

Mie putih dapat disajikan dalam berbagai ragam dan rupa. Mie putih Rebus, Campur, goreng, atau bisa juga dimakan mentah kalau kau maunya demikian. Dagingnya yang putih lembut meliuk-liuk, licin, kenyal-kenyal manja membuat lidahmu berdansa ala negeri Finlandia kampungnya Martii Ahtisari. Mungkin bermaksud agar manusia memiliki hati yang bersih, lembut penuh kasih sayang/manja, dan ceria.

Kuah bening yang disaji hangat dipadan dengan daging cincang yang khas, bawang goreng, seledri alias daun sup akan mampu memejamkan matamu dan membuat kau lupa ingatan sedang berada dimana dan merasa ingin menikahi para perawan Blangpidie. Kuah bening ini begitu sederhana, rendah hati, beribawa dan sangat asia, belum terpengaruhi oleh pemikiran-pemikiran bumbu dari barat yang fakir akan rasa. Kuahnya disajikan hangat, sebagai representatif hangatnya manusia-manusia disini. Perpaduan daging, bawang dan seledri faktanya malah menambah keliaran rasa dari Mie putih tersebut. Tak tanggung-tanggung, daging cincang beraroma harum ini justru menunjukkan bahwa mie putih memiliki pesona kemewahan. Bawang dan seledri mengangkat martabat pribumi yang kaya akan hasil rempah-rempah, mungkin arti dari perpaduan bumbu diatas ialah “rasa kemewahan yang membumi” atau barangkali “pribumi juga punya hak untuk hidup bermewah-mewahan”. Begitu anggun. Harmoni tak terperi kawan. Putihnya mie, hangat serta beningnya kuah, dan ragamnya bumbu yang menghiasinya seolah-olah mie tersebut ingin berbagi cerita kepada penikmatnya bahwa beginilah kehidupan, ia meliuk-meliuk, penuh aral rintangan, penuh warna tetapi harus tetap dijalani dengan berusaha memegang nilai-nilai agama dan luhur kehidupan agar kelak tak dihina Tuhan di Yaumil Masyhar. Begitu serius pesannya, bukan main.

Di Blangpidie ada beberapa lokasi dimana mie putih bersemayam. Di sepanjang jalan Persada, jalan Perdagangan, dan di pasar tradisional tadi. Kau bisa memilih lokasi-lokasi diatas sesuai dengan mood dan view yang kau inginkan. Untuk lokasi seputaran Jl. Persada maka kau akan mendapatkan sajian suasana khas Oriental, sangat Chinese, mungkin kau akan dibawa dengan suasana Beijing beberapa dekade silam ditambah view kesibukan jalan raya utama kota Blangpidie. Kau pun dapat melihat rupa-rupa yang mirip dengan Jackie Chan atau Steven Chow disini, tentunya jika kau melihat mereka dari jarak di atas 50 meter. Disini sambil kau menikmati makananmu juga akan dihibur dengan obrolan, gossip dan makian dalam berbahasa mandarin oleh para Tionghoa-man dan hamba-hambanya, seolah-olah kau sedang menonton drama Mandarin secara live. Bukan main. Di lokasi ini memang agak banyak dihuni oleh warga Tionghoa, meskipun terkadang kau akan mendapatkan mereka berbicara sangat fasih berbahasa aneuk Jamee dan aceh. “Agar tidak ditipu orang pribumi” alasan mereka dan mereka memang super pelit utk mengajarkan bahasa mereka ke pribumi, mungkin tujuannya agar bisa menipu dan menelikung pribumi-pribumi yang bodoh. Sebuah arogansi budaya terjadi disini.

Untuk lokasi di sepanjang Jl. Perdagangan dan seputaran Pasar, kau akan mendapati dan menikmati warung mie putih dengan suasana klasik dan jadul. Unik. Dengan desain interior warung-warung di Aceh pada umumnya yaitu berbalut cat dinding krem sehingga membuat ia sangat pesisir, kampungan, polos dan melenakan. Sudut-sudut ruangan yang berdebu dan beberapa pemukiman laba-laba yang ditinggalkan penghuninya malah menambah suasana ruangan semakin unpredictable. Seram-seram manja. Sangat romantis. Untuk hiasan dinding mereka masih belum mencopot poster Paramitha Rusady, Nicky Astria, Nike Ardilla dan Rano Karno berkumis ketika masih berumur 20-an. Tak ketinggalan poster ikang Fawzi senyum yang berpose macho, tangan dikepal diletakkan di dagu, berbalut baju rocker hitam mengkilat, bergelang duri hitam khas metal, rambut gondrong kering kembang karena memang pada saat itu rebonding untuk rambut belum ditemukan, dan tak lupa di atasnya tertulis IKANG FAWZI: DARAH MEMBARA. Sangat lelaki. Mungkin tak perlu aku gambarkan bagaimana populernya Ikang Fawzi dulu dengan suara serak-serak beseraknya, yang membuat perawan-perawan kampung menunda nikah karena berharap cemas dapat menikah dengan Ikang Fawzi suatu saat. Mereka sungguh tak menganggap para perjaka yang berkeliaran setiap sore di depan rumah-rumah mereka dengan stelan baju dan celana jeans ber merk FAvo asli. Entahlah, mngkin itu adalah kegilaan cinta. Sangat tak berotak.

Berbeda dengan warung milik tionghoa, warung mie putih pribumi memiliki nilai jual plus. Sejak pagi buta-merana, warung para pribumi ini sudah memutar habis volum radio dan mencari-cari sinyal yang khusus memutar lagu-lagu Aceh. Inilah yang tak akan kau dapatkan di warung-warung tionghoa tadi. Suara radio yang serak pecah berantakan karena volum maksimalnya dipaksaan, ditambah lagu-lagu daerah yang rajin memfotokopi lagu dari negeri kelahirannya Amitabachan dan Shahrukh Khan tetapi liriknya berbahasa Aceh dan juga tak lupa lagu kompilasi Nonstop disko Aceh akan memanjakan telingamu. Sangat kampungan. Tak ada bandingan. Aku peringatkan kau, saking kerasnya volum radio tersebut dan pecahnya suara speaker yang dihasilkannya membuat lagu-lagu melayu pun akan terdengar sangat metal dan keras meraung-raung seperti lagunya Edane, Sepultura atau X-japan. Kesamaan warung-warung mie putih baik yang milik pribumi maupun yang tionghoa adalah mie ini akan habis stok sebelum waktu Ashar, karena begitu populernya. maka aku tekankan jangan kau berlalai-melalai dengan waktu kalau kau tidak ingin kecewa.

Kawan, aku harapkan informasi diatas cukup membantumu untuk berniat mencicipi mie putih Blangpidie secara langsung, karena tak ada cabang di daerah lain dan sebenarnya rasa tak akan pernah bohong kata salahsatu iklan di televisi. Kawan, selamat menikmati.,… Visit En Enjoy Abdya 2010!

Corat-Coret Langit-Affif Herman

Kajhu, 04 Nov 2009

Gadis beringus: The girl with something special...


Gadis beringus: The girl with something special...

Aku akan mengutip kembali sebuah syair penomenal (kalau memang pantas disebut syair sih<..) yang merupakan komentar terhadap sebuah status di FaceBook-nya seniorku, sebut saja namanya bang Alex (mudah-mudahan bukan nama sebenarnya), kalau nggak salah ya status diseputaran awal bulan Syawal 1430 Hijriah, ketika dia mengeluarkan statemen untukku yang isinya kurang lebih begini “…aneh kali seleramu, gadis beringus..” maka mendadak aku pun kaget, dan merasa sedikit panas membaca komentar tersebut, apakah ini sebuah rekayasa untuk mengkriminalisasikan kekasihku itu?sebagai sebuah pembelaan pada saat itu aku menjelaskan keindahan ingus dengan syair di bawah ini, sebagai pembelaan tulus terhadap kekasihku semata wayang 22 tahun yang lalu itu:

ingus menunjukkan status sosial kematangan si perempuan pada saat itu,...

ingus yang berlarian diantara bibir pun adalah sebuah sensasi keindahan yang tak terlupakan,..

ingusnya pun terasa amat sangat sepadan dengan rambut poninya yang cuma se-alis,...

maka, ingus adalah anugerah Tuhan yang tak boleh aku ingkari pada saat itu,....

ia adalah kesempurnaan........

Syair ini sebagai penjelasan yang shahih atas keheranan bang Alex terhadap seleraku terhadap gadis beringus cerdas yang punya sepeda baru duapuluhan tahun yang lalu itu,...pada tahap ini aku mengklaim dengan serius, se-serius Imam mesjid At Taqwa Blangpidie yang tangan kanannya berparang setajam 1000 kali silet itu siap untuk memenggal hewan Qurban sebagai bentuk patuh terhadap perintah Tuhan di hari Aidul Adha, bahwa bang Alex belum tahu apa-apa tentang cinta. Bagiku pernyataan bang Alex merupakan sebuah kekejaman terhadap kami yang jatuh cinta, ia bagaikan pengekangan akan hak-hak berekspresi dan mengekspresikan cinta bagi orang-orang yang kasmaran. Ia bagaikan pemerintah yang sengaja melarikan diri dan menutup mata atas kematian Munir atau bagaikan Lenin yang dengan sengaja membunuh jutaan petani dan buruh cuma gara-gara sebuah ideologi omong kosong yang dikarang-karang si tua pendendam lagi emosional Marx. Sangat tak berperasaan. Lebih parah lagi ini bagaikan sebuah kebodohan Kemal Attaturk yang mengganti sistem pemerintahan di Turki, yang jelas-jelas ia dibonekakan dan diperbudak oleh Yahudi.

Ah, aku malah bertanya-ragu didalam bimbang, apakah bang Alex pernah jatuh cinta??apakah dia tahu bahwa Qais gila gara-gara cintanya terhadap Laila??Tak tahukah bujang pesisir ini gara-gara perkara cinta ulama sekaliber Buya Hamka pun menorehkan fiksi tragedi Zainuddin dan Hayati dalam Tenggelamnya kapal Vanderwijck, yang harus dicetak berkali-kali??apakah ia tahu kadang-kadang akal tak berfungsi dalam berhadapan dengan cinta??bagaimana ia tega mengeluarkan pernyataan yang merendahkan selera seorang pecinta seperti itu??ini benar-lah sebuah kekejaman yang berdaki-daki. Tak berhati.

Kuberitahukan kau sedikit pencerahan bang Alex, ”..ingus menunjukkan status sosial kematangan si perempuan pada saat itu,...” ingus dihasilkan oleh lapisan sel pada saluran sinus, dan ingus dihubungkan dengan kemampuan tubuh untuk melawan iritasi dan infeksi. Ini membuktikan bahwa gadis tersebut normal dan matang di usianya, tolong jangan kau mengelak dari fakta ini, sebagai pembuktian kau pun punya hak untuk menanyakan ke dokter-dokter yang didatangkan dari luar Blangpidie tapi gajinya nggak dibayar. Atau kalau kau pun sempat untuk mengecek ke rumah sakit bantuan Korea di Abdya yang dibanggakan dengan manajemen amburadulnya itu.

ingus yg berlarian diantara bibir pun adalah sebuah sensasi keindahan yang tak terlupakan,..

ingusnya pun terasa amat sangat sepadan dengan rambut poninya yang cuma se-alis,...”

Ah, ini pula penggambaran keindahan fisik gadis beringus itu. Saat cinta adalah saat gila kata Anis matta dalam buku kumpulan essaynya yang diberi judul Serial Cinta. Saat suara tarikan ingus yang keluar masuk tak dianggap oleh orang lain justru ini merupakan suara terindah bagi orang yang jatuh cinta…” sroott,..sroott…srooottt”. Sempurna, bagaikan semilir angin yang menggesek-gesek merdu dawai-dawai tumbuhan padi yang ditanam dengan metode Acong di Abdya (saat itu Blangpidie masih dalam Kab. Aceh Selatan, entahlah, apakah metode Acong sudah ada pada saat itu). Ia bagaikan lengkingan melodi Paul Gilbert yang tanpa ragu menjelajahi fet-fet gitarnya, cepat, meliuk liar, mabuk, menggetarkan. Manis tak terperi.

Poni yang cukup menutup keningnya pun menghadirkan gelombang tarikan fisik yang luar biasa, tak terjelaskan. Tak terelakkan. Membuat aku tak perlu tahu-menahu dengan miss Indonesia, miss world dan miss-miss yang lain yang cuma merendahkan dirinya karena mau dinilai dengan angka-angka terbatas, dan mereka semakin tak dihargai ketika kulit mulai keribut dan rambut rontok memutih. Bagiku cukuplah gadis berponi itu yang tercantik. Aku merasa norak tapi tak peduli.

Tak kepalang mabuk aku saat itu, tanpa sadar membuat aku termakan dengan rayuan guru-guru yang baik dan polos dengan mengatakan “,..bangsa ini bangsa kaya raya wahai anak-anak”. Saat itu aku percaya, sangat percaya. Dan ketika Negara ini sampai saat ini sudah berhutang hingga 1700 Triliun dengan asset-asset yang dikuasai asing pun dari adikku yang masih kelas 2 SD ternyata masih diberikan wejangan bahwa,.” Negara ini Negara kaya raya anak-anakku,.”. tak berubah sejak 20 tahun yang lalu. Padahal saat ini aku tidak dalam keadaan mabuk lagi. Tetapi bang Alex, bisa kau bayangkan pada saat itu anak kelas 4 SD mabuk, hah??inilah kegilaan jiwa karena cinta, apa kau tau itu?.

maka, ingus adalah anugerah Tuhan yang tak boleh aku ingkari pada saat itu,....

ia adalah kesempurnaan........

Tak salah lagi, inilah kalimat terakhir yang menunjukkan bahwa pada saat itu aku sangat bersyukur. Saat-saat mabuk. Saat-saat aku tak bisa mengendalikan akal dengan control 100 persen. Saat-saat tidur tak melenakan. Saat dimana minum tak menghilangkan dahaga. Saat-saat mandi pun seolah tak basah. Inilah waktu yang menunjukkan bahwa aku benar-benar manusia biasa yang tak mampu berbuat apa-apa.

Ah semoga kau mengerti bujang..

Dedicated to my Friends; in SD inpres kampung Pinang, Susoh en SD KutaTuha Blangpidie,.>

Corat-coret Langit_Affif Herman

Evening, 09 November 09, Kajhu.