Selasa, 20 Desember 2011

Boysband Lokal euuy..



Lalu saya menjadi yang terheran-heran lagi. Beberapa ABG yang kembali berperangai untuk sengaja menggilai sekte boysband di dunia permusikan. Kelompok penjual tampang yang seolah-olah mengaku penyanyi professional itu. Yang suka juga jingkrak-jingkrak kesana kemari, sambil guling-guling juga dan tak lupa sebar pandangan yang menggoda juga. Siapa yang mau digoda gitu? Olala, so pasti cewek-cewek ABG labil alay dan waria, dong!

Namun tak seperti tahun-tahun emasnya boysband era tahun 90-an yang dikuasai oleh para boysband dari eropa/barat. Kini boysband-boysband yang menguasai para ABG alay berasal dari timur, khususnya dari Korea (kalo saya gak salah, ya…hehe).

Takut jika-jika mana tahu ada boysband yang mencatut nama saya untuk mendompleng kepopuleran mereka maka saya ecek-eceknya kuatir. Dan saya jadi deh mengecek-ngecek di internet dan youtube siapa dan apa yang mereka perbuat sehingga para ABG semakin hari semakin gak jelas perangainya, semakin labil gitu (mudah-mudahan mereka tetap gak lupa shalat saja…). Dan Alhamdulillah ternyata memang tidak ada satupun boysband Korea yang berani mencatut nama saya. Mungkin mereka segan, atau apalah…hehe.

Di internet kudapatkan kenyataan yang tidak mengagetkan, bahwa mereka memang sedang sangat populer. Kulihat video klip mereka di youtube, dan terbukti bahwa mereka memang sengaja menggunakan tampang yang ganteng, bersih, cute atau apalah lagi sebutannya sebagai ‘umpan pancing’ demi membuai pandangan mata para kaum yang mudah terbuai dengannya. Lalu kuperhatikan pula koreografi di “joget-joget”nya, kupikir itu lumayan keren dan lincah. Saya beri itu tepuk tangan sebagai sebuah pengakuan dari saya bahwa mereka memang jago nge-dance…bagus…bagus…

Untuk segi suara dan olah vokal mereka, ya, saya kira tak apalah, namanya juga boysband, suara boleh menjadi prioritas nomor sekian. Untuk irama atau lagunya terus terang saya tak suka dan tak menikmatinya, tapi tentu untuk masalah selera genre musik begitu kita bisa berbeda-beda. Sebagai mantan seniman saya sedikit menghargai tentang perbedaan selera bermusik ini. Namun ini tetaplah itu yang namanya adalah pendapat pribadi, boleh jadi itu salah, boleh juga itu benar. Jangan marah jadinya ya, karena marah tidak pada tempatnya itu tak indah.

Nah…nah…nah, salah satu efek dari boomingnya popularitas boysband-boysband Korean itu, maka seperti biasa Indonesia tercinta yang katanya tanahnya berair pun terciprat dengan hal begitu alias ikut-ikutan. Maka terjadilah fenomena yang ganjil. Yakni lahirnya lagi para boysband-boysband pribumi jadi-jadian yang, maaf, sok cute ke layar-layar kaca. Bukan saya itu alergi dengan boysband dalam negeri, yang notabenenya boysband produk lokal yang seharusnya di junjung tinggi demi kemajuan bangsa dan Negara. Namun ya itu, boysband-boysband lokal ini betul-betul “luaar biasaa”. Maksudnya luar biasa hancurnya. Terkadang ketika melihat mereka tampil di TV saya tiba-tiba jadi lupa ingatan dan menolak jika disebut-sebut sebangsa dengan para boysband lokal itu.

Boysband pribumi yang pertama kali muncul yang saya tahu bermerek dagang ‘Smash’. Dan tentu dong harus berwajah manis dengan kulit wajah putih bersih kinclong. Wajar itu, karena gak laku banget kalo ada boybands yang jerawatan atau dengan kulit yang berminyak. Bagi mereka, merawat wajah adalah juga dalam bentuk merawat mata pencaharian. Lalu setelah Smash puas dicaci-maki atas kemunculannya yang dituduh plagiat, tak lama setelah itu bergentayanganlah lagi boysband-boysband lokal yang semakin “luar biasa” tadi. Yang bikin apa gitu, iya, bikin malu!

Dance yang hancur dan kaku, pakaian yang norak, wajah pribumi yang dipaksa-paksa cute dan ganteng, lagu yang gak jelas dan terkesan murahan, ditambah lirik yang berkualitas rendah sehingga apa gitu? Sehingga betul-betul sempurna memperlihatkan bahwa boysband pribumi ini luar biasa hancur! Saya benar-benar tak habis pikir sedang apa mereka sebenarnya itu?! Yakin dah mereka-mereka ini cuma bertahan 1-2 album saja...

Lalu saya buat diri untuk mau sedikit heran, kenapa itu boysband-boysband korea terlihat sedikit lebih terhormat dan lumayan oke jika dibandingkan dengan kepunyaan lokal ya? Yang lokal kulihat kampungan dan bikin malu saja. Beda benar kualitasnya. Bukan saya tak suka boysband produk lokal, namun saya benci. Benci gitu sama kualitasnya yang…waduh, gak tega bilangnya. Huff. Apalagi benci saya kini ternyata semakin dipelihara oleh acara yang kalo gak salah berjudul “Boys&Girls Band Indonesia” di salahsatu stasiun TV swasta gitu. Olala, melihat acara begitu sungguh membikin saya uring-uringan dan pengen membakar KTP Indonesia! Tapi untung-lah di Indonesia masih ada “The Trees And The Wild”, untung juga Indonesia masih punya “Endah & Rhesa” juga, atau punya “shoutul Harakah” juga. Dengan demikian sedikitnya menurut saya Indonesia masih bisa diselamatkan. Syukur.

Yah, mungkin begini saja dulu yang kenapa terpikir dengan sengaja iseng oleh saya sebagai bentuk saya yang seolah-olah menjadi peduli dengan dunia permusikan Indonesia. Saya juga sangat berharap gitu Dinas Sosial atau Dinas Perkebunan menertibkan boysband-boysband lokal itu. Tolong kasihani yang nontonnya…


Affif
15 Desember 11. Lagi ngopi, lagi di Meulaboh, lagi kangen lagi.

Jumat, 02 Desember 2011

Meulaboh Return

Mengapa ya saya udah jarang update blog gitu? Entahlah, saya juga gak tahu gitu. Bisa-bisanya saya jarang nulis lagi, bisa-bisanya saya merasa sibuk, bisa-bisanya saya dilalaikan dunia, huf, serasa gimana gitu. Hehe. Atau mungkin karena FB sehingga saya lebih senang bikin status daripada memberi ‘penghidupan’ sama ini blog. Atau mungkin karena si-istri sehingga saya lebih senang melamun rindu daripada merhatiin ini blog…hehe.

Jadi ya seperti biasa biar blog ini keliatan update makanya saya nulis yang gak penting begini dikit. Kenapa nulisnya dikit-dikit? Kan udah saya bilang biar ecek-eceknya kelihatan bahwa saya sedang sibuk, padahal nggak.

Saya udah kembali lagi ke Meulaboh ini, ibunya si-Aceh Barat. Buat lanjutin kerjaan lagi. Sebenarnya saya semangat saja gitu menikmati ini kerjaan, tapi yang bikin saya tidak on-fire 100 persen itu karena Jantho mengambil istri saya. Jadinya ya kami ecek-eceknya jauh, meski dekat di hati. Namun nyatanya tetap aja tidak asik. Tetap asik kalo dekat di hati dekat juga di badan.

Jauhnya si-istri ini betul-betul mempengaruhi, lho. Serius ini, saya jadi tidak ada kawan ngobrol yang lebih privasi, yang bisa ngomongin apa saja. Kalau kawan-kawan sekantorkan ngobrolnya cuma hal-hal yang serius gitu, seolah-olah mereka lupa bahwa dunia adalah senda gurau belaka. Uang telah mengubah mereka yang dulu suka bermain-main menjadi yang serius seolah-olah sedang memikirkan bumi. Tapi kalau sama si-istri saya biasanya bisa ngobrol apa-apa saja. Makanya saran saya bagi yang belum nikah, ntar nyari si-istri itu yang bagus ilmunya, suka baca-baca dan mau belajar nambah ilmunya terus. Karena biar asik diajak ngobrol apa aja, nyambung kemana aja (AffifTheory: 77).

Jadi gitu, konon sekarang saya harus mau nggak mau harus mau bahwa harus menikmati Meulaboh ini meski hati itu disana, di Jantho (kotanya si-istri). Oke, buat kawan-kawan saya juga bikin ucapan selamat bekerja dengan niat ibadah, biar begitu nanti malaikat mencatatnya, gak rugi jadinya…have a good time! 


Gambar satu: Ekspresi kurang semangat, ecek-eceknya gara-gara rindu


Gambar dua: Menjelaskan rencana untuk mengkudeta Obama juga kurang semangat, ecek-eceknya jg sedang merana.


Gambar tiga: Menjelaskan rencana untuk mengkudeta Obama juga kurang semangat, ecek-eceknya jg sedang merana...(hehe kopi paste kalimat poto di-atas doang)



02 Desember 11, Meulaboh yg udah 3 hari dimandiin terus sama hujan...
Affif Herman, yang dulu lahir dalam keadaan masih bayi.