Kamis, 30 September 2010

I steal thiz article from an International magazine…hehe

On Time

We all have our ways of marking time. As a photographer, my life is measured from one story to the next. I bought my first house in Nebraska while I was on assignment shooting Americ’s Gulf Coast. My oldest son was born in the middle of a long story about the Endangered Species Act. My daughter came along with a pack of gray wolves.

Twenty stories later, though, it’s the story on Alaska’s North Slope that I’ll remember most. It was about the loss of wilderness and innocence-and the story during which my wife got cancer. That’s the one that made time stand still.

Kathy and I met at a blues bar in college. She had long blond hair and thought I was funny. Beautiful, graceful, and patient, she has remained my muse for 24 years, despite the thousands of times I’ve forced her to be photographed. She may have gotten tired of it now and then. I stopped taking pictures on the day she found that tumor in her right breast. It was the size of a hen’s egg. Some days she was so sick she couldn’t watch TV. One day she couldn’t even talk.

Early detection saves lives. But ours was not early. By the time you can feel it to yourself, it’s often bigger than the doctors want it to be.

Cancer is a thief. It steals time. Our days are already short with worry. Then comes this relentless disease, unfair as a hailstorm at harvesttime. But cancer also has the power to transform us, for good. We learn to simplify, appreciating what we have instead of lamenting what we don’t.

Cancer even made me a better father. My work had made me a stranger to my three kids. But now I pay attention to what really matters. This is not a race. This is a new way of life and new way of seeing, all from one malicious lump.

In the end each of us has so little time. We have less of it than we can possibly imagine. And even though it turns out that Kathy’s cancer has not spread, and her prognosis is good, we try to make it all count now, appreciating every part of every day.

I’ve picked up my camera again. I watch the sky, searching for beautiful light. When winter storms come, Kathy and I gather our children and take the time to catch snowflakes on our tongues. After all, this is the good stuff. This is what we’re living for. (Joel Satore)


bY A thief: Lelaki-boemi in Kajhu Village

Senin, 27 September 2010

Surat Pembaca 1:


Salam bang afif,

Kenalan dl ye, Ghimn kbarny loe, bang?bang, gw punya prablem ni, gw xering bangetz jatoh dari pohon mangga lho. Gw bingung en puciiiiiing.,,… Why hal ini terus terjadi sich?pa ini yank namanya hobi githu looohh?atau ini yank namanya jodoh?klo iya, pliisz dong loe jelasin, jatuh yank baek tu gmana.. Ehm,,..thats all, Gitu ajah. Thanks atas jawaban loe, bang. Salam norak dari gw yach...muaacchh!

Wassalam.

Yang sok gaul Andra- Banda aceh.


Jawab:

Wslm. Wr. Wb.

Andra yang sok gaul-hanccorr dan baik hati. Terimakasih sudah mengirim e-mail kemari, salam kenal juga. Baiklah, aku akan coba menerawang mencari tau solusi untuk permasalahanmu yang sangat serius itu. Yang membuat kalbumu terus berkecamuk.



Mengapa kau sering terjatuh itu sebenarnya disebabkan kepede-anmu yang terlalu over, dra. Kau terlalu tinggi menilai diri sendiri dan mensejajarkan dirimu layaknya Tupai. Dan kaupun merasa tinggi diri bisa menyaingi dan mengimbangi monyet. Ini sikap yang tak baik lho, andra. Sikap yang tak mau kalah dengan monyet sungguh bukan perbuatan yang terpuji. Tak baik itu. Biarkanlah monyet hidup tenang di alamnya dan kamu jangan ikut2an. Ikhlaskanlah.

Andra yang norak tidak pada tempatnya, Itu bukanlah hobi ataupun jodoh. Itulah nasibmu nak. Bisa jadi dulu kakek bunyutmu pernah bernazar untuk dapat pekerjaan di perusahaan swasta. Dengan nazar jika lulus, maka ia akan rela jika ada keturunannya yang rajin terjatuh dari pohon mangga. Hah, kau-lah turunannya yang jadi korban nazar itu. Bukan salahmu atau salahku, apalagi salah SBY. Boleh jadi itu salah kakek bunyutmu yang frustasi. Ngapain juga bernazar yang aneh2 gitu,..ckckck.

Nazar sih boleh saja kata Nabi, tapi kita juga diminta Nabi yang mulia itu untuk menghindari hal tersebut, karena nanti akan memberatkan diri sendiri. Tapi klo udah terlanjur bernazar yah harus tetap ditunaikan. Kecuali bernazar kepada hal2 yang dilarang agama maka nazar itu harus dibatalin.

Jatuh yang baik??jatuh yang baik itu jatuh yang membuat kau sadar akan kenorakanmu, dra. Sadar bahwa kau bukan Spiderman, apalagi monyet. Boleh saja jika kau ingin bercita-cita menjadi pemanjat pohon mangga yang profesional di masa yang akan datang. Tetapi kau harus berlatih keras dan keras untuk itu. Bukan hanya melompat secara asal-asalan kayak Orang utan atau Tupai…ingat nak, kau anak manusia, bukan anak orang Utan. Camkanlah itu nak. Bercerminlah nak, bercermin.

Sebagai pemahaman dasar agar kau mawas diri dalam memanjat pohon mangga maka kuberitahukan kau sedikit pengetahuan. Kau tahu, pengetahuan itu mahal harganya, nak. Maka mohonlah perhatikan dengan baik penjelasanku yang tak akan kau dapatkan di tempat lain ini. Dik Andra yang lebai, dari segi “suara atau Bunyi”, jatuh itu pada dasarnya memiliki 4 (empat) proses “suara/bunyi” penting. Kunamakan proses penting itu dengan “Sound of Nature”. Jika kau nanti paham terhadap teori ini, kuharap akumulasi jatuhmu akan semakin mengecil dan kau makin tambah percaya diri dalam memanjat. Ke-empat proses “Sound Of Nature” itu antara lain;

1. Slaaappp. Bunyi ini terjadi antara dahan pohon mangga yang kau pijak/pegang dengan permukaan kulit kaki atau tapak tanganmu. Dalam percakapan populer di masyarakat kita “slaaapp” ini di identikkan dengan bunyi “klepeset” atau “tergelincir”.

Hal ini terjadi karena akumulasi interaksi mikro antara permukaan dahan pohon dengan tapak kakimu alias gaya geseknya kecil. Yah maksudnya yang lain adalah2 mirip2 sperti kau berjalan di lantai yang licin dimana gaya gesek kakimu dengan lantai sangat kecil dan kau pun harus rela mencicipi lantai…
Slaaap ini bisa juag terjadi akibat kau terlalu banyak melamun dan sering membantah omongan ayah bunda. Hah, rasakanlah itu.

2. Whuuussszz.
Bunyi ini merupakan proses kedua dari teori “Sound OF Nature”. Bunyi ini terjadi stelah adegan “slaaapp” terjadi.
Dalam buku fisika anak SLTP disebutkan dengan Gerak Jatuh Bebas. Dimana kondisi tubuhmu berada diudara. Berada diantara pohon mangga dan permukaan bumi. Tidak banyak pose gaya yang bisa kau lakukan pada posisi ini. Senyumpun biasanya jarang ada yang bisa.

Pada posisi yang sedang dipengaruhi gravitasi ini kau akan lebih banyak mengeluarkan kata”,..aaaaaaaaaahhhh tuuooolllooong!!!” atau, “aaaaaahhh mamaaaaakkkk!!

3. Bbbrruuuukkkk!!.
Jelas. Kukira kau tentu paham bunyi ini. ya, ini bunyi ketika perjlanan singkatmu dari atas pohon mangga samapai pada tujuan. Alias kau telah berpeluk akrab dengan tanah atau batu dibawah pohon tersebut.
Pertemuan ini bisa saja dimulai dulu oleh kepalamu, badan, punggung atau kakimu. Yah, itu tergantung bagaimana gaya “slaaappp” yang kau mulai.

Pada posisi mesra di tanah ini kaupun tidak bisa banyak berpose gaya. Yang bisa kau lakukan cuma mengeluarkan bunyi raungan panjang dan meninggi bberapa oktaf layaknya pertengkaran kucing garong yg berebut lapak. Jumlah kata yang bisa kau sebutpun tidak begitu banyak. Kata-kata populer yang sering digunakan pada saat proses ini antara lain,”waaaadoouuuuuhh!!”, atau, “maaaaaaakkkkkk,..!!”….*hehehe, jarang ada yang memanggil “ayah” ketika terjatuh. Ini salah satu rahasia hidup bahwa posisi Ibunda lebih paten dari Ayah. Ibunda-lah rembulan dan bintang-gemintang. Tak terganti-ganti. Maka cintailah Ibunda-mu, nak, cintai-lah…*

4. Penilaian dunia. Ini proses terakhir dari teori “suara-alam” hasil lamunanku, yang terjadi setelah kau melalui 3 proses di atas secara tertib dan sempurna. Syarat yang terakhir ini terpenuhi jika ke-3 proses tadi kau disaksikan oleh handai taulan atau sobat-karibmu yang lain. Penilaian dunia ini ada 2, yaitu; Ditertawakan dan Ditangisi. *Hehehe*.

Ditertawakan jika kau terjatuh dari pohon, dengan jarak jatuhnya 0,5 s/d 1,5 meter. Dan kau akan ditangisi jika kau memiliki jarak jatuh 17 s/d 19,7 meter ke bawah. Alias kau akan KO total tak bergeming. Alias berpindah ke alam lain. Tragis.

Ehem, kusangka demikian saja adanya Andra, semoga kau puas. Salam untuk Ayah-Bunda. Wassalam.


Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali bin Teuku Muhammad Ali bin teuku Muhammad Din bin Teuku Loen.
Kajhu, 7 Syawal 1431 H/16 Sept 2010.

Sabtu, 18 September 2010

NURANI; de biggest en de last Nasyeed Team in Abdya -Based on a true story,..saadaaapp!!-



Tak pernah lekang dalam ingatan peristiwa ketika ribuan hingga jutaan perawan dan non perawan, bahkan termasuk beberapa juta lelaki begitu menggila-gilai hingga gila pada boysband-boysband di era tahun 90-an. BackstreetBoys, 911, 5ive, F4, Nsync, Boyzone, Westlife dan yang lainnya adalah beberapa contoh boysband yang dulu berserakan dan amat populer.

Secara umum boysband biasanya terdiri dari 3 hingga 5 bujang. Mereka umumnya pasti berwajah tampan bin manis binti cute dan memiliki suara pas-pasan. Namun, ada juga beberapa orang yang memang memiliki suara bagus. Mereka tidak memainkan alat musik kecuali mikropon atau toa mushalla saja. Biasanya mereka jago dance, melenggak-lenggok dan meliuk-liuk jungkir balik sambil meraung-raung diatas panggung dengan gaya rambut oke, pakaian dan sepatu berwarna warni super keren dan mahal. Dan kuperintahkan kau sebagai anak kampung jangan kau berharap memilikinya dan memakainya ketika berangkat shalat jumat. Norak itu, nak.



Ada juga spesies boysband yang sedikit cool pada perfomace panggungnya. Seperti halnya westlife dan Boyzone. Spesies ini gemar berpakaian rapi ala eksekutif muda kantoran, ber-jas tergosok licin selicin-licinnya hingga kecoakpun tergelincir, jam tangan mentereng, sepatu kulit menkilap semengkilap muka mereka, dengan sisiran rambut elegan, tatapan dingin dan menggoda -otomatis- membuat para gadis-gadis ABG harus menunda aktifitas mereka ketika video klip boysband itu diputar. Sekali para boysband ini mengedip mesra maka para perawan lugu itupun ternganga dan menjerit-jerit kayak kesurupan 100 jin kelaparan. Tergelepar-gelapar seperti ikan lele yang digoreng hidup-hidup. Ckckck.

Dan kadang ketika menonton atau mendengar lagu-lagu mereka yang berbahasa Inggris atau bahasa mandarin -seperti F4 (baca; EF-SEUK, dengan posisi bibir bawah dimonyong-kan)- para gadis ini senyum-senyum sendiri atau malah menangis tiba-tiba, seolah sangat paham dan mengerti apa yang diucapkan oleh boysband tersebut. Saat bujang ganteng itu kembali senyum dan melambaikan tangan, maka otomatis para gadis-gadis lapuk tadi kembali menjerit-jerit tak karuan bak ketemu pocong disudut kamar di malam jumat. Ah lihatlah perangai belia-belia itu.

Para bujang boysband ini begitu fenomenal se-fenomenal-menalnya saat itu. Ini terlihat dari antusias gadis-gadis ABG-baik yang di kota dan di kampung- untuk mengeluarkan rupiah yang mereka tabung untuk membeli kaset, CD, Poster dan pernak-pernik yang berhubungan dengan para bujang yang jago menggoda dan kaya raya tersebut. Lagu satu kasetpun tak jemu-jemu dihafal siang-malam. Nama lengkap, alamat, nama ortu dan makanan kesukaan para boysbandpun tak lepas dari target hafalan para gadis-gadis itu. Di kamar-kamar para gadis ini pun dipenuhi poster-poster boysband yang terfokus pada wajah mengkilap bercahaya hasil editan pake Photoshop. Sehingga wajah para boysband tersebut tidak mudah lekang dari ingatan hati mereka. Bahkan jika sedang tak ada yang melihat, para gadis ini tak segan memeluk-mesra poster bisu dikamar mereka tersebut, layaknya memeluk suami tercinta. Aiih-aih, semakin tragis akal-perangai mereka.

Nah, tak ketinggalan di Abdya, gejala “kesurupan” boysband seperti itu juga ada. Sehingga ber-ijtihad-lah beberapa pemuda harapan Negara dan Bangsa, untuk membuat sebuah genk boysband yang konon berbasis syariah, yang populer dengan sebutan Grup Nasyid. Ini merupakan grup nasyid perdana di Abdya. Jelas, ini menjadi sebuah terobosan mutakhir dalam dunia tarik suara saat itu. Bukan main. Para bujang pesolek Boysband tak menyangka akan mendapatkan saingan berat di Abdya. Hah, rasakanlah.

Bedanya boysband dan grup nasyid ini adalah pada performance panggung dan materi lagunya. Di nasyid lebih mengangkat tema-tema religius, kemanusiaan, dan sosial, dan yang pasti disampaikan dengan sopan tanpa kefanatikan pada materi dan personal. Popularitas dan kaya raya bukan tujuan. Tetapi kesamaannya dengan boysband –mungkin- adalah sama-sama memiliki suara yang pas-pasan. Hm,,atau lebih nista jika kita sebut CEMPREENG!!

Memang ada perbedaan pendapat dikalangan ulama kita masalah hukum hal ini. Dalam kitab Al-Halal wal-Haram fil-Islam, Syaikh Yusuf Qardhawi, salah seorang ulama yang tinggal di Qatar ini mengatakan,”Islam membolehkan nyanyian asalkan tidak kotor, cabul, dan mengajak berbuat dosa.” Beliau juga mengingatkan beberapa hal yang aku sedikit persingkat seperti; topik atau isi nyanyian tidak bertentangan dengan adab dan ajaran Islam, tidak disampaikan dengan cara yang dilarang seperti; melenggang-lenggang yang menimbulkan fitnah dan merangsang syahwat, tidak berlebihan apalagi sampai meninggalkan ibadah, dan lain-lain. Bagusnya memang kau baca sendiri buku Beliau, karena tak mungkin aku menuliskan semua ilmunya yang luas dalam ruang sempit begini.

Tak lupa Ibnu Hazm (994 M), seorang ulama besar dari Cordova, Andalusia, pemilik kitab Al-Muhalla, juga berkata bahwa, “barangsiapa yang mendengarkan nyanyian dengan maksud untuk membantu melakukan kemaksiatan kepada Allah, maka ia fasik. Jika ia berniat untuk menghibur hatinya agar dia lebih kuat dan bersemangat dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla dan dalam berbuat kebajikan, maka dia dinilai sebagai orang yang taat dan suka berbuat baik, dan perbuatannya yang dilakukannya itu adalah benar,….”. Namun, tetap ada ulama kita yang mengharamkan dan memakhruhkan nyanyian sebagai bentuk hati-hati dan menjaga diri.

*Ah, hai hai hai, kamu yang sedang buka Fesbukk!! Ya, kau! Apa kau perhatikan yang aku tulis diatas??klo nggak suka, keluar dari blog saya!!...hehe*

Maka, terlahir-lah tim Nasyid pertama dan terbesar sepanjang berdirinya Kabupaten Aceh Barat Daya di rumah salahsatu personilnya. Setelah berdebat dan berdiskusi serius, bercanda serius dan ketawa serius, akhirnya tim ini diberi nama NURANI dengan panggilan sayang Nur ‘Aini. Mantap benar grup ini punya nama. Para Boysband-pun terpaku tak berkutik. Mereka menyesal telah salah memilih lawan…

Kehadiran NURANI bagaikan kehadiran Messias yang ditunggu-tunggu oleh kaum Nasrani, atau kubangan lumpur yang menunggu-nunggu kehadiran kerbau. Atau seberharapnya orang Abdya terhadap Rumah sakit Korea yang digadang-gadangkan sebagai solusi terbesar untuk masalah kesehatan di wilayah pesisir multirumpun ini. Sangatlah dinanti-nanti intinya. Kupikir kau juga pasti demikian adanya…*hehehe*

NURANI-pun menjadi bagian dari sejarah dunia tarik suara di Abdya. Tidak bisa tidak. Ia bagaikan ikan yang tidak bisa dipisahkan dengan air, dunia keilmuan Fiqih tanpa Imam Syafi’i, bagaikan Dewa 19 tanpa Ahmad Dhani, atau Slank tanpa Bimbim, Soneta grup tanpa Bang Rhoma, atau meugang tanpa daging, Partai Demokrat tanpa SBY, Vampire tanpa Taring, Indonesia tanpa korupsi, Amerika tanpa yahudi, HP tanpa batere, komputer tanpa monitor. Dan yang lebih parah lagi bagaikan Lebaran Idul Fitri tanpa minta maaf sama Ayah Bunda. Sungguh, hal-hal tersebut begitu sulit dipisahkan, dan begitu bodoh dan dan tak tahu malunya jika ada yang tanpa merasa berdosa memisah-misahkannya tanpa basis logika yang jelas dan cerdas. Hah, camkanlah itu.

Nurani punya 1 lagu favorit yaitu “Keagunganmu”, dan mereka memang cuma memiliki stok 1 lagu itu saja yang dibawakan sepanjang sejarah perjalanannya di dunia entertaiment ini. Ini disebabkan karena tak ada satupun personil nurani yang hafal lagu-lagu Nasyid sebelumnya. Tapi toh tak jadi soal, Nurani tetap maju dan percaya diri mengorbitkan aliran mereka yang khas tersebut. Mereka maju tanpa ragu namun sedikit malu-malu manis. Norak tapi menggemaskan. Kampungan tapi romantis. Begitulah mereka kira-kira. Para bujang boysbandpun gigit jari.

Tentu kau tak sabar dan mengira-ngira rindu untuk mengenal siapa saja personil nan gagah dan sakti mandraguna dari De legend of Nasyid team in Abdya; Nurani ini. Sabar kawan sabar, jangan sampai kau dikuasai nafsu. Tapi baiklah, kalau kau memang memaksaku. Perhatikan, ingat dan catat dalam diari hatimu kawan, siapa saja pemuda-pemuda kampungan fenomenal itu, yang berbakti dan sayang dengan Ayah Bundanya.

Yang pertama Al Amin (Syech Amin). Pria lulusan Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala ini diberi kesempatan mengelola suara satu dalam tim ini. Pria Meudang Ara ini baru saja menikah sehingga di dalam Nuraini cuma dia yang sudah sangat diragukan keperjakaannya. Ah pastilah itu sebuah kebaikan untuk diri dan agamanya, jangan kau iri hati kawan, patutlah kau mencontoh langkahnya segera. Dan alasan utama aku menjelaskannya terlebih dahulu dari personil yang lain adalah karena kelebihan sudah menikahnya ini, tak ada alasan lain. NUrani terbentuk di rumah beliau, sekaligus sebagai studio latihan Nurani. Syech Amin memiliki pembawaan yang tenang dan bocor. Pria yang sering dipanggil menjadi penceramah dan mengisi Khutbah ini memilki suara nyaring-nyaring tipis merindu, lembut mendayu merana. Terlihat tipe suaranya cocok untuk diperlombakan dalam pertandingan tilawatil Qur’an tingkat desa atau kecamatan, ia punya nilai jual dalam hal ini. Secara watak, menurut Hippocrates, mungkin ia lelaki yang bergenre sanguinis (1).

Washli Azliardi (Syech Washli). Lelaki lulusan salah satu Fakultas yang berhubungan dengan kesehatan di Unmuha Banda Aceh ini, kukenal sebagai lelaki yang sedikit bocornya dibandingkan dengan personil yang lain alias sedikit pendiam. Aku menebak-nebak, sekarang ini selain bekerja, lelaki ini pasti sedang menyusun strategi untuk mengambil seorang perawan dari orangtuanya agar mau hidup bersamanya sesuai dengan tuntunan agama, seperti yang telah dilakukan sahabatnya sekampung, syech Amin. Syech Washli memiliki suara yang sangat unik, khas dan sangat mewakili suara orang-orang kampung pesisir. Tarikan suaranya malu-malu manja, desahannya tipis, lembut, jernih tapi tetap lelaki. Ditambah dengan intonasi dengung yang tak dimiliki personil yang lain maka ia menjadi salah satu primadona dan daya tarik bagi tim nurani. Mungkin Hippocrates akan mengklaim ia lelaki yang bergenre Melankolis-Phlegmatis.

Ikhwanul Muslim (Syech Iwan). Tak salah lagi, perjaka yang telah menjadi pahlawan tanpa tanda jasa ini merupakan salah satu penopang tim Nurani. Bujang yang terlihat bersemangat ini memiliki pendapat dan masukan yang kritis, memiliki personal yang unik berdaki, olah kata yang khas tak terprediksi, orang yang belum mengenalnya pasti akan berceloteh ia seorang yang emosional meskipun kenyataannya tidak demikian. Suaranya tegas kelelaki-lelakian, desahannya berat dalam kesepian menjaga prinsip hidup, hal ini membuat ia dipercayakan mengeluarkan suara ngebass di dalam tim. Kepercayaan dirinya menjadi bahan bakar bagi personil yang lain untuk berani tampil. Lelaki yang pernah menjadi wartawan kampus dan sekarang sebagai sekjend Komunitas menulis Ababil ini juga termasuk pujangga yang aktif melahirkan syair-syair puisi. Entahlah, apa ada perawan yang terpikat dengan rayuan syair-syairnya itu atau barangkali malah sudah banyak gadis yang tumbang hatinya. Kuharap para orang tua harus berhati-hati menjaga anak gadisnya, ia berbahaya bagi hati anak-anak gadis anda. Tak salah lagi, ia lelaki yang bergenre Melankolis.

Dede Riyadi (Syech Dede). Lelaki flamboyan yang kini aktif di lembaga sosial dan perdamaian ini merupakan padanan sifat yang menarik. Periang, mellow, aktif, gokil, humoris, dicampur sesuka hatinya didalam dirinya, sehingga tampaklah warna-warni pada dirinya. Syech Dede tak diragukan lagi suaranya. Merdu-sendu, jernih nyaring layaknya sirine tsunami, desahannya teduh bak air yang mengalir di Krueng Beukah. Sungguh suara yang mempesona. Syech Dede ini jika ia tertawa seolah tak ada kesedihan di dunia ini, jika ia bersedih maka terasa seolah bak serorang ibu yang kehilangan anak semata wayang dipangkuannya, begitu mengharu biru. Ia kadang terlihat sangat Malaysia, tipe lelaki berpuitik, rada-rada mirip dengan Syech Iwan. Ah apakah mereka saudara kembar yang terpisah 20 tahun yang lalu akibat kecerobohan seorang perawat?aku tak peduli. Menurut teori, tipe lelaki berpuitik ini cenderung sensitif dan mampu memahami sesuatu berbeda dari yang lain, jarang curhat, romantis, suka menyendiri dan sedikit mudah tersinggung. Menurutku ia Melankolis total se-total-totalnya, dan Hippocrates sepakat denganku.

Affif Herman (Syech Affif). Amboii, lelaki kampung yang kuliah di Teknik Sipil Unsyiah inilah aku. Tapi tentu aku tak akan menceritakan banyak tentang diriku sendiri disini. Aku awalnya tak mengenal nasyid dan malah sempat tak menyukainya, tapi malah menjadi salah satu personil termuda Grup Nasyid fenomenal dan Legendaris ini. Aku begitu tersanjung dan tersandung. Perasaanku bercampur aduk antara senang, bangga, dilema, merana, menangis dan lain-lain, sungguh perasaan yang aneh. Tipe suaraku berat centang-perenang dan pas-pasan se-pas-pasnya. Namun aku selalu belajar dan berusaha keras untuk rada-rada mirip dengan suara Ahmad Dhani atau vokalisnya ColdPlay. Meskipun tak pernah berhasil tapi aku tetap berusaha maksimal, minimal mirip suara Dhani ketika lagi flu atau ketika terjepit pintu WC mushalla. Dan parahnya aku tak pernah mengerti yang mana suara dada, suara dari perut, sopran, tenor dan lain-lain, sungguh aku tak paham. “Kau tak punya bakat, nak,..!” nilai Bu Tini guru kesenian SMA 01 Blangpidie ketika aku menyanyikan lagu-lagu daerah di depan kelas. Aku pasrah. Untuk genre, aku tak percaya terhadap Hipoccrates. aku tak menyukainya.

Nah, sekilas begitulah nasib dan profil dari personil NUrani yang sangat fenomenal tersebut. Aku merasa yakin kaupun merasa rindu-candu dan sangat terinspirasi untuk bertemu dan mendengar langsung satu-satunya lagu mereka yang dibawakan live di lapangan Persada Blangpidie di setiap malam jumat. Oleh karenanya jangan kau sungkan dan ragu jika berkunjung ke Blangpidie untuk segera menjumpai mereka dalam suka maupun duka.

Oiya, sebenarnya aku ingin mengoceh bagaimana penampilan perdana dari grup Nasyid kebanggaan Abdya berkualitas Internasional ini, tapi karena ruang yang terbatas maka aku harap kau sedikit bersabar karena akan aku lanjutkan pada waktu yang akan datang. Bersabarlah, sesabar Ibnu Katsir yang bertahun-tahun terus menerus menulis puluhan ribu lembar berisikan ilmu di kitab-kitabnya, sesabar seorang ibu yang merawat dan menunggu kelahiran si buah hatinya, sesabar semut yang mencari makanan dan menyimpannya untuk kepentingan bersama kaumnya, atau sesabar penghafal Qur’an yang akhirnya menghafal ribuan ayat tanpa meleset. Sungguh bertuah diri jika kau bersabar.


Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali.
Kajhu, 04 Desember 09, special to Syech-syech NUR’AiNI en Crew en Fans.
di-rapikan lagi; kajhu, 18 sept 2010.


(1) Sanguinis: coba ja nyari sendiri di datuk Google, mungkin ada. Aku tak akan meminjamkn bukuku…=))

Kamis, 16 September 2010

poto mudik,..





biar enak jalannya batu2 ni di pindahin dulu bentar ye,...hehehe

Minggu, 05 September 2010

waktu berbuka!!!

huff,..alhmadulillah, udah bukaaa!!..horeeeee,....yei...


puasa ke-25 ni buka dengan segelas Teh Hangat Tok di kantor,...

sruuuuuppp,....aaaaaahhhh,....syukur dah,..

whuuussssss,.....*angin berhembus macam di padang pasir*


Affif Herman bin Herman hanif

5 september, in my desk!

Nikmat Lisan,..

(Co-Pas dari majalah #$%56 *lupa pulak namanya..maafkan aku*)

Abdullah bin Muhammad berkata, “Aku pergi menuju tepi pantai untuk ribath. Tatkala aku tiba di tepi pantai, tiba-tiba aku tlah berada di sebuah datran lapang. Dan di dataran itu terdapat kemah yang di dalamnya ada seorang laki-laki yang bunting kedua tangan dan kedua kakinya, dan pendengarannya telah lemah serta matanya yang telah rabun. Nyaris tak satupun anggota tubuhnya yang berfungsi selain lisan, orang itu berkata,” Ya Allah, tunjukilah aku agar aku bisa memuji-Mu sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan Engkau sungguh telah melebihkan aku diatas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan.”

Demi Allah aku akan mendatangi orang ini, dan aku akan bertanya kepadanya bagaimana ia bisa mengucapkan perkataan ini, apakah ia faham dan sadar dengan apa yang diucapkannya itu?, ataukah ucapan itu merupakan ilham yang diberikan kepadanya?.

Akupun mendatanginya, mengucapkan salam kepadanya, lalu kukatakan kepadanya,”Aku mendengar engkau tadi berdoa seperti itu, maka nikmat manakah yang telah Allah anugerahkan kepadamu sehingga engkau memuji Allah atas nikmat tersebut?? Dan kelebihan apakah yang telah Allah enugerahkan kepadamu hingga kau mensyukurinya??”

Orang itu berkata,”Tidakkah engkau melihat apa yang telah dilakukan oleh Rabbku kepadaku??Demi Allah, seandainya Dia mengirim halilintar kepadaku hingga membakar tubuhku, atau memerintahkan gunung-gunung untuk menindihku hingga menghancurkan tubuhku, atau memerintahkan laut untuk menenggelamkanku, atau memerintahkan bumi untuk menelan tubuhku, maka semua itu tidak mempengaruhi aku kecuali semakin membuatku bersyukur kepadaNya, karena Dia telah memberikan kenikmatan kepadaku berupa lidah (lisan)ku ini.” (Kitab ats-Tsiqqaat, Ibnu Hibban)

Tahukah Anda, siapakah orang itu? Dia adalah Abu Qilabah, yang meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik, sehingga dalam kitab-kitab hadits namanya melekat dengan Anas bin Malik ra.

Kamis, 02 September 2010

Gadis beringus: The girl with something speczialle...!

(ehem,..ini tulisan norak-menggemaskan perdanaku yang pernah di posting di blog komunitas menulis Ababil sekitar setahun yang lalu. Dulunya aku sempat ragu untuk mengirimkan karya pertamaku ini karena nggak pede. Aku tak pernah menulis beginian...tapi akhirnya kukirim jg ke yang ngurus blog dan di posting!! Woooowww dipostiiiiiinnnnggg!!! *lebay hehe*. Aku terharu-biru saat itu. Aku tak menyangka. Ingin kuselami laut dan kuminum airnya. Meski tulisan norak ini nggak sepaten karya2 Buya Hamka tapi aku gk ambil open/pusing saat itu. Aku berbahagia aku mau menulis…ah, maaf, klo aku banyak bacot alias curhat dikit,..hehehe. Selamat membaca ya, biar mudah, sudah kuperbaiki dikit tanda2 bacanya…3…2…1…saaaddaaafff!)

---00---

Aku akan mengutip kembali sebuah syair penomenal (kalau memang pantas disebut syair sih), yang merupakan komentarku terhadap sebuah status di FaceBook-nya seniorku. Sebut saja namanya bang Alex (mudah-mudahan bukan nama sebenarnya,.hehe). Kalau nggak salah ya status di seputaran awal bulan Syawal 1430 Hijriah.

Ketika itu dia mengeluarkan statemen untukku yang isinya kurang lebih begini “…aneh kali seleramu, gadis beringus..”. Mendadak aku pun kaget, dan merasa ada gemuruh panas mengalir di kepalaku saat membaca komen tersebut. Terbakar emosi. Remuk redam. Layaknya kuah mie pangsit yang dituangkan bulat2 ke kakiku pada saat tidur siang. Zhalim.

Apakah ini sebuah rekayasa untuk mengkriminalisasikan kekasihku itu? Sebagai sebuah pembelaan, saat itu aku menjelaskan keindahan ingus dengan komen syair di bawah ini. Ini pembelaan yang tulus terhadap kekasih beringusku semata wayang 20-an tahun yang lalu itu. isinya:

ingus menunjukkan status sosial kematangan si perempuan pada saat itu,...

ingus yang berlarian diantara bibir pun adalah sebuah sensasi keindahan yang tak terlupakan,..

ingusnya pun terasa amat sangat sepadan dengan rambut poninya yang cuma se-alis,...

maka, ingus adalah anugerah Tuhan yang tak boleh aku ingkari pada saat itu,....
ia adalah kesempurnaan........

Syair ini sebagai penjelasan yang shahih atas keheranan bang Alex terhadap seleraku terhadap gadis beringus cerdas yang punya sepeda baru dua-puluhan tahun yang lalu itu. Pada tahap ini aku mengklaim dengan serius, se-serius Imam mesjid At Taqwa Blangpidie yang tangan kanannya berparang setajam 1000 kali silet itu siap memenggal hewan Qurban sebagai bentuk patuh terhadap perintah Tuhan di hari Aidul Adha, bahwasanya bang Alex belum tahu apa-apa tentang cinta. Bah.

Bagiku, pernyataan bang Alex merupakan sebuah kekejaman terhadap kami yang jatuh cinta. Ia bagaikan pengekangan akan hak-hak berekspresi dan mengekspresikan cinta bagi orang-orang yang kasmaran. Ia bagaikan pemerintah yang sengaja melarikan diri dan menutup mata atas kematian Munir atau bagaikan Lenin yang dengan sengaja membunuh sekitar 4 jutaan petani dan buruh cuma gara-gara sebuah ideologi omong kosong yang dikarang-karang si tua pendendam lagi emosional Marx. Sangat tak berperasaan. Lebih parah lagi ini bagaikan sebuah kebodohan Kemal Attaturk yang mengganti sistem pemerintahan di Turki, yang jelas-jelas ia dibonekakan dan diperbudak oleh Yahudi. Aku tak habis pikir.

Ah, aku malah bertanya-ragu didalam bimbang, apakah bang Alex pernah jatuh cinta??apakah dia tahu bahwa Qais gila gara-gara cintanya terhadap Laila??Tak tahukah bujang pesisir ini gara-gara perkara cinta ulama sekaliber Buya Hamka pun menorehkan fiksi tragedi Zainuddin dan Hayati dalam Tenggelamnya kapal Vanderwijck, yang harus kelelahan dicetak berkali-kali??apakah ia tahu kadang-kadang akal tak berfungsi dalam berhadapan dengan cinta??bagaimana ia tega mengeluarkan pernyataan yang merendahkan selera seorang pecinta seperti itu??ini benar-lah sebuah kekejaman yang berdaki-daki. Tak berhati.

Kuberitahukan kau sedikit pencerahan bang Alex, perhatikan syair diatas,”…ingus menunjukkan status sosial kematangan si perempuan pada saat itu,...”.
Ingus dihasilkan oleh lapisan sel pada saluran sinus, dan ingus dihubungkan dengan kemampuan tubuh untuk melawan iritasi dan infeksi.

Ini membuktikan bahwa gadis tersebut normal dan matang di usianya, tolong jangan kau mengelak dari fakta ini. Sebagai pembuktian kau pun punya hak untuk menanyakan ke dokter-dokter yang didatangkan dari luar Blangpidie tapi gajinya nggak dibayar. Atau kalau kau pun sempat untuk mengecek ke rumah sakit bantuan Korea di Abdya yang dibanggakan dengan manajemen amburadulnya itu.

Lalu,

“ingus yg berlarian diantara bibir pun adalah sebuah sensasi keindahan yang tak terlupakan,..

ingusnya pun terasa amat sangat sepadan dengan rambut poninya yang cuma se-alis,...”

Ah, ini pula penggambaran keindahan fisik gadis beringus itu. Saat cinta adalah saat gila kata Anis matta dalam buku kumpulan essaynya berjudul Serial Cinta. Saat suara tarikan ingus yang keluar masuk tak dianggap oleh orang lain, justru ini merupakan suara terindah bagi orang yang jatuh cinta…” sroott,..sroott…srooottt”. Sempurna.
Bagaikan semilir angin yang menggesek-gesek merdu dawai-dawai tumbuhan padi yang ditanam di Abdya. Harmonis sekali.

Raungan ingus itu juga bagaikan lengkingan melodi Paul Gilbert yang tanpa ragu menjelajahi fet-fet gitarnya, cepat, meliuk liar, mabuk, menggetarkan. Manis tak terperi.

Poni yang cukup menutup keningnya pun menghadirkan gelombang tarikan fisik yang luar biasa, tak terjelaskan. Tak terelakkan. Membuat aku tak perlu tahu-menahu dengan miss Indonesia, miss world dan miss-miss yang lain yang cuma merendahkan dirinya karena mau dinilai dengan angka-angka terbatas. Dan mereka semakin tak dihargai ketika kulit mulai keribut dan rambut rontok memutih. Bagiku cukuplah gadis berponi itu yang tercantik. Aku merasa norak tapi tak peduli. Aku tertawan oleh poninya.

Tak kepalang mabuk aku saat itu, tanpa sadar membuat aku termakan dengan rayuan guru-guru yang baik dan polos dengan mengatakan “,..bangsa ini bangsa kaya raya wahai anak-anak”. Saat itu aku percaya. Bahkan sangat percaya pada perkataan ibu guruku itu.

Dan ketika Negara ini sampai saat ini sudah berhutang hingga 1700 Triliun dengan asset-asset yang dikuasai asing pun dari adikku yang masih kelas 2 SD ternyata masih diberikan wejangan bahwa,.” Negara ini Negara kaya raya anak-anakku,.”. Tak berubah sejak 20 tahun yang lalu. Padahal saat ini aku tidak dalam keadaan mabuk lagi. Tapi wejangan mabuk itu masih saja diumbar2. Kasihan guru2ku, mereka tertipu mentah2 oleh sebagian idiot2 penipu umat yang memimpin bangsa ini.

Tetapi bang Alex, bisakah kau bayangkan pada saat itu anak kelas 4 SD mabuk, hah??inilah kegilaan jiwa karena cinta, apa kau tau itu bang? Ah, pasti kau tak tahu.

maka, ingus adalah anugerah Tuhan yang tak boleh aku ingkari pada saat itu,....
ia adalah kesempurnaan...


Tak salah lagi, inilah baris terakhir syair itu yang menunjukkan bahwa pada saat itu aku sangat bersyukur. Saat-saat mabuk. Saat-saat aku tak bisa mengendalikan akal dengan control 100 persen.

Itulah saat-saat tidur tak melenakan. Saat dimana minum tak menghilangkan dahaga. Saat-saat mandi pun seolah tak basah. Inilah waktu yang menunjukkan bahwa aku benar-benar manusia biasa yang tak mampu berbuat apa-apa.
Ah semoga kau mengerti bang….

*hehe sori beribu sori utk b alex*

Dedicated to All my Friendz; in SD Inpres kampung Pinang, Susoh en SD KutaTuha Blangpidie,..

Affif Herman

Evening, 09 November 09, Kajhu.