Selasa, 31 Agustus 2010

Otakku-Otakmu-Otakkita! (judul TVRI)

(klo pake judul Metro TV jadinya: “Your Brain Todays”..hehe)

Ngomong2 soal otak, aku teringat 3 hal yang berhubungan dengan kata “otak”. Pertama, kata itu mengingatkan aku akan nama makanan yang kumakan dengan girang (karena ditraktir) di Tanjung Pinang, Kepri. Namanya Otak-otak. Otak-Otak ini berperawakan seperti pepes. Didalamnya berisi ikan2 gitu, klo gk salah otak ikan juga ada. Klo salah berarti aku lupa-soalnya udah 3 tahun yang lalu-. Yang kuingat rasanya memang enak, dan gratis!. Aromanya wangi karena isinya dibalut dengan daun pisang dan dibakar layaknya pepes. Rasa otak-otak yang hangat dan wangi ini pas abis dengan suasana dipinggir laut di tepi kota Tanjung Pinang,..hm,…sadaaaff!.

Yang kedua, kata “Otak” mengingatkan aku akan perkataan mutiara sanjungan dan pujian berlian yang sering digunakan oleh manusia-manusia yang beradab. Contoh kalimat2 mutiara yang menggunakan “otak” sebagai tulang punggungnya adalah; “ada otak ko?!!”, atau, “kau Pakek Otak kalo kerja?!!”, atau,” apa otakmu didengkul, hah?!... Huuff, mungkin itu beberapa contoh sanjungan2 berlian yang tega kusebutkan disini. Sisanya cukup kau simpan dihati, termasuk namaku...*hehe*

Yang ketiga adalah yang akan kita bicarakan kali ini. Ini otak dalam artian yang sebenarnya. Ceritanya begini.

Suatu hari, pernah kulirik satu buku kesehatan yang mengoceh tentang Kesehatan anggota tubuh kita. Buku ini tebal dan berat. Jika digunakan untuk melempar biawak, kuyakin biawaknya Koma di tempat!! Kalo buku ini dikasih ke monyet, kuyakin monyet akan bingung dan langsung mual2, uring2an dan langsung bunuh diri. Menyesal karena tak bisa membaca. Kasihan.

Kubuka Bab Otak dalam buku itu. Dengan panjang lebar si-bule dari Amerika itu bercerita hingga berbusa-busa tentang otak. Si-Bule itu menerangkan cara merawat otak dan tak lupa info2 tentang penyakit yang berhubungan dengan otak. Kulihat dia memang orang yang pintar. Aku takzim.

Dengan niat mau sharing dan berbagi dengan kalian aku mengutip beberapa hal penting dari buku tersebut. Namun, karena bukunya dibuat berdasarkan keadaan orang bule maka aku sedikit merehab penjelasannya agar mudah diserap oleh anak2 kampung sepertimu. Ah, betapa baiknya aku bukan?.

Perhatikanlah anak muda!

Bab Penghancur Otak: Enam cara pasti merusak memori Anda (tak kurehab sub-judulnya ini)

1. Stress
. Terlalu banyak yang diingat, terlalu sedikit waktu. Sering ingat kenapa kebanyakan yang mimpin negara ini brengsek2. Ingat harga cabe, ikan Teri dan sayur Kangkung yang mulai naik. Ingat kapan anak kucing tetangga melahirkan, ingat rumus2 logaritma dan Integral Berantai.…Oh Tuhan, lihatlah,..lihatlah, inilah yang membuat kau stress, kawan. Sok penting, sok care.

Kuberitahukan kau, stress itu menurunkan konsentrasi dan memori jangka pendekmu. Semakin kau stress, maka, kefokusanmu semakin melebar dan kau kebingungan. Bingung akan menggiringmu kewilayah lupa. Dan lupa bisa berkibat fatal untukmu; Lupa liat kiri-kanan waktu nyebrang jalan. Lupa nginjak rem waktu bawa motor. Lupa klo baygon itu racun lalu diminum. Fatal bukan? Hah, adakah kau perhatikan?!

2. Kurang tidur.
Wahai lajang yang belum dikaruniai anak! otak itu menyimpan memori sewaktu kau tidur. Ah, apa kau tau itu? Kulihat perangaimu makin kurang ajar terhadap tubuhmu sendiri. Mentang2 kau masih bujang kesepian kau pulang larut2 malam hanya sekedar hepi-hepi. Tidurpun kau larut2kan menantang kelelawar dan burung hantu. Bah, kau ikut sajalah pulang kerumahnya si-kelelawar itu!!..*esmosi*. Wahai anak kampung, pastikan kau tidak kurang tidur. Waspadalah-waspadalah,..

3. Tekanan darah tinggi. Penyakit ini menghancurkan jaringan otak dengan mengganggu aliran darah dan nutrient…(hehe aku tak tau harus merehab apa di poin ini, huh!)

4. Alcohol. Hah, ini parah,..parah! kau peminum? Kau mabok-mabokkan?? Karena mabok kau tega mencuri mangga di mushalla KID Unsyiah?? kaukah yang mengaku cinta Nabi itu, hah??lancang nian mulutmu kau olesi dengan minuman yang dilarang agama itu!! Pahamkah kau, minuman durjana itu akan mengaburkan konsentrasi, membunuh sel otak, mengganggu kemampuanmu menyimpan dan mengingat memori. Jangan sekali-kali kau membodohi dirimu nak, jangan. Lebih sentosa dan bergaya jika kau minum pepaya atau kelapa muda kerok dingin. Murah dan sehat itu.

5. Cafein. Hohoho,..habislah, aku harus bilang apa ini. Zat yang satu ini biasanya banyak berdomisili dan berkeliaran di dalam kopi. Dan aku telah jatuh hati pada kopi. Kopipun mulai berusaha untuk mencintaiku apa adanya. Apakah aku harus membongkar kedoknya kali ini, meski kami telah saling mencintai? Ah, apakah ini yang namanya ujian kesetiaan cintaku padanya?oh tidak, kuharap ia mau mengerti bahwa kebenaran ini adalah juga pembuktian cinta untuknya (hahaha,..apa2an lagi ini?!!).

Wahai bujang, cafein kata si bule itu bisa menurunkan kemampuan berkonsentrasi dan mengganggu pola tidurmu. Tapi bule itupun mengoceh bahwa,”satu cangkir kopi setiap hari mungkin boleh2 saja.” …*ah, syukur-lah. Huff,…*

6. Rokok. Oh, ternyata si bule itu memasukkan juga barang berbahaya ini. Aku mulai salut sama si bule. Mudah2an dia dapat hidayah. Rokok telah menciptakan puluhan orang kaya raya di Negara miskin ini. Dan tak lupa memiskinkan lagi puluhan juta orang miskin di Negara miskin ini. Bahkan dari survey di Metro TV bahwa orang kelas bawah lebih mengutamakan rokok daripada pendidikan. ironis. Nah, si-bule itu ngoceh bahwa, merokok itu akan mengganggu memori otakmu dengan cara-cara liciknya. Yaitu, si-rokok akan menyempitkan arteri dan mengurangi aliran darah ke otak. Dan kau pun henk…oh tidak, biadab betul si-rokok itu. Hah, berhentilah kau merokok.

7. Membentur-benturkan kepala ke dinding atau dinding ke kepala. Perilaku bego ini sering diperbuat oleh anak-anak kampung norak ketika diputus pacar haramnya dan ketika diputus sekolah alias nggak lulus UN. Mereka memang tipe2 lebai selebai-lebainya. Kuakui aku lebai, tapi kuberitahukan kau bahwa mereka lebih lebai dariku. Percayalah. Percayalah…*hehe*

Akibat benturan pada kepala berkali-kali akhirnya si pelaku jadi henk. Henk, akan menjadikan kau murah dan dermawan dalam tawa dan senyum2 sendiri di sepanjang jalan meski tanpa sehelai benangpun menutup badan. Perilaku henk ini populer dikalangan remaja dengan sebutan latin; “senewan” alias gila. Oh, betapa tragis bukan? Oh iya, poin ke 7 ini merupakan bonus dariku, tak akan kau dapatkan dibuku manapun…*hehe*

Sekian.

Lelaki-Boemi; Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali bin Teuku Muhammad Ali bin Teuku Muhammad Din.

Kajhu, Ramadhan 1431 H/August 2010

Selasa, 24 Agustus 2010

kenapa harga kangkung naik??

aku ingin menulis berpuisi,,..

*arggghhh,..banting2 leptop*

aku tak bisa, tidaaaaaaaaaaaaakkkkk!! *stress*..
maap2,..lain kali akan kucoba,..hehehe

asbab aku tak bisa mengajari kata2ku agar bisa menari-nari,
maka seperti biasa, aku akan menyolong/membajak puisi dari situs2 puisi,
aku tak malu, meski hujan mengajak badai aku tak peduli,
meski monyet tak lagi suka pisang, aku tak peduli...*aiiiih2,.ngapain lagi ni anak, hehe??*

oh iya, maaf beribu maaf kalo judul gak sesuai sama isi,..hehe, sengaja!

langsung aza, show taim!!,..*merasa tak bersalah*

/1/
mencintai angin
harus menjadi siut
mencintai air
harus menjadi ricik
mencintai gunung
harus menjadi terjal
mencintai api
harus menjadi jilat
/2/
mencintai cakrawala
harus menebas jarak
/3/
mencintai-Mu
harus menjelma aku


Sapardi Djoko Damono

*hufffff,..aje gile,..ngiler*

X, Y dan Z (whhaadd izz it??,..=)

*suatu hari, di dalam hati yang sedang memendam-mendam rindu*

Bocorkan. Tidak. Bocorkan! Tidak! Bocor! Tidak! Bocor. Tidak. Aaarggggghhh,……

Aku X: Tuan, apalah perkaramu sehingga bulan ingin kau petik dan perihal rahasia ini mau pula kau bocorkan?kau umbar-umbar. Jikalah mereka, bujang-bujang yang sedang dimakan jaman itu mau, ya mestilah ada niat di hati mereka dan amal perbuatan ditangan-tangannya untuk mencari tahu.

Aku Y: aiih, tak demikianlah adanya, tuan. Bukan salah gula jika ia manis, bukan salah mawar jika ia menggoda. Inilah perangai anak manusia berbingkai ukhuwah, berajut kasih, bahu membahu membantu,..

Aku X: bahu membahu membantu?sesederhana itukah perkara melihat bulan?semudah itukah membuat garam??,..

Aku Y: maksud tuan??,..

Aku X: ya itu, aku bermaksud hati agar tuan jangan terlalu bermudah-mudah dan menganggap sederhana segala pangkal-perkara. Hitung-hitunglah untung diuntung. Dapatkah burung terbang tanpa sayap? Apakah perihal rahasia hanya tuan berikan sia-sia kepada mereka?

Aku Y: ah tuan, tak bolehlah demikian kita di dunia…

Aku X: tak boleh bagaimana tuan?bukankah ikan tak akan terbang ke awan?burung beburung jua takkan menyelam ke dasar laut…

Aku Y: tuan, begini aku bermaksud. Mereka punyalah hak untuk tau perihal agama ini. Meski lain dikandung Ibu, meski berbeda ayah-Bunda. Namun akibat sama berakidah maka jadilah kita dan mereka bersodara se-iman. Tuan, bukan salah jeruk jika ia masam, bukan ingin gula ia berasa manis, bukankah ikatan akidah lebih tinggi daripada ikatan darah berdarah keluarga? sungguh kiranya tak akan kering 7 samudera itu, tuan, dan takkan pula kita merugi bila hal rahasia itu kita kabarkan.

Aku X: Tuan, Jangan kau sulut api dengan minyak, jangan beri monyet ke pisang, jangan kau habiskan sabar diragaku! Justru mulut harus rapat menutup bahwasanya kita telah menerima kabar dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: “Sekiranya manusia mengetahui besarnya pahala yang ada pada adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak bisa mendapatkannya kecuali dengan cara diundi, niscaya mereka akan melakukan undian (untuk mendapatkannya).”1

Aku Y:,…aa-aahh??T-Tu-Tuan,..j-jangan,.. *sedikit panik

Aku X: Tuan, kuingatkan, tak baik masuk tanpa salam, tak baik pula memotong pembicaraan kawan.…ingatlah tuan, bahkan mereka kiranya tak perlu kita kabarkan bahwasanya ‘Aisyah juga pernah berkata Sabda Rasul mulia itu,”Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk orang-orang yang menempati shaf sebelah kanan.”2
Jikalah Tuan bermudah-mudah kata mengumumkan ke khalayak, apalah lagi yang tersisa untuk kita? Padahal emas tak akan datang sendiri ke rumah, ia harus dicari berkeringat-keringat, tuan.

Aku Y: wadooouuh,.mengapa Tuan beberkan?!!tadi Tuan keras berkata melarang, tapi tuanlah yang kini tak berpegang dalam kata.…

Aku X: hah?! Apa?!,.eh?,.aku?!! whaaaadddd?!! Jadi dialog kita ini telah kau umbar-umbar didalam blog norak begini?? Dan sekarang anak2 orang kampung tu bisa baca??!!,.*gaya bahasa sok2 Melayu Lama udah hilang*

Aku Y: he-eh,..i-i-iya,…

Aku X: heeelll-looo,*pake gaya cinta laureng* …jadi, omonganku diatas gk bisa dihapus lagi??

Aku Y:,.e-enggak,..

Aku X:,..oalaaahhh,..bujang belom
beranaaak!!kenape tak kau bilang2?!!

Aku Y: kau tak nanya…

Aku X: iya, tapi kenapa gk bilang2 klo udah diaplod??!!

Aku Y: kau tak nanya,…*cari aman*

Aku X:,…aaaarrgghh #$%##@#$%%,..buzz,.. *menghilang*

Aku Z: buzz,…*tiba2 muncul*, fif, melamun yok?!..eh, si-X mana?

Aku Y: nggak ah, ntar ja, ini mau nyuci dulu…X udah balik.


Sekian.
Anda Sopan, Kami Segan. Anda Sangar, Kami sangat Segan…*ngapain lg ni??hehehe*


Affif Herman/7 Ramadhan 1431 H

1. HR. Bukhari-Muslim
2. HR. Abu Dawud
Note: Seseorang yang mendatangi mesjid untuk mengerjakan shalat berjamaah, dianjurkan untuk memilih shaf pertama di sebelah kanan imam-jika hal ini memungkinkan-, dengan tidak mendesak-desak dan tidak sampau mengganggu orang lain.
(DR. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al-Qahthani-Adab Keutamaan Menuju dan Di Mesjid)

Kamis, 19 Agustus 2010

nunggu buka puasa!,..

puisi ini sebenarnya udah banyak yg postingin,..
ada yg makek puisi ini utk merayu, melamun, dan sambil nunggu buka puasa,.
aku termasuk yang "klepek2 terkapar" sehabis membaca tulisan penyair yg brnama Sapardi Djoko Damono ini,..
maunya ngirim ke manusia beriman yg "pengen" kurayu, tapi apa daya,..belom ada ijin!,..*hehe nasib*
baiklah ini kukutipkan puisi bagus yg banyak diminati anak orang itu,..

Aku Ingin

aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada



*aaaaaaaaaaaaahhhh,....melayang2*

=))

Rabu, 18 Agustus 2010

DuckRicez!!

Kesan pertama bagi yang mendengar judul diatas adalah” wow, kereenn!! “. Yah, aku tau, kau belum bisa menutupi jatidiri kampunganmu, kawan. Mendengar nama yag agak kebarat2an kau jadi kagum tak kepalang. Kau jadi tak bisa kontrol diri layaknya bertemu dengan Ikang Fawzi atawa melihat langsung kumis mistisnya Rano Karno. Ah, tak usahlah kau malu-malu biawak, mengaku sajalah. Itulah takdirmu.

Tapi tak apa. Aku rada2 suka dengan anak kampungan sepertimu. Agak mudah digiring dan dicerahkan dengan beberapa bualan. Kau cukup menarik kali ini.

Nah, bualan publik agungku kali ini ialah tentang salahsatu tempat sakral dan penomenal yang secara serampangan disebut DUCkRICE. Karena kau anak kampung mari kubantu untuk mengejanya. Ingat, judul diatas dibaca “DAKRAISzz!”, bukan “duk-ri-ce” ya. Hm, bergaya bukan? Hah, agar lidah tak bertulangmu fasih membacanya cobalah kau ulang2 dirumah, setiap kali mencuci kaki menjelang tidur malam.

Mengapa tempat ini begitu sakral nan specziallee? Let’s face it (biar gaya pake bahasa bule dikit hehe), sebenarnya karena ia merupakan salah satu tempat favorit bagi beberapa helai bujang yang telah beriman sejak lahir alias non-mualaf alias dari orangtuanya memang udah muslim sehingga takdirnya hingga kini mereka muslim. Mudah2an mereka banyak2 bersyukur.

Mari kuperkenalkan beberapa helai bujang yang kutahu sayang Ayah-Bunda itu. Agar aman dari jeratan hukum yang berbau “pencemaran nama baik” maka aku akan menggunakan nama samaran untuk mereka. Nah, Posisi mereka diisi oleh, Rahmadi S, S.Si (ia populer sebagai pawang buaya dan pemuda yang giat dalam membela harkat martabat daerah2 tertinggal. Ohya, tak lupa kuberitahukan, ia seorang pemuda yang cukup romantis, lho..=D), Fakhrul R, S.Si ( sekarang ia lihai berbisnis dan bulat-bulat mengkhianati ilmu Biologi yang telah digaulinya semasa di kampus), Andri R, SE, Ak (ia akuntan yang sedang dirudung cinta, sementara ini ia masih menguasai klasemen dalam liga pelepasan status lajang diantara kami). Dokter Maulana I (ia jinak dipanggil Om Mol, dokter muda yang berimajinasi baik, ber-budi pekerti, ceria dan berbakat), Isra S (pemuda yang kerap menjaga ke-cool-an diri alias rada2 jaim, dan aktif di lembaga anti korupsi di Aceh). Tak lupa, Affif H (ah maaf, aku tak mau memberikan keterangan apapun,..hehe).

Hah, sudahkah kau mengenal pemuda2 diatas?kuharap sudah, dan kau tak segan untuk mengingat-ngingat nama mereka. Yah, nggak penting seh, tapi mana tau ntar suatu hari kau akan memerlukannya. Misalnya, lupa bawa duit sewaktu naik labi-labi (angkot). Jadi kau bisa2 pura2 kenal dengan salah satu dari mereka, mana tau jika kau beruntung ternyata ada kernet di Banda Aceh yang sok-sok kenal dengan lajang2 itu. Tapi kau juga jangan terlalu berharap banyak…*hehe*

Mari kembali ke si-topik. Seingatku, Duckrice pertamakali kudengar dari raungan cempreng dokter Om Mol di fesbuk. Ia seenak jidatnya menerjemahkan warung makan “nasi bebek” dengan “duckrice”! I don’t know *lagi2 biar gaya*, apa dia waktu itu dalam keadaan sadar atau mengigau. Aku sungguh tak tahu. Barangkali ia salah minum obat yang seharusnya diberikan ke pasiennya, entahlah. Sebenarnya aku juga sedikit mengkuatirkannya. Kasihan memang.

Di Aceh, Nasi Bebek akan diartikan dengan nasi putih yang berselingkuh dengan gulai bebek sebagai menu. Biasanya tak ada menu lain. Ini tentu berbeda jika kau ke Surabaya. Disana setauku nasi bebek merupakan perselingkuhan antara nasi putih hangat dengan daging bebek yang digoreng kering plus sambal tomat yang dinikahkan dengan terasi. Nah, disinilah rupa-rupa fungsi dari pepatah,”lain padang, lain belalang.”. Maka, berdasarkan Kaidah Pepatah tadi kita bisa mengeluarkan ijtihad pepatah yang baru sesuai dengan kondisi, yaitu; “Lain daerah, lain pula nasi bebeknya.” (hehe lagi teringat Kaidah Ushul bahwa masalah (teknis) dunia dan muamalah berlaku qaidah keterbukaan tanpa batas, sampai ditemukan dalil yang melarang)*.

Lokasi Duckricre yang agak jauh dari keramaian kota dimanfaatkan oleh para lajang-lajang ini sebagai lokasi mengevaluasi “hal-hal” yang penting (tentu saja penting menurut mereka). Rencana dan strategipun bermain licik disitu. Sambil menikmati gulai bebek yang telah empuk** akibat ulah2 tangan manusia, para lajang-lajang ini terus bercengkrama-ramah tetapi tetap kaya intrik dan konspirasi.
Mereka terlihat akrab bercurhat-ria tetapi setiap dialog yang terjadi merupakan ajang saling ukur kekuatan dan kemajuan progress “project” lawan. Masalah “project” ini sangat special dan rahasia tiada bandingan, kawan. Mau tahukah kau “project” apa yang mereka bicarakan? Sabar ya, nanti akan aku bisikkan hanya padamu seorang. Ya, cuma antara kau dan aku saja. *ehem, aku malu*..(hehe,..norakk!)

Secara kasat mata memang pertemuan mereka tak terlihat menegangkan. Ini seperti perang dingin. Diluar adem-ayem tapi sebenarnya di dalam dada masing2 mereka panas dan horror!. Strategi nan lihai diatur sedemikian rupa, sehingga bisa saja beberapa guyonan terlontar tetapi sebenarnya jebakan. Bisa pula terlihat sok serius tetapi tujuannya sedang memancing lawan. Terlihat tertawa2 tetapi ekor mata tajam menyelidik mencari dan mengecek data-data. Tingkah mereka layaknya aksi Spionase gadungan dari Pasar Ikan Peunayong yang sok-sok intelek. Oh Tuhan, mendebarkan memang! membuat nafas keluar masuk dari hidung! (ya-eyalah nafas keluar masuk dari hidong!!,.hehe)

Anehnya, walau demikian adanya, mereka tetap gemar ber-duckrice-ria. Ditengah kesepian akibat melajang yang kronis membuat mereka menikmati pertemuan2 yang mendebar-debar rindu tersebut. Seolah-olah mereka sedang melihat diri mereka sendiri pada masing2 personal yang hadir di duckrice. Mereka seakan melihat dirinya curhat, dirinya tertawa, dirinya yang kuatir. Layaknya sedang berkaca pada kenyataan diri masing2…

Pun meski terlihat saling sikut untuk mendahului menyelesaikan “project”, sebenarnya pertarungan merekapun bermakna fastabikul khairat alias berlomba-lomba dalam kebaikan. Ah, menarik memang.

Eh, iya ya! bukankah tadi aku berjanji akan membisikkan “project” apa yang sedang mereka bicarakan padamu? Kau ingin tau bukan?hm,,baiklah, aku akan jujur padamu, tapi ini cuma rahasia diantara kita saja ya?pejamlah matamu, dan mohon engkau berjanji padaku…(hahaha gak tahan atas kegombalan diri sendiri! Emang kita lagi ngomongin apaan siiih??,.hehe hancoorr!). Ehem, sebenarnya “project” rahasia yang sedang mereka rencana2kan adalah “project MSA”!!.

Hah?? Apaaaaahh??! Kau tak tahu apa itu MSA?? Aje gilee, maafkan, aku lupa bahwa kau-lah anak kampung yang tak tau bahwa Anang dan KD telah bercerai itu. Baiklah.

“Project MSA” i-itu,..(aku gugup)...*jreeng-jreeng-eng-ing-eng!*,.. i-itu,.a-a-adalah: “Project Menggenapkan Setengah Agama”!!.

Sekian.

Affif Herman
Lueng Bata, 4 Ramadhan 1431 H/14 August 2010

*Ada Qaidah Ushul yang menjelaskan 2 hal. Pertama dalam kaitan dengan ritual dan seremonial yang berlaku adalah attauqif wa’l Ittiba’ (berhenti pada contoh dan bergerak mengikuti perintah). Yang kedua seperti yang telah disebutkan diatas, yang berhubungan dengan muamalah dan teknis keduniaan.

**bocoran sakti; kudengar2 cara untuk melempukkan daging yang alot katanya direbus dengan air teh atau direndam dgn air cuka sekitar 30 menit.

Senin, 16 Agustus 2010

Wow, Penulis!!

(PR menulis)

Hah?apa?menjadi penulis?penulis yang menjadi-jadi?

Begini ceritanya, hari Minggu kemarin rupanya telah dicatat di takdir Tuhanku bahwa aku dan beberapa teman akan bertemu dengan wali kelasku dalam suatu hajatan. Itu merupakan pertemuan pertamaku dengan wali kelas menulisku yang merupakan penulis itu. Buku novelnya yang sakti berjudul De Gate of Heaven. Aku nervous, tapi senang minta ampun. Kulirik2 ia layaknya perawan beriman yang melirik calon suaminya. Rindu tertahan.

Kami duduk membentuk lingkaran layaknya halaqah pengajian. Dengan gagah nan berani wali kelasku yang memiliki panggilan manja “Bang Rahmad” itu memberikan pencerahan2 dan “doktrin2 aneh”. “Doktrin aneh” itu membuatku tersenyum girang.

Kuberitahukan kau mengapa kusebut “doktrin aneh”. Dengan suara yang meradang2-nge-bass Bang Rahmad tanpa segan membunyikan doktrinnya,”ingat, kita, kelompok VII memiliki aturan. Satu, kita adalah keluarga!” Aku mengangguk takzim.

kedua, kita adalah keluarga!!” suaranya meninggi beberpa oktaf. Aku takzim tapi tak mengangguk.

Ketiga, kita adalah keluarga!!paham?”

Aku tak mengangguk dan juga tak takzim. Aku tersenyum rangkap dua.

Senyum pada rangkap pertamaku itu karena aku teringat pada seseorang. Ya, pengulangan 3 kali aturan itu mengingatkan aku akan Nabi kita yang mulia, yang terkadang mengulang beberapa hal penting sebanyak 3 kali atau lebih. Para ulama –Semoga Allah merahmati mereka- menyimpulkan pengulangan perkataan Nabi itu menunjukkan bahwa hal itu sangat penting. Contoh, seperti pada hadits tentang menahan marah atau hadits tentang melayani Ibu. So, rupanya wali kelas menulisku ini sedang tak main-main. Ia bukan wali kelas jadi-jadian. Ia serius.

Senyum rangkap keduaku justru bermakna sedikit berbeda. Senyum ini dipenuhi nuansa materialistis yang sangat dominan. Senyum ini senyum bertanduk penuh konspirasi. Licik. Senyum ini ingin memanfaatkan aturan bahwa kami adalah “keluarga” untuk kepentingan komersil dan sesaat. Senyum ini dengan cepat mendesain rencana2 hitam ke depan.

Beberapa rencana yang sempat terekam pada senyum materialistis ini adalah; satu, karena kami keluarga maka bolehlah aku meminta rupiah tiap bulan pada masing2 “teman satu kelompok” eh, m-maksudku “keluargaku” itu, termasuk wali kelas; Dua, aku akan pura2 mengunjungi rumah/kost “keluargaku” pada waktu 5 menit sebelum berbuka puasa; Tiga, karena kita adalah “keluarga” boleh dong nebeng pakaian kotor untuk di cuci! Ah, rencana yang bukan main. Aku akan menjadi keluarga jadi-jadian yang berbahagia.

Diakhir pertemuan kelompok VII, wali kelasku memberikan PR menulis. Seingatku tugas itu berbentuk sebuah artikel mimpi. Berbau cita-cita. Kira-kira seperti ini baunya “Mau jadi penulis seperti apa kamu nanti.” Aku bingung. Perutku yang sedang berbakti di bulan Ramadhan pun tiba2 bersiul-siul. Sepertinya ia juga sedang bingung.

Mari kuberitahukan mengapa aku bingung. Menjadi penulis, kawan??sebagai pelamun handal hal tersebut belum pernah terlintas dilamunan-lamunanku sebelumnya. Bingung ini mirip dengan bingungnya aku pada beberapa aktifis wanita “tercerahkan” yang dengan berapi-api mengatakan jilbab bukan bagian syariat tetapi merupakan budaya Arab saja.

Perhatikan, “Affif adalah seorang penulis”. Janggal bukan?? Malah aku lebih termotivasi dengan kalimat seperti ini,”Affif adalah seorang suami”!! Hah, terdengar
sangat syahdu malah…*hehe*

Aku juga bingung karena awalnya aku ikut pelatihan menulis ini bukan untuk menjadi penulis. Skenario awalnya aku cuma ingin lihai dalam merayu istri melalui tulisan. Ya, maksudku dalam menulis surat cinta. Ah, kau pura2 dalam perahu pula, kan aku jadi malu ini…*hehe lebai, tapi biarin, salahsatu doa yang mudah dikabulkan adalah doanya orang yang sedang berpuasa,..ini kesempatan!*

Namun, wali kelasku mulai meneror!! Ia mengancam bahwa akan membuat kami tidak nyaman hidup jika tidak menulis. Ia akan menjadi hantu pikiran yang akan terus menghantui. Ia akan menjadi duri dalam daging2 kami. Ia juga akan menjadi nyamuk yang mengaum dalam tidur malam2 kami. intinya ia akan mengganggu. Aiihh,…

Huff, setelah termenung sambil menunggu waktu berbuka puasa aku pun memberanikan diri untuk berpikir “aku maunya menjadi penulis seperti apa nanti”.

Terus terang untuk masalah novel atawa cerita2 fiksi aku termasuk orang yang menikmati tulisan2nya Andrea Hirata dan barangkali termasuk Tere-Liye. Dan tak terlalu banyak membaca novel2 yang lain. Otomatis hal ini membuat aku tak memiliki banyak referensi mahzab dalam menulis. Yah, aku pun mahfum jika ada beberapa anak orang yang mengklaim aku pengikut mahzab Andrea Hirata, tapi kupikir tak apalah. Tak apa karena saat ini aku sendiri sedang mencoba menghargai diri sendiri dalam proses belajar nulis ini. Kuharap kau jangan terlalu banyak bacot,..

Akupun masih meraba2 dalam perkara ini. Bahkan ketika PR dari wali kelas ini diturunkan, aku masih dalam keadaan gelap menerjemahkan apa itu “artikel”. Bakterikah ia?atau tumbuhan mirip kaktus yang sudah jinak?Ijtihad sementaraku ya nulis ocehan begini aja. Mudah2an ini termasuk dalam spesies “artikel”. *aku ragu*

Skenario yang lain, nanti aku ingin menulis sesuatu yang ringan tapi layak untuk dibaca dan diambil pelajaran2 hidup di dalamnya. Aku ingin menjadi penulis yang pandai merayu. Merayu orang lain untuk mau melihat dan mengambil hal-hal yang baik dalam hidup. Meskipun kebaikan itu terlihat kecil dan sederhana.

Senorak-noraknya sebenarnya aku pingin punya buku seperti kumpulan ceramahnya Raditya Dika. Tapi tentunya dengan matan menurut versiku sendiri. Aku cuma sedikit kurang sreg saja dengan materi ceramah Dika si-Kambing Jantan itu. Untuk membuat novel, cerpen, cerbung, cekung, centong dan ce-fulan lainnya aku belum tertarik.

Sebagai penulis, kepentingan duniawi yang sempat didambakan olehku, ya mau jalan-jalan keliling antar kampus, kampung, propinsi dan Negara. Alias diundang untuk membedah, menguliti dan merebus bukuku, termasuk untuk buka puasa bersama…*eh??!*

Untuk masalah “amplop bayaran”, maaf kawan, aku akan menolaknya. Amplopnya dengan tegas akan kukembalikan, ehem, tentunya setelah kukosongkan terlebih dahulu…*hehe*. Kuharapkan kau mengerti betapa tegarnya aku menghadapi godaan amplop itu. Aku bukan bujang sembarang yang mudah diberi amplop begitu saja. Mohon kau berhati-hati.

Nah, demikan saja kiranya tuan-tuanku, jikalah ada yang masih bimbang boleh-lah ditanyakan. Tak perlu sungkan, anda sopan kami segan…*hehe*

Affif Herman,
Kelompok VII

Sabtu, 14 Agustus 2010

Evennya Para Lelaki Beriman!

(Ketika si-“Anu” Dipancung!!)

Jalannya agak sedikit mengangkang dan terlihat sangat berhati-hati. Inipun hari pertama ia kembali masuk sekolah, setelah sekitar 10 hari absen dari rutinitasnya sebagai eksekutif beringus di salahsatu kantor bernama “Sekolah Dasar” di Republik ini. Di buku absensi kelasnya pun tertulis inisial “S” pada baris namanya yang menunjukkan ia didakwa “sakit” selama 10 hari. Meski jalannya agak lambat-terseok mengangkang, dengan muka yang sesekali terlihat seperti menahan perih, tetapi senyum dan sorot mata perjaka itu terlihat begitu sumringah. Bangga. Dari rautan wajahnya terlihat ia layaknya baru mendapatkan mendali emas di olympiade di Yunani pada seluruh cabang olahraga yang dipertandingkan. Amboiii lagaknya itu, jika saja ia salah bersikap dan berkata, bisa-bisa ia jatuh kewilayah congkak. Tapi ia masih dibatas perangai “bangga” yang wajar dan diizinkan.

Ketika ia memasuki pintu pagar sekolah setiap perjaka berseragam Merah Putih yang juga masih beringus pun ramai mendekati dan berebut menyalaminya. Ada juga yang menciumnya, memeluk sambil menepuk-nepuk pundaknya, tak lupa ada yang menitikkan air mata pertanda syukur-bahagia yang tak kepalang. Tak ketinggalan, para perawan berponi -dan masih beringus- yang acapkali berkumpul di sudut-sudut taman sekolah memandang-lirik ke dirinya sambil berbisik-bisik dengan kaumnya. Perangai mereka persis seperti emak-emak ketika menggosipi artis-artis yang bercerai muda. Tak lupa sesekali gerombolan perawan ini cekikikan setengah berbisik sambil ekor matanya tetap mengarah ke si perjaka tadi. Ya, si perjaka itu sebenarnya sih agak grogi-an, tapi ia tetap tegar dan percaya diri melangkah ke kelasnya. Ia berkata menyemangati dirinya, “tak ada yang perlu dikuatirkan lagi, karena aku telah disunat!!” . aiih,..ckck

Ah kawan, maaf kalau kali ini aku langsung berbacot-ria tanpa bermukaddimah terlebih dahulu. Aku tak sabar ingin menggambarkan sekilas seberapa bangganya kami, kaum lelaki beringus kampungan, setelah berhasil melewati salah satu perhelatan akbar dan even terbesar sebagai lelaki ketika hidup di dunia ini. Even Pemancungan si-“Anu”!.

Ya, Itulah perhelatan luarbiasa yang membuat mata kami ketika itu tak bisa dipejamkan dengan nyenyak selama berbulan-bulan. Even yang paling kami rindukan dan sekaligus paling kami takuti sebagai anak lelaki saat itu.

Paling dirindukan, pertama, karena ia adalah ajang pembuktian yang besar dan agung bahwa kami adalah pengikut Nabi akhir zaman yang mulia itu. Kedua, untuk menunjukkan kepada orang-orang sekampung bahwa kami kini berhak meraih gelar “lelaki tulen” di kehidupan sosial dalam bermasyarakat dan bernegara. Sehingga tentunya kami berhak mencalonkan diri untuk menjadi anggota dewan atau asisten Ketua Lorong. Ketiga, dirindukan karena ketika di hari puncak acara maka akan berdatangan berbagai macam hadiah dari sanak sodara dan handai taulan. Tak lupa Ayah-Bunda pun berjanji akan memberikan paket hadiah yang lebih besar dari biasanya, seperti; 1 unit sepeda Federal, seperangkat alat Game bermerek canggih Nittendo, Sepasang sepatu Baru bermerek ATT, dan tak lupa kucuran Rupiah untuk jajan yang menggiurkan!.

Disisi lain, even ini juga merupakan ajang pembuktian akan keberanian dan mental, apakah kami siap menjadi “Lelaki” atau tidak. Titel “Lelaki” inilah yang selanjutnya juga akan menegaskan bahwa kami sudah diizinkan utk memelihara kumis, memakai celana panjang, membeli rokok, makan Gulai Kepala Kambing, maen batu dirumah kenduri, dan begadang berkumpul bersama perjaka-perjaka lapuk di warung kopi. Amboiii!!Bagaimana mungkin kami tidak rindu untuk mendapatkan titel “lelaki” dengan segudang fasilitas dan kemudahan hidup di kampung itu? Maka, kuncinya cuma satu, ya itu tadi “Anu”mu harus siap dipancung di depan khalayak!! Alias disunat!! Jika menurutmu ini biadab, maka menurut kami itu adalah kebanggaan!,..*hehehe*

Sunatan. ya, inilah nama even pemancungan yang terkesan sadis namun bermartabat itu. Yang dalam istilah agama disebut Khitanan atau sering kita dengar dengan istilah sunat Rasul. Ow, pastilah kau telah atau sangat mengenal perbuatan ini. Aku malu jika kau yang mengaku sebagai “lelaki” tetapi tidak tahu apapun tentang Even Pemancungan ini. Mohon jangan lagi kau menatapku hingga kau mencari tau masalah ini. Pergilah,.huss,..huss,..

Sunatan, kawan, merupakan salah satu perintah Nabi kita yang termasuk dalam sunnah fitrah, yang didalamnya juga terdapat seperti; memotong kuku, merapikan rambut dan lain-lain-lah. Ini juga merupakan bentuk penyucian diri, terlebih lagi yang akan memasuki area usia balig. Melihat dalil-dalil yang ada mayoritas ulama kitapun berpendapat wajibnya sunat (khitan) ini kepada lelaki umat nabi Muhammad yang mulia, seperti kau dan aku. Tak terkecuali.

Secara medis, sunatan juga dianjurkan oleh orang-orang pintar yang bergelar dokter. Kata mereka sunatan bisa menghindarkan diri dari berbagai infeksi penyakit. Aku sebenarnya ingin sekali menuliskan jenis-jenis penyakit itu padamu, tetapi apa daya kawan, aku sungguh tak paham. Nama mereka aneh-aneh. Entah mengapa orang-orang pintar tersebut memberikan nama-nama penyakit dengan nama yang susah dan sukar diucap apalahmanalagi untuk diingat. Namun jikalau kau memang terlalu dikuasai nafsu ingin mengetahui jenis-jenis penyakit tersebut maka kusarankan untuk mencari ke pustaka umum atau ke Datuk Google saja. Aku tak mau direpotkan olehmu.

----00----

Di kampung, Ayah Bunda kami akan mewacanakan isu ritual pemancungan ini kepada anak-anak perjaka kesayangannya 2 atau 3 tahun sebelum eksekusi itu terjadi. Ini bermaksud agar kami segera mempersiapkan diri; yang didalamnya termasuk persiapan fisik, mental dan keberanian. Maksud lainnya lagi adalah bahwa orang tua kami ingin memberikan sinyal pertanda.

“Kau sekarang sudah besar nak, hah, kau jaga-jagalah akal-perangaimu itu”.

Apa maksud perkataan Ayah-Bunda kami itu sebenarnya?nah, ini bermakna bahwa perjaka yang sudah diijinkan “anu”nya di pancung berarti ini salah satu pertanda ia akan memasuki usia balig.

Usia balig bermakna pula bahwa mulai saat itu seluruh amal perangainya telah sah dicatat oleh malaikat yang ditugaskan Tuhan di samping kanan-kirinya itu. Cacatan itu bermakna pula bahwa seluruh perangai-perangai kami akan dievaluasi untuk dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan kelak. Dan seolah-olah Ayah Bunda kamipun melanjutkan pesannya.

“Hah, kalau buruk perangai-lakumu maka buruk pula nasibmu dibalas Tuhan. Apa kau mahfum??”.

Aiih, aku mahfum, pantaslah Ayah bunda kami itu begitu mewanti-wantikan perjaka-perjakanya yang biadab ini agar berhati-hati dalam hidup.

Pasca wacana pemancungan itu diperdengarkan didepan kami, maka saat itulah masa penantian yang membahagiakan, menegangkan sekaligus menakutkan berputar-putar dalam pikiran. Bahagia karena akan mendapatkan fasilitas-fasilitas yang “wah”. Dan menakutkan karena “anu” akan dipenggal didepan mata sendiri. Ah habislah.

Orang tua pun, khususnya sang Ayahanda sebenarnya bangga minta ampun untuk melaksanakan perintah Nabi ini. Mereka akan mempersiapkan dan mendanai apapun itu agar even pemancungan untuk bujangnya ini terlaksana dengan sukses sentosa.

Ayah-Bundapun tak masalah tiba-tiba harus menjadi nyinyir untuk memberitahukan keseluruh sanak-sodara, handai taulan, fulan-fulanah dan orang sekampung. Bahkan mereka tak sedikitpun meminta bantuan kami yang bakal jadi bintang utama yang “anu”nya dipancung di even ini. Seolah mereka berkata kepada kami,”ah, tak perlu kau turun tangan nak, siapkan saja dirimu sendiri”. Aiih, aku pun menelan ludah. Gelisah.

Kebanggaan kami anak-anak kampung yang bakal jadi korban di even ini terlihat dari acara kenduri (walimah/perayaan) yang diadakan. Bayangkan saja, hanya untuk pemancungan “anu” maka harus dikabarkan ke warga sekampung! Memang ada beberapa ulama kita yang berpendapat bahwa walimah khitanan tersebut tidak perlu (tidak diwajibkan). Apalagi jika keluarga yang perekonomiannya masih centang-perenang tentu ada hal lain yang lebih prioritas. Namun, Ibnu Taimiyah berpendapat mubahnya acara kenduri even pemancungan tersebut diadakan, jika semata-mata didasarkan untuk menampakkan kegembiraan serta mengundang orang lain dalam kegembiraan tersebut. Mantap bukan main.

Di sekolah, mendekati hari H pemancungan, dikalangan elit dan faqihnya anak-anak SD biadab ini sering terjadi perdebatan yang alot dan panas di kelas. Korban yang akan disunat didudukkan ditengah-tengah forum. Wacana utama yang menjadi bahan musyawarah kami itu adalah siapakah yang orang yang lebih tepat menjadi algojo pemancungan ini. Algojo yang terpercaya dan aman. Steril dan berakhlak mulia.

Biasanya korban yang akan dipancung anunya cuma diam dan takzim mengikuti diskusi yang diisi dengan adu argumen dan interupsi tak beretika di forum itu. Di forum musyawarah ini ada yang bermahzab lebih baik menggunakan dokter sebagai algojo dengan basis logika kesterilan dan keunggulan menggunakan obat bius dalam eksekusi.

Mahzab dokter ini juga memberikan argumen bahwa alat yang digunakan dokter lebih modern sesuai dengan perkembangan zaman. Dan penggunaan obat bius sangat menolong tentunya.

Salah seorang pembicara yang juga alim dari mahzab ini angkat bicara.

”Tuan-tuan yang saya muliakan, ini masalah masa depan!, sangat urgen. Kita tak bisa main-main!! Alat yg digunakan harus yang steril, aman dan harus produk termutakhir yang punya legalitas dari sisi medis! Dan digunakan oleh orang yang berpendidikan tinggi.” Ia sengaja menahan kata agar orang lain diam menyimak.

“Penggunaan Bambu untuk memancung “anu” jelas tak lagi relevan dan sangat puritan di jaman sekarang!! Kalau begini terus kapan kita bisa maju dan tercerahkan, hah?! Harap Tuan-tuan camkan itu, terimakasih.”

Ia pun duduk diiringi anggukan kuat penuh takzim dari pengikut mahzab dokter lainnya. Pengusung mahzab dokter ini biasanya memang berasal dari kalangan elite di kelas. Elit dari segi akademik dan perekonomian orang tua-yang rata-rata pegawai setia pemerintahan-.

Salah seorang elit dari mahzab yang berbeda tiba-tiba berdiri ngotot. Ia berteriak-teriak hingga urat lehernya terlihat. Ia pitam mendengar ocehan Pemuka mahzab dokter diatas tadi.

“Interupsi ketua, interuuppsiii!!” Belum sempat pimpinan sidang terkejut dan mempersilahkannya untuk berbicara, ia langsung berbual.

“Sodara-sodara,..dukun is de best!!,.kenapa??,..why dukun best hah??,.apa kau tahu kenapa the best, hah??..karena,..karena,.karena dukun itu the Best!”. Aiih, jelas sekali ia tak siap dan cuma terbakar syahwat untuk berbicara. Bahasa bule-pun ia pergunakan se-enak lidahnya berputar.

Ia mulai sedikit gagap.

Peserta forum melongo-bimbang apakah perkataannya perlu dianggukkan, ditepuk-tangankan atau ditertawakan sambil berguling-guling megang perut? Agar tak terlalu garing si-elit yang ternyata bermahzab Dukun itu melanjutkan.

” Sodara, tuan-tuan terhormat. Dulu dukun-lah yang telah memancung “anu”nya bujang-bujang yang telah menjadi bupati, bapak guru, kepala dinas dan bapak-bapak kalian sekarang!! Lihatlah, hingga kini mereka masih hidup dan beranak pinak, bahkan sukses. Hah, itu hasil pancungan dukun tuan-tuan! Apa kau, kau, dan sodara-sodara sekalian masih ragu dengan argumen tercanggihku barusan, hah?!

Ia pun menggantungkan pertanyaannya seolah menunggu jawaban.

“Alamaak, mengapa kalian tak pula paham-paham dan susah menerima kebenaran,hah?!Bertobatlah kalian, bertobatlah!.” Ia menggeleng-geleng kepala seolah habis kata untuk membujuk panganut mahzab dokter kepada kebenaran. Menurutnya para penganut Mahzab dokter bodoh sekali. Bebal.

Ia kembali duduk diiringi tepuk tangan pendukung mahzabnya. Tak ketinggalan ada kacung-kacung yang berebut mencium tangannya. Parah memang.

Mahzab yang kedua ini memang mengambil pendapat bahwa algojo yang terbaik dan tak habis-habis dimakan zaman adalah Dukun Sunat. Mereka berpendapat bahwa disini “Kampung” dan bukan Jakarta atau kota-kota besar lainnya di Indonesia, sehingga kita harus menghargai kearifan lokal yang masih menggunakan dukun Sunat. Dan dukun Sunat adalah juga bagian dari budaya kampung yang harus dilestarikan dan dipertahankan.

Pengalaman bertahun-tahun telah membuat pemancungan oleh Dukun Sunat juga berlangsung cepat, sigap dan tepat sasaran. Tak perlu ada kekuatiran disini. Tak perlu obat-obat bius.

Dari pandangan para ekonomnya mahzab inipun berpendapat, bahwa menggunakan dukun adalah salahsatu bentuk untuk menghidupkan perekonomian sektor Riil dan untuk menghindari dominasi Negara-negara maju yang memproduksi alat-alat dan obat-obatan yang digunakan dokter. Aku tak tahu, entah mereka sadar dengan apa yang mereka pikirkan.

Kegaduhan Musyawarah Istimewa anak-anak kampung ini biasanya berhenti dan putus dengan sendirinya ketika Bel jam istirahat meraung-raung. Dengan polos dan bego mereka kembali masuk ke kelas masing-masing. Setelah jam sekolah usai mereka pulang kerumah masing-masing dan bermain. Entah kemana hilangnya perdebatan-perdebatan panjang di forum Musyawarah tadi. Entahlah, aku sungguh tak tahu apa yang mereka pikirkan. Hancur memang.



(bersambung dah,..)


Lelaki-Boemi/Affif, Kajhu, 08:00 WIB, 09 Juli 2010

Bualan Lelaki



(Dilengkapi dengan Tips dan Trik Membual Terkini, sangat bergaya!!)

Harga 1 Mayam emas 24 karat pada saat aku menulis ini 1,07 juta rupiah, lalu, apa hubungannya dengan tema kita kali ini?maka dengan tanpa merasa berdosa kukatakan bahwa tidak ada hubungan apa-apa (??? Maaf kawan).

Kawan, ada pepatah leluhur yang populer di masyarakat kita, mohon kau perhatikan barang sekejap,“Bualan di seberang lautan tampak tapi bualan di depan mata tak tampak”. Pepatah lainnya yang tak kalah populer adalah,”akibat nila setitik rusak bualan sebelanga”.

Aha, Apakah kau terkesima dengan pepatah-pepatah tadi?Mungkin diantara kalian akan ada yang sok kritis dan akan cuap sana-sini protes serta bersiap-siap memberikan komentar cacian kepadaku agar segera memperbaiki pepatah tersebut. Tapi apa peduliku. Kali ini aku akan sangat egois alias seenak perut menggunakan pepatah tadi. Semoga tidak ada yang kehilangan nyawa atau di PHK akibat kekeliruanku mengutip pepatah di atas, apalagi kalau sampai ada yang melapor ke polisi bahwa aku telah melakukan pencabulan terhadap pepatah-pepatah tadi. Sungguh, si pelapor tak berhati.

Sebelum menyelam terlalu dalam ke pembicaraan “bualan”, maka sedari dini aku akan sedikit merepet, bahwa dalam kesempatan yang langka dan sangat kau harapkan ini, mungkin aku tidak akan mengikuti kaedah berbahasa Indonesia yang benar dalam menerjemahkan arti kata “bualan”. Karena, jujur, aku tak paham kaedah bahasa Indonesia yang benar itu seperti apa. Hasilnya, aku akan mencampur aduk sesuka hati dalam menerjemahkan kata tersebut dengan kata-kata yang sejenis, semirip dan sekembar mungkin dengan kata yang lain. Jadi, mohon kau membacanya dengan tekun dan sangat teliti tiap helai kata yg kutulis ini, agar kau tak merepet di kemudian hari. Dan tentunya agar kau menjadi semakin membuncah rindu untuk bertemu denganku. Ehem.

Hm baiklah, tentu kau akan mengira-ngira-kangen mengapa aku berbicara tentang “bualan” kali ini. Tulisan ini merupakan sebuah bentuk keprihatinanku akan menurunnya tingkat kebualan para remaja dan orang dewasa saat ini, terutama dan paling utama serta sangat utama bagi para perjaka dan non perjaka. Padahal kita, para lelaki, dituntut keras memiliki kapasitas bualan yang cakap, lihai dan norak-menawan.

Memang ada beberapa bujang yang cukup terampil dan berbakat dalam berbual, tetapi mereka malah sering tidak memperhatikan isi dan kaedah berbual yang benar dan romantis. Pun terkadang bualannya tidak diiringi inovasi dan miskin kreatifitas, sehingga materi bual-nya menjadi berulang-ulang dan mudah ditebak, hasilnya bualannyapun menjadi membosankan.

Yang lebih mengagetkan, ada juga yang menggunakan bualan tanpa menggandeng etika, sehingga bualannya sangat minus dari nilai-nilai moral alias belum bermoral. Ini sebuah fakta kemunduran yang serius dalam dunia perbualan. Tentu kita prihatin.

--00--

Berbual tidak sembarang makhluk mampu untuk melakukannya, ia memerlukan imajinasi yang kuat, cepat, norak-mempesona, egois dan spontan. Berbual tak bisa asal-asalan, sungguh tak bisa. Seorang pembual dituntut mampu melihat situasi apa dan dimana ia berada, sehingga ia bisa mengeluarkan bualan yang mecing*hehe bahasa inggris hancor* alias cocok dengan kondisi saat itu, tidak hanya me-too alias ikut-ikutan saja.

Pembual juga dituntut melihat kapasitas intelektual atau wawasan dari audiensnya, tentu ia juga harus pandai memilih kata dan kalimat yang tepat, sehingga bualannya mudah dicerna, norak dan tak memalukan. Bahkan beberapa pembual malah dipaksa harus berani menikahkan bualannya dengan anekdot, teka teki, cerita rakyat atau cerita-cerita humor yang menurutnya sekufu dan telah baliq. Tujuan pernikahan tersebut ya tak lain agar menghasilkan keturunan bualan yang baik dan mencerahkan. Nah, mungkin kau sedikit mulai faham, bahwa tak semua orang dilahirkan menjadi pembual dan tak semua pembual mengerti mengapa ia dilahirkan.

Jangan pula kau sampai memandang remeh bualan, kawan. Sebagai lelaki yang aktif berkembang biak didalam masyarakat sudah barang tentu kita akan menghadapi berbagai permasalahan dengan spesies yang berbeda-beda. Sehingga, kecerdasan sosial plus stok bualan sangat diperlukan disini. Asal kau tahu, bualan sangat berkhasiat digunakan dalam lobi-lobi politik, disela-sela diplomasi dengan masyarakat Gampong, rapat-rapat Tuha 4, rapat pemuda Gampong, dalam menyemarakkan seminar-seminar, dalam diskusi-diskusi, dalam bisnis, di saat kongkow, di warung-warung kupi, di dayah-dayah setelah mengaji, dimesjid-mesjid setelah shalat Jum’at, yang intinya bualan ini adalah untuk meringankan, mengakrabkan dan menyenangkan suasana.

Bualan-bualan ringan juga bisa kau pergunakan untuk membuka pembicaraan, untuk merayu, menghibur teman yang dirudung duka atau cocok juga digunakan sebelum memulai pekerjaan berat. Tapi mohon jangan digunakan pada ibu hamil, bayi bawah lima tahun dan pada acara-acara takziyah orang meninggal dunia. Aku tak mau bertanggung jawab.

---00---

Penting juga kau catat
, sebagai lelaki, tentu akan ada takdir dimana kita akan berduet dengan perawan yang dibolehkan oleh agama untuk dibawa pulang kerumah. Maka akan ada waktu-waktu dimana hati lelah dan pikiran jenuh sehingga perlu dihibur dengan sedikit bualan. Juga akan datang saat-saat dimana kita akan marah atau ingin berkata kasar kepada si-kekasih hati, tetapi sebagai lelaki aku berpikir, bahwasanya kita harus mampu mengalihkan makian menjadi rayuan atau cemberutan menjadi senyuman menggoda *ngakak sendiri, merasa sok tau*.

Kita juga dituntut serius agar membuat si kekasih titipan Tuhan tersebut tersenyum manis bahagia, sehingga sedikit menghiburnya yang telah lelah melayani dan menjaga harta kita. Nah, dalam kasus ini tak lain dan tak bukan, maka si lelaki harus siap dan mampu untuk berbual di depan perempuan penyejuk matanya itu.

Membualkan tentang bulan, bintang, atau bualan-bualan lainnya yang bisa membuat kekasihmu tertawa-tawa dipelukanmu *ngakak, merasa norak tapi gk peduli*. Ah bukankah membahagiakannya adalah salah satu bentuk patuh terhadap perintah Tuhan?berbual noraklah dengan mengatakan ia-lah rembulan, ia-lah yang lebih pantas jadi presiden, ia-lah bunga Tulip di hatimu atau ternyata dia-lah satu-satunya wanita termanis di dunia. Atau bahkan ia lebih eksotis dari Great Barrier Reef di pantai timur Australia, atau bualan norak lainnya yang ia senangi. Katakan saja. jika ia tersenyum malu tak tertahan, maka aku sebagai lelaki mengangkat dua jempol untukmu, engkaulah lelaki pembual norak pujaannya nomor 1.

Ehem, tapi sedikit kuperingatkan kalau beberapa paragraf diatas ini khusus dibaca oleh mereka-mereka yang telah dihalalkan Tuhan untuk berbual berdua, selain dari mereka aku berlepas diri. Karena Tuhan yang sedang ku sembah tak mengizinkan hal tersebut. Kalau kau belum menikah tapi terlanjur membaca paragraf ini, ya sudah, itu takdir namanya. Nasibmu sedang beruntung.

---00---

Di provinsi Yunnan, daerah Shillin, Cina Barat Daya ada daerah mengagumkan yang dikenal dengan “Hutan Batu (Stone Forest)”. Disini, batu bebatuan seolah-olah tumbuh menjulang layaknya sebuah hutan. Dengan baik hati photo “hutan batu” tersebut kusajikan di profil artikel ini.

So, Apa pula kaitannya Hutan batu ini dengan pembicaraan kita?maaf, lagi-lagi dengan sedikit merasa berdosa kukatakan tidak ada hubungan apa-apa dengan pembicaraan kita kali ini. Aku sekadar ingin merusak konsentrasimu saja, agar tak terpengaruh dengan paragraf di atas barusan, ehem, mari kita kembali ke jalan yang benar.

Nah, bagi yang tak memiliki bakat membual tak usah bersedih hati, bermuram muka apalagi sampai mengurung diri berhari-hari nggak mau keluar dari kamar, “idiih, jangan lebaaayy,..” kata anak ABG jaman sekarang.

Simaklah, membual kadang memang tak dibawa dari lahir, tapi, kau ingat-lah pepatah ini,“hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai”, intinya kalo mau kaya hemat-hemat, kalau mau pintar ya belajar, dan kalo mau istri ya nikah!...eh??,.ehem, fokus,..fokus,..!!. maksudnya adalah, bahwa segala sesuatu bisa dipelajari asal ada kemauan. Mudah bukan?.

Oke, bagi kau yang ingin meningkatkan kapasitas membual dan bercita-cita menjadi pembual ulung, ada beberapa hal yang menurutku harus kau persiapkan sejak usia dini, antara lain;

Pertama, kau harus rajin dan gila membaca. Ini bertujuan agar kau menghasilkan bualan yang bermutu tinggi dan layak untuk dibualkan di pasaran. Dengan membaca kau-pun memiliki referensi bualan dari berbagai Negara, berbagai orang, dan antar jaman. Membaca sangatlah penting, sangat-sangat-sangaaaaaat penting.

Membaca menjadi basic (baca: besik..hehe) dalam berbual. Disini kau akan berkenalan dengan aturan dan etika2nya, kau akan tahu yang orang lain tidak tahu. Membacapun meningkatkan ke-menawan-an-mu berlipat-lipat (entahlah, aku melihat, orang yang suka membaca itu lebih menawan). Dan yang pasti juga akan membantumu melahirkan bualan yang norak-kangen, inovatif dan kreatif.

Contoh bacaan yang harus kau baca terlebih dahulu sebelum berbual, seperti; Fiqh al-Akhlaq wa al-Mu’amalat baina al-Mu’minin (Musthafa al-‘Adawy), Ushulil Iman (Syaikh Utsaimin), Al-Halal wal-Haram fil-Islam (Yusuf Qardhawi), Fiqh al-Lahwi wa At-Tarwih/Fiqih Hiburan (Yusuf Qardhawi), Shirah Nabawiyah dan fiqh Sunnah (pengarangnya siapa ja bisa), ditambah dengan buku-buku umum lainnya.

Ingat, ini cuma basic dan setelah kau membaca ini maka silahkan kau membaca buku yang lain sesuai dengan bidang yang kau sukai. Semoga kau menjadi pembual yang disegani lawan kelak dan sayang ibu-bapak.

Kedua, perbanyak bertanya dan berdiskusi dengan senior pembual terdekat di kotamu berada. Minta petuah dari mereka, perhatikan bualan-bualan mereka, traktir mereka, isi bensin sepeda motornya, suapin mereka saat makan, kecup kening mereka sebelum tidur, nyuci piring dirumahnya, dan rajin-rajinlah menyapu dirumahnya,..mana tau setelah itu akan terlihat kau lebih berbakat menjadi pembual atau pembatu!!.

Ketiga, jangan pernah malas untuk berlatih di rumah. Buat jadwal latihan sebelum tidur dan sebelum gosok gigi. Setelah bangun pagi langsung berlatih melihat matahari agar tatapan semakin tajam-meradang dan merayu-sendu. Latih juga gerak tangan, posisi badan, pakaian, sisiran rambut, dan jangan lupa persiapkan beberapa lembar rupiah dikantong. Rupiah itu akan berfungsi jika suatu saat bualan-bualanmu nggak laku alias garing, maka mentraktir pendengar adalah salahsatu cara untuk mengembalikan harga diri yang terhempas berserak di tanah. Tapi ingat, kau harus tetap tabah dan kuat untuk terus menerus berlatih mencoba.

Keempat, jangan segan dan canggung untuk mengikuti kursus-kursus, training atau seminar-seminar membual. Contoh tema-tema yang sering diangkat pada seminar-seminar membual seperti; “Pemberantasan Korupsi sebagai bentuk pembelaan atas kesejahteraan rakyat”, “diskusi Publik: memeratakan tingkat pendidikan dan kesejahteraan di Indonesia”, “Menuju Indonesia yang bermartabat dan maju” dan tema –tema sejenis ini.

Aku sarankan kau agar mengikutinya karena di seminar-seminar ini akan hadir pembual-pembual ulung dari berbagai instansi dan departemen. Pembual-pembual ini telah menguasai berbagai ilmu bual tingkat tinggi, berseragam mempesona, sangat elegan, sangat wangi, kebanyakan berkumis dan sangat manja. Bukan seminar sembarang itu.

Kelima, jadi diri sendiri (hargai kelebihan dan kekurangan diri) dan jangan terjebak dengan penampilan orang lain, apalagi terjebak trend. Intinya jangan sampai hal-hal sepele itu membebanimu. Yang harus kau ikuti itu cuma Nabi, camkan, cuma Nabi.

Dan juga Ingat, kelebihan dan kelemahan yang kau miliki adalah hadiah Tuhan dan itu sudah bertakdir. Bisa jadi kelemahanmu merupakan salah satu rahasia Tuhan untuk membuat kau lebih bahagia, jangan pernah kau ragukan Tuhan kita kawan, kita ini tak tahu apa-apa.

Ke-Enam, rajin-rajin menabung en menyapu rumah,..(eh????)

Aku kira itu saja yang setidaknya perlu kau ketahui, sisanya akan kau dapatkan dalam praktek dan pengalaman di lapangan kelak. Yang penting setiap bualan yang kau lahirkan harus menjaga etika, aturan-aturan gampong, tidak jorok atau cabul, tidak merendahkan harga diri sodara seiman, tidak membuat anak-anak dibawah umur sesat alias mengandung kedustaan yang fatal kecuali kebohongan yang sudah diketahui kebohongannya, seperti kisah-kisah fiktif yang sejatinya orang udah tahu itu cerita bohong-bohongan.

Setelah berbual kau juga dituntut untuk bekerja keras, semakin besar bualanmu maka harus semakin besar kerja-kerjamu. Juga harus dijaga agar bualan tidak menyimpang dari kaedah berbual yang benar terutama kaedah “jangan berbual dengan hal-hal yg menyangkut hal-hal prinsip dalam agama karena bisa berefek fatal di akherat kelak”, kupikir perlu kau camkan hal ini sambil tak lupa berharap bertatap muka denganku.

Kawan, kini sudah pahamkah kau tugas beratmu sebagai lelaki?aku harap demikian. Sebagai motivasi dariku ingat-ingatlah pepatah super ini, “malu bertanya maka berbual di jalan”,..aiih sungguh kata-kata motivasi berbual yang beribawa bukan,…
Agar orang-orang Yahudi tahu bahwa dalam agama kita terdapat kelonggaran. Sesungguhnya aku diutus dengan agama yang lurus dan toleran.” (HR. Ahmad)

Lelaki_boemi_Affif Herman, kajhu 4 Rabiul Awal 1431 H/19 Feb 2010

Rabu, 04 Agustus 2010

Waktu Mustajab Pada Hari Jum’at

Pendapat yang paling kuat tentang waktu mustajab pada hari Jum’at ada dua:

Pertama; Waktu tersebut adalah setelah Ashar hingga terbenamnya matahari bagi orang yang duduk menunggu tibanya shalat Maghrib, baik di masjid ataupun di rumah dengan berdoa kepada Allah, baik laki-laki maupun perempuan. Inilah saat yang paling dekat untuk diperkenankan. Tapi bagi laki-laki tidak boleh shalat Maghrib atau lainnya di rumah, kecuali karena udzur yang dibenarkan syariat, sebagaimana yang telah diketahui dari dalil-dalil syariat.

Kedua; Waktu tersebut adalah dari saat duduknya imam atau khatib di atas mimbar untuk menyampaikan khutbah Jum’at hingga selesainya pelaksanaan shalat Jum’at. Doa di dua waktu ini lebih dekat untuk dikabulkan.

Kedua waktu tersebut merupakan waktu yang paling mustajab pada hari Jum’at, keduanya berdasarkan hadist-hadits shahih yang menunjukkannya. Selain itu, perlu kiranya mengusahakan saat mustajab tersebut pada waktu-waktu lainnya (selain yang disebutkan), karena karunia Allah itu sangat luas.

Adapun waktu-waktu mustajab dalam semua shalat, baik shalat fardhu maupun shalat sunat adalah ketika sujud, berdasarkan sabda Nabi SAW.

“Sedekat-dekatnya hamba kepada Rabbnya adalah ketika ia sedang sujud, maka perbanyaklah doa (di dalam sujud)” (dikeluarkan oleh Muslim dalam kitab shahihnya dari hadits Abu Hurairah ra, dalam bab Shalat (482).

Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab shahihnya, dari Ibnu Abbas ra, bahwa Nabi SAW bersabda,

“Adapun saat ruku’ maka agungkanlah Rabb ‘Azza wa Jalla, sedangkan ketika sujud maka bersungguh-sungguhlah untuk berdoa, karena itu lebih layak untuk dikabulkan bagi kalian.”(HR Muslim, kitab ash-Shalah (479))

Majalah al-Buhuts, edisi 34, hal. 142-143, Syaikh Ibnu Baz

(Diriwayat oleh Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali bin Teuku Muhammad Ali bin Teuku Muhammad Din bin Teuku Loen yang dikutip dari kitab Al-fatawa asy-syar’iyyah fi al-masa’il al-ashriyyah min fatawa ulama al balad al-haram/fatwa-fatwa terkini jilid 1, hal. 232-233…=D)