Sabtu, 31 Juli 2010

Brader, sedikit saja tentang cinta,...

Broder, kau telah dipersodarakan denganku sejak kau bersyahadat. Begitu kata agama kita. Begitu pula ajaran Nabi yang mulia.

Sebagai salah satu bukti kau mencintaiku maka aku berhak menerima salam darimu, anggaplah sebagai hadiah. Begitupun kau, sebagai bukti aku mencintaimu maka kau memiliki hak untuk menerima salam dariku sebagai hadiah. Tak lebih aku berharap. Tak akan kurendahkan hadiah itu broder. Tak akan.

Janganlah kau cari hadiah yang mahal2 untukku. Nabi kita tidak mengajarkan materialistis dalam perihal cinta-mencintai antara kau, aku dan sodara2 kita yang lain.

“Bahwa seseorang bertanya Rasulullah Saw: Manakah (ajaran) Islam yang terbaik? Beliau menjawab: Memberikan makan (kepada orang yang membutuhkan), dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang tidak kamu kenal.”1)

Juga sabda Nabi yang mulia dan kita rindu-rindukan itu;

“Kamu tidak akan masuk surga hingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman hingga kamu saling mencintai. Maukah bila aku tunjukkan kepadamu sesuatu yang apabila kamu melakukannya, maka kamu akan saling mencintai? Tebarkan salam di antara kamu.”2)

Dalam jajahan hedonisme kini, terkadang aku merindukan hadiah seperti hadiah yang diberikan oleh Abu Darda’ kepada saudaranya seiman, Salman Al-Farisi.

Al-Asy’ats bin Qais dan Jarir bin ‘Abdullah Al-Bajli datang menemui Salman Al-Farisi. Keduanya lalu masuk ke tempat Salman dalam sebuah benteng yang berada di ujung Madain.

Keduanya menghampiri Salman dan mengucapkan salam, lalu memberikan isyarat penghormatan kepadanya, kemudian berkata:”Apakah engkau Salman Al-Farisi?”
Salman menjawab:”ya!”
Keduanya bertanya: ”Apakah engkau shahabat Rasulullah?”
Salman menjawab: “Aku tidak tahu.”

Keduanya menjadi ragu mendengar jawaban Salman tersbut, lalu mereka berkata: “Mungkin bukan orang ini yang kita maksud.”
Salman lantas berkata kepada keduanya: “aku adalah sahabat kalian yang kalian maksud.”

Keduanya berkata: “Kami mendatangimu sebagai utusan dari seorang saudara kami di negeri Syam.”
Salman bertanya: “Siapakah orang itu?”
Keduanya menjawab: “Abu Darda’.”
Salman bertanya: “Mana hadiah yang dia kirimkan melalui kalian untukku?”
Keduanya menjawab: “Dia tidak mengirimkan hadiah apapun melalui kami.”

Salman berkata: ”Bertaqwalah kalian berdua kepada Allah dan tunaikan amanah. Tidak ada seorang pun yang datang kepadaku yang diutus olehnya (Abu Darda’), melainkan dia datang dengan membawa hadiah.”

Keduanya berkata: “Kami tidak mengetahui apa2 tentang ini. Namun kami memiliki harta; silahkan engkau ambil!”

Salman berkata: “Aku tidak menginginkan harta kalian, tetapi aku menginginkan hadiah yang diberikan melalui kalian berdua.”

Keduanya berkata: “Demi Allah, Abu Darda’ tidak memberikan apa pun kepada kami, kecuali dia hanya berkata kepada kami: ‘Di antara kalian ada seseorang yang jika Rasulullah sedang berduaan dengan orang itu, maka beliau tidak menginginkan orang lain selain dirinya. Jika kalian mendatanginya, maka sampaikanlah salamku untuknya.’”
Salman berkata: “Tidak ada hadiah lain yang aku inginkan dari kalian berdua, selain hadiah ini. Hadiah apa gerangan yang lebih baik daripada ucapan salam sebagai penghormatan dari Allah yang diberkahi lagi baik?”3)

Jangan kau anggap remeh hal ini, wahai braderku tercinta. Apa yang keluar dari hati, niscaya akan sampai ke dalam hati.

Jangan pula kau pandang sebelah mata, menghirup sebelah hidung atau mendengar sebelah telinga, brader. Cinta karena Allah adalah perasaaan yang akan diketahui oleh Allah. Hanya Dialah Yang Maha Mampu menyampaikan perasaan cinta itu, meski jauh dalam hitungan jarak dan tempat antara kau dan aku.

Karena itu, brader, janganlah kau lupa-lupa untuk memberikan hadiah salam sebagai bentuk cinta kepadaku. Agar tak padam-padam cinta itu. Sehingga lahirlah rindu-rindu diantara kita bila tak bertemu.

“Siapa saja yang tulus rasa persaudaraannya dengan saudaranya, maka dia akan menerima kekurangan saudaranya itu, menutupi keburukannya, dan memaafkan kesalahannya.” (Imam Syafi’i)

Baarakallaahu fiik,…(semoga Allah memberkahi segala gerak-gerik langkahmu)

Affif Herman, yang mencintaimu dengan segala kelemahannya,…
Kajhu, 18 Sya’ban 1431 H/30 Juli 2010

Bacaan pendukung:
1. Riyadhus Shalihin; Imam An-Nawawi
2. Lau Ta’lamin Kam Uhibbuki/Betapa Aku Mencintaimu:Muna Shalah
3. Jusur al-Mahabbah/Power of Love: Dr. Aidh bin Abdullah Al-Qarni

Hadits:
1. HR. Bukhari I/13, dan Muslim I/65 no 39
2. HR. Muslim I/74 no 54
3. HR. Thabrani

Selasa, 27 Juli 2010

Mencicipi Makanan Oleh Orang Yang Sedang Berpuasa

Question:
Apakah seorang juru masak boleh mencicipi masakannya untuk memastikan ketepatan rasanya, sementara ia sedang berpuasa?

Answer:
Tidak apa-apa mencicipi makanan jika diperlukan, yaitu dengan cara menempelkan pada ujung lidahnya untuk mengetahui rasa manis, asin atau lainnya, namun tidak ditelan, tapi diludahkan, dikeluarkan lagi dari mulutnya. Hal ini tidak merusak puasanya. Demikian menurut pendapat yang kami pilih. Wallahu a’lam.


Syaikh Ibnu Jibrin, Fatawa ash-Shiyam, disusun oleh Rasyid az-Zahrani, hal. 48


(Diriwayat oleh Affif Herman bin Herman Hanif bin Hanifuddin Ali bin Teuku Muhammad Ali bin Teuku Muhammad Din bin Teuku Loen yang dikutip dari kitab Al-fatawa asy-syar’iyyah fi al-masa’il al-ashriyyah min fatawa ulama al balad al-haram/fatwa-fatwa terkini jilid 1, hal. 329-330…=D)

Senin, 26 Juli 2010

Tips Mencuci Kontemporer (Affifu no Ririon Desu-Affifs Theory) edisi 1

Oh, kaukah aktifis itu?yang pagi-siang-malam selalu sibuk dengan berbagai agenda dan agenda. Yang menghabiskan sebagian besar waktu hidup untuk kepentingan masyarakat dan nusa bangsa demi masa depan yang terang gemilang. Atau kaukah yang sepanjang hari sibuk membaca, meneliti dan belajar demi masa depan yang bersinar terang?Oh, sungguh mulia sentosa perkerjaanmu, kawan. Aku kagum tak berbilang.

Aktifitas yg bejibun tentu telah mencicipi banyak sekali energimu. Sehigga ketika di rumah atau kost atau numpang di kost teman lebih banyak kau habiskan untuk istirahat. Dan aku menebak pasti kau “merasa” tak sempat untuk membelai cucian yang makin tak terbilang-bilang. Sehingga menjadi tak terbantahkan jika stok pakaianmu yg bersih dan layak pakai menjadi semakin menipis ditelan zaman.

Keadaan makin diperparah dengan pakaian yang tak layak saji tadi menumpuk dikeranjang dengan saling tindih menindih tak mau tahu. Aroma sakral mulai terdekteksi oleh indera penciuman dari jarak beberapa meter. Dari kejauhan tampak pula lalat-lalat dan para belatung budiman-pun mulai tak segan tapi sedikit malu-malu membuka lapak untuk tinggal menetap. Amboi, mereka tampak bahagia..… *eh, ini pakaian kotor atau bangkai?hehe*

Tipsku kali ini akan mencoba memberikan solusi alias jendela keluar dari problema hidup yang tadi kau hadapi. Sehingga kau tetap bisa sibuk beraktifitas seperti biasa dan tanpa kuatir kehabisan pakaian dan kelelahan, khususnya dalam cuci mencuci. Kuusahakan juga solusi ini se-kompeherensif dan se-universal mungkin, agar bisa menjangkau seluruh strata sosial yang ada tanpa diskriminatif. Disini kau bisa melihat betapa moderatnya aku dalam perkara cuci mencuci ini. Ehem,..

Hm,.baiklah, karena kulihat kau mulai tak sabaran, marilah merapat. Untuk memudahkan kalian memahami materi dan juga biar kelihatan intelek aku membagi perkara ini menjadi dua bagian sama rata, *eh??*, maksudku 2 “suasana/kondisi” berdasarkan “dompet”. Yakni:

Pertama, jika suasana dompetmu rame alias banyak duit. Ini menunjukkan bahwa kau orang kaya atau bapakmu orang kaya atau kakekmu orang kaya, halah-halah,..intinya Kaya, terserah yang punya duit siapa. Nah, jika kau menemukan suasana ini pada dompetmu maka beberapa tips yang bisa kau lakukan agar efesien dalam cuci-mencuci antara lain;

1. Membeli baju baru. Ya, benar. Untuk menghindari dan menghemat tenaga kau bisa memanfaatkan uangmu untuk membeli baju setiap kali kau mau mengganti baju. Hasilnya, luarbiasa bukan?! Kau tak perlu lagi mencuci,..

2. Membuka Usaha Laundry. Aha, ini menarik. Tips yang kedua ini cocok bagimu yang punya jiwa berbisnis di dalam dengkulnya. Jadi, klo kau punya laundry sendiri maka kau bisa menitip pakaian tak bersihmu ke laundry pribadi, dan tak perlu bayar!!wow.

3. Menyewa Pencuci khusus yang profesional. Pencuci khusus yang didatangkan dari orang kampung disekitar kostmu. Selain hemat energi dan tak dipusingkan lagi dengan cucian, tips ketiga ini juga akan membantu perekonomian masyarakat gampong. Bagus sekali jika ini bisa kau praktekkan.

4. Membeli Mesin Cuci. Dengan kemampuan melobi, akting dan public speakingmu maka kau bisa merengek ke ortu atawa kakekmu yang kaya raya agar memberikan kepadamu infaq mesin cuci. Berikan sedikit angin surga bahwa dengan dibelikannya mesin cuci maka IPK-mu akan naik drastis tak terkontrol. Jangan lupa menggunakn isu yang sedang populer saat ini, salah satunya isu untuk penyelamatan lingkungan. Katakan, dengan menggunakan mesin cuci kau bisa mengurangi jumlah pemakaian deterjen dan sabun cuci. Kuyakin kakekmu yang kaya raya akan klepek,.klepek,..

5. Yang kelima, mohon pikir sendiri, jangan terlalu bergantung padaku. Terimakasih…*hehe*


bersambung ye,...

Affif Herman, kajhu, Sya'ban 1431 H

Tips Mencuci Kontemporer (Affifu no Ririon Desu-Affifs Theory) 2 (lanjutan..)

,.....(jgn lupa baca yg pertama,..hehe)

Kedua, ini merupakan kontra tips pertama di atas. Tips kedua ini digunakan jika suasana dompet dan tabunganmu sepi se-sepi-sepinya.

Beberapa ciri orang yang tergolong ke dalam suasana kedua ini antara lain; ada perasaan gelisah, trauma dan ketakutan ketika membuka dompet, menghindar dari tempat yang bernama bank dan kadang-kadang histeris sendiri seperti orang kesurupan kalo melihat ATM. Oh iya, orang ini juga tiba2 sering menyanyikan lagu2 yang memiliki lirik,” makan,.makan,.sendiri (Caca Handika)”, atau,”sepiring berdua,..(Hamdan ATT)” atau,” makan nggak makan asal ngumpul,..(Slank)”

Ehem, adapun tips teranyar dalam hal cuci-mencuci bagi suasana kedua ini, antara lain:

1. Menggunakan Metode Marathon. Hah, ini tips yang paling sering kupraktekkan dan menjadi ijtihad mencuci paling best dan favoritku. Sebelum itu, kenali dulu kode-kode pemakaiannya, antara lain; Rendam Pake Deterjen (RPD), Kucek-Sikat-Bilas (KukaBila), Jemur Dengan Hati Riang (JDHR), Biarkan di Jemuran (BidiJem), Angkat Pakaian Setelah Kering (APSK).
Cara penggunaannya; pertama kelompokkan dulu pakaian dalam 3 bagian. Tiap bagian terdiri dari 2 atau 3 ekor pakaian (terserah mau pake variasi 2:1 atau 1:2, alias 2 baju 1 celana atau sebaliknya,..hehe), ingat tak boleh lebih dari 3 ekor!. Tertib caranya:

Bagian pertama, bada shubuh>RPD 1,…jam 7 pagi>KukaBila 1,…lalu JDHR 1,...lalu BidiJem 1.

Bagian kedua, sekitar jam 7.15 WIB setelah KukaBila 1 langsung masuk ke-RPD 2,… bada zhuhur /13.30>KukaBila 2,…lalu JDHR 2,…lalu BidiJem 2.

Bagian ketiga, bada Magrib>RPD 3,..lalu APSK 1 dan 2,….jam 10 atawa 11 malam>kukabila 3 ,..lalu JDHR 3,..lalu BidiJem.

Wow, dhhassyatd bukan?!! Bayangkan saja, dalam 1 hari kau bisa mencuci sekitar 9 pakaian tanpa merasa kelelahan. Ambil saja minimal kau mencuci selama 2 hari/minggu, maka akan ada 18 pakaian layak pakai/minggu!! Dan ada 72 pakaian bersih dalam se-bulan!! dan bakal ada minimal 864 ekor pakaian harum nan kinclong dalam setahuunn!!!,..woww,. amAzinG hah!! *hehe lebai kan?!*

2. Metode LOnglife. Hah, apa pula ini? ehem, ini metode yang sangat mudah dan tidak serumit metode pertama tadi. Yaitu, memakai satu pakaian dalam tempo yang agak kurang ajar alias lama. Kalo biasanya satu pakaian yang dipakai terus-menerus bertahan sekitar 2-3 hari, maka metode Longlife menganjurkan pemakaian minimal 10 hari!! Jadi dalam sebulan cuma ada 3-4 pakaian kotor. Kelemahan metode ini adalah pada aroma baju yang mulai tak sopan dan jika si pemakai shalat maka memaksa jamaah di mesjid pake masker. Kuberitahukan, metode ini boleh digunakan jika dalam keadaan darurat dan sangat mendesak.

3. Metode Persaudaraan 1. Metode ini hanya bisa digunakan oleh orang2 yang pintar berakting dan lihai dalam kecepatan tangan. Ini metode berbahaya. Yaitu, ketika kawan se-kost sedang merendam pakaiannya dan dia lengah. Maka kau mengendap-ngendap memasukkan beberapa potong pakaianmu dalam rendamannya. Lalu ketika ia menjemur atau menggosok pakaian dan dia kelihatan kebingungan merasa ada yang aneh dengan beberapa pakaiannya kau datang dengan cekatan. Segera kau ambil bajumu yang sedang dijemur/digosok. Agar tak mencurigakan baiknya kau tambahkan sedikit dialog hangat persaudaraan.

“eh, ini baju aku kan?” kau harus pura-pura kaget. Dia bengong. Tunggu sampai ia mengangguk iya.

“kok ada disini ya? Waduuhh, udah capek dicariin kemana2,…eh, bro, makasih banyak ya udah temuin baju2ku”.
Berikan sedikit senyum ikhlas dan segera menyingkir dari TKP sebelum temanmu ngasih pertanyaan. Dia bengong.

Hening.

Misi sukses.

Kelemahan metode ini adalah tak bisa digunakan terlalu sering. Bisa2 terbongkar semua konspirasi dan kau diusir!!,.*hehehe*

4. Metode Persaudaraan 2. Mirip dengan metode Persaudaraan 1, yaitu pemanfaatan sumber daya teman se-kost. Metode ini lebih sederhana. Yaitu, pura-pura salah pake baju kawan satu kost. Kalo ntar dia mulai merasa bingung dengan pakaian yang kau pakai maka segera bertindak.

“eh? ya ampuunn,..ini bajumu ya prenz?!” usahakan ekspresi kaget-sekaget-kagetnya.
“kok,nggak bilang dari 2 hari kemaren sih?..kirain ini bajuku yang dikasih nenek,..mirip lho.”

segera cari kambing hitam dan kombinasikan dengan rayuan.

“idih, nenekku kok beliin baju yang sama sih?huh,..mungkin karena dia udah tua ya.” *Nenek jadi kambing hitam?*

“ah, mungkin barangkali karena nenekku tau kita temenan, jadi biar kita mirip en kompak gitu.” *rayuan yang mantap!*

Selanjutnya segera menyingkir dari TKP.
“yaudah, aku ke kampus dulu ya” jangan pernah menunggu jawaban darinya. Dia bengong.

Hening.

Misi sukses.

*Hahaha*. Aku pikir sementara itu dulu teori2ku tentang mencuci. Jika ada kebimbangan sila bertanya2,…=))


Affif Herman,
Kajhu, 14 Sya’ban 1431 H/26 Juli 2010

Tentang Nishfu Sya’ban...

Ada beberapa kawan yang menanyakan kepadaku tentang puasa khusus Nishfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban). Karena aku yang rada-rada norak ini bukan ulama, maka wajar jika aku menyandarkan pendapat tentang puasa ini kepada ulama-ulama yang aku ketahui keilmuannya, walaupun pengetahuanku tentangnya masih sedikit.
Hah, mari2,…=))

Dari kitab Fiqih Sunnah jilid 2 Sayyid Sabiq, pada bab Puasa Sunnah hal;54-55, disebutkan; Berpuasa khusus pada Nishfu Sya’ban karena menyangkanya ada kelebihannya dari yang lain adalah tidak berlandas-kan dalil atau keterangan shahih.

Di kitab Bid’ah-bid’ah yang Dianggap Sunnah (Judul asli; As-Sunan wa al-Mubtada’ at al-Muta’alliqah bi al-Adzkar wa ash-Shalawat)-nya Syaikh Muhammad Abdussalam Khadr asy-Syaqiry pada hal. 155, disebutkan:

Hadits: “Pada malam Nishfu Sya’ban, shalatlah dan berpuasalah pada siang harinya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Ali. Menurut penulis Hasyiyah Ibnu Majah, isnadnya dha’if karena terdapat nama Ibnu Abi Basarah, Ahmad dan Ibnu Ma’in. Dua orang terakhir bahkan dicap sebagai pembuat hadits palsu.

Demikian saja sodara2,…=)

Keringanan untuk Tidak Menghadiri Shalat Jum'at Ketika Hujan Lebat

Ibnu Abbas berkata kepada Muadzin ketika hari hujan,”Setelah kamu mengucapkan Asyhadu anna Muhammadarrasulullah, maka jangan kamu mengucapkan, hayya ‘ala As-Shalah, tapi ucapkanlah Shallu fi buyutikum (shalatlah di rumah kalian).” Pada saat itu para sahabat mengingkari apa yang dilakukan oleh Ibnu Abbas. Kemudian dia berkata,”Sesungguhnya hal ini telah dilakukan oleh orang yang lebih baik dariku (Rasulullah SAW). Sesungguhnya shalat Jum’at adalah wajib, dan aku tidak suka apabila menyusahkan kalian sehingga kalian berjalan di lumpur dan tanah yang becek.”

Keterangan Hadits:
Dalam bab ini Imam Bukhari menyebutkan hadits Ibnu Abbas yang diriwayatkan Ismail, yang dikenal dengan Ibnu Aliyah, dimana hadits tersebut sesuai dengan judul bab di atas. Demikian yang dikatakan jumhur ulama.
Dalam hal ini sebagian ulama membedakan antara hujan yang tidak deras (gerimis) dengan hujan deras, dimana apabila hujan turun dengan deras, maka akan menyebabkan adanya rukhsah tersebut. Sedangkan apabila hujan tersebut tidak deras, maka tidak menyebabkan adanya rukhsah. Imam Malik berpendapat tidak adanya rukhsah dalam pelaksanaan shalat Jum’at ketika turun hujan. Ibnu Al Manayyar berkata,”Ibnu Abbas tidak meninggalkan shalat Jum’at ketika turun hujan. Adapun perkataan muadzin ‘shalatlah di rumah kalian’ maksudnya adalah shalat Ashar dengan tidak berjamaah, sedangkan beliau sendiri melakukan shalat Jumat bersama para sahabat lainnya. Adapun seruan itu adalah sebagai pemberitahuan kepada orang yang masih di rumah dan pelajaran bagi yang sudah sampai di mesjid bahwa meninggalkan shalat Jum’at ketika turun hujan dibolehkan.

(Sesungguhnya shalat Jumat adalah wajib). Ibnu Abbas memerintahkan muadzin untuk mengganti lafazh “hayya ‘ala ash-shalaah” (mari tegakkan shalat) dengan lafazh “shalluu fii buyuutikum” (shalatlah kalian di rumah kalian), agar orang-orang yang masih dirumah tidak bersusah payah untuk datang ke mesjid, sebab kalimat “mari tegakkan shalat” adalah panggilan dan diharuskan bagi orang yang mendengarnya untuk menjawab. Sedangkan hujan merupakan salah satu halangan yang menyebabkan “kewajiban” tersebut berubah menjadi “rukhsah”, dimana seseorang dibolehkan untuk meninggalkan shalat Jum’at.

(Fathul Baari-Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari, Ibnu Hajar Al Asqalani: Hadits ke 901. Hal; 84)

Minggu, 25 Juli 2010

Terobosan Syariat

….
Tampaknya memang diperlukan sebuah terobosan dalam membahasakan tuntutan kita untuk menerapkan syari’at Islam. Untuk itu, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan.

Pertama, kita perlu menunjukkan adanya political will yang jujur dan kuat bahwa kita memang sangat bersungguh-sungguh ingin menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan kita; bahwa isu ini tidak diangkat sebagai sekedar jargon atau komoditas politik; bahwa isu ini tidak diangkat sebagai sekedar dagangan politik yang diperlukan untuk meraup suara umat Islam dalam pemilu. Political will harus ditunjukkan dalam komitmen kita secara pribadi dalam menerapkan Islam, selain pada usaha-usaha yang sistematis dan berkesinambungan, untuk merealisasikan tuntutan kita melalui berbagai proses-proses sosial politik yang ada.

Kedua, memenangkan wacana publik dengan mengomunikasikan Islam kepada masyarakat secara lebih baik, menjelaskan Islam apa adanya sebagaimana ia diturunkan Allah Swt., sebuah Islam dengan kerangka dengan sistemnya yang lengkap, komprehensif, moderat, keseimbangan, dan merupakan rahmat bagi manusia. Kita mungkin tidak perlu menunjukkan pembelaan yang berlebihan terhadap Islam, baik dengan cara menunjukkan keunggulan-keunggulan sistem Islam dan kelemahan-kelemahan sistem-sistem lainnya. Cara itu hanya merupakan janji yang akan membebani kita sendiri, dan pada waktu yang sama, memperkokoh semangat pragmatisme dalam beragama di mana orang hanya akan berislam karena ada manfaat jangka pendek yang ia peroleh, bukan sebagai suatu bentuk ketundukan atau sifat ubudiyah mutlak kepada Allah Swt.. Sikap pragmatisme beragama seperti itu hanya akan melahirkan sikap-sikap keagamaan yang parsial, di mana agama hanya diikuti sepanjang itu menguntungkan mereka.

Ketiga, marilah kita menggunakan bahasa kenyataan dibanding bahasa lainnya. Kenyataan dapat berbicara lebih jelas dan lebih kuat dibanding semua bahasa lainnya. Sukses perbankan syari’ah misalnya, baik dalam mempertahankan eksistensinya di tengah badai krisis ekonomi maupun meningkatnya daya saing terhadap perbankan konvensional, jauh lebih kuat membuktikan keunggulan sistem ekonomi Islam dibanding seribu buku yang kita tulis tentang ekonomi Islam. Menggunakan bahasa kenyataan mengharuskan kita menyepadankan antara keunggulan sistem Islam dan keandalan manusia-manusia Muslim. Dengan kata lain, sudahkah diri kita merepresentasikan kecanggihan Islam?

(dikutip dari buku Dari Gerakan Ke Negara, Anis Matta: 42-43)

Istilah-Istilah Hadits

Hadits Shahih: hadits yang sanadnya menyambung dengan dua penguat, yang tak disalahi oleh riwayat lain dan tidak cacat.

Hadits hasan: hadits yang jelas asal-muasalnya dan rijalnya, tapi tidak sekuat rijal hadits shahih.

Hadits dha’if: hadits yang tidak bisa dikatakan sebagai hadits hasan, dan berbeda tingkat kelemahannya berdasarkan jauh dekatnya dengan syarat-syarat shahih.

Hadits marfu’: pernyataan, tindakan atau keputusan yang dinisbahkan kepada Nabi.

Hadits mauquf: pernyataan atau tindakan yang hanya sampai kepada para sahabat, meski
itu terputus dai Nabi.

Hadits maushul: (atau disebut juga muttashil) adalah hadits yang sanadnya menyambung, baik itu hadits marfu’ atau hadits mauquf.

Hadits mursal: hadits yang diangkat oleh seorang tabiin kepada Nabi.

Hadits maqthu’: pernyataan atau tindakan yang berhenti pada seorang tabiin.

Hadits munqathi’: hadits yang salah perawinya dari generasi sahabat, atau lebih dari dua generasi berikutnya, dan kelemahan itu tidak lebih dari seorang perawi.

Hadits mu’dhal: hadits yang perawinya dari generasi sahabat lemah dan lebih dari dua perawi atau lebih secara beruntun.

Hadits mu’allaq: hadits yang awal sanadnya terhapus.

Kategori hadits mudallas: terbagi menjadi tiga.
1. Hadist yang syaikh (penutur)nya lemah kemudian diangkat untuk dinisbatkan kepada syaikh tersebut, atau generasi di atas syaikh tersebut, dengan penisbatan pernyataan yang hubungannya tidak jelas, bahkan pernyataan yang hanya diduga berhubungan dengannya. Misalnya, dari si Fulan, atau kata si Fulan.
2. Tadlis taswiyah adalah jika dua orang yang tsiqah menggugurkan seorang yang dhaif, sehingga isnadnya menjadi berderajat sama, dan semua perawinyakemudian menjadi tsiqat. Ini adalah bentuk tadlis yang buruk. Satu nama yang dikenal banyak melakukan tadlis ini adalah Baqiyah ibn al-Walid.
3. Tadlis syuyukh adalah jika nama syaikhnya diperkenalkan dengan nama yang berbeda, dinisbatkan atau disebutkan dengan namanya namun yang kurang dikenal.

Hadits Gharib: hadits yang diriwayatkan hanya oleh seorang perawi, atau diriwayatkan dengan penambahan-penambahan, dari orang yang pertama menyusun hadits tersebut.
Hadits gharib ini terbagi menjadi gharib shahih, gharib dha’if, dan gharib hasan. Gharib shahih, misalnya, nama-nama yang sering mentakhrij dalam ash-Shahihain. Gharib dha’if adalah yang menyangkut perawi-perawi yang gharib. Sedangkan gharib hasan, banyak terdapat contohnya dalam Jami’ at-Tirmidziy.

Hadits syadz: hadits yang bertentangan dengan perawi yang tsiqah namun didukung oleh sejumlah perawi tsiqah yang lain.

Hadits munkar: hadits yang matannya tidak diketahui baik dari perawinya, lafaznya maupun maknanya.

Hadits mudhtharib: hadits yang diriwayatkan dari banyak jalan yang berbeda-beda dan punya kekuatan yang sama-sama menentang seseorang perawi.

Hadits maudhu’: hadits yang mendustakan Rasulullah , dan disebut juga mukhtaliq.

Hadits semacam ini tidak boleh diriwayatkan kecuali untuk menjelaskan sebuah hukum.

Demikian dijelaskan dalam Asnal Mathalib.

Bid’ah-bid’ah yang Dianggap Sunnah/Syaikh Muhammad Abdussalam Khadr asy-Syaqiry
Judul asli: As-Sunan wa al-Mubtada’ at al-Muta’alliqah bi al-Adzkar wa ash-Shalawat

Jumat, 23 Juli 2010

Prakiraan “Takziah Cinta de Movie”

*Aih, judul apa pula ini? Jangan kau tanyakan padaku. Aku juga tak tahu-menahu. Yang penting baca dulu,..=D*

Takziah Cinta de Movie, Ini judul pilem yang pertama kali di deklarasikan oleh seorang yang kukenal sebagai penyair dan perayu ulung dari kampungku. Syeh Iwan namanya. Salah seorang vokalis tim Nasyid terbesar dan terakhir di ABdya, Nurani. Kini ia seorang guru fisika, dan termasuk yang masih peduli dengan dunia pendidikan yang sedang digelutinya langsung. Mengapa kukatakan beliau peduli?pasti dengkulmu berpikir,”bukankah wajar dia peduli karena beliau juga guru?.” Ehem, Begini kawan, memang dia guru, tetapi ingat, tidak semua guru peduli dengan dunia pendidikan. Banyak yang masih menganggap “guru” cuma sebagai lahan untuk mencari pundi-pundi rupiah tanpa disertai beban memperbaiki perangai-perangai siswa yang akhir-akhir ini semakin liar dan norak.

Ah, aku pikir kali ini aku tak akan membahas perkara pendidikan ini, mungkin jika “serius”ku mau bekerja baru akan kutulis. Tak usah kau paksa-paksa aku lagi. Fokus, aku akan berbual masalah pilem kali ini.

Takziah Cinta. Awalnya diniat dan dilontarkan oleh si-bujang perayu ulung tadi sebagai judul film layar lebar bergenre romantis-pragmatis-dramatis yang berlokasi di Aceh Barat Daya. Ketika judul ini disampaikan, aku terperanjat tanpa ampun. Terdiam sangak. Mata berbinar. Aku tak menyangka ada judul film yang begitu menggoda ketika dunia perfileman sedang menjamur film-film cabul berbalut film horror atau komedi saat ini. Wah, ini judul yang fenomenal kupikir saat itu.

Yang kuingat-ingat, judul ini disampaikan padaku pada hari jumat ketika kami makan siang bersama. Dan pasca pertemuan itu imajinasiku semakin liar dan mulai tak terkontrol untuk menerka-nerka seperti apa film ini nantinya. Aku menggunakan berbagai analisa dan tebakan untuk memprediksikan seperti apa ceritanya nanti. Aku tak sabar ingin menontonnya sambil minum kopi Ogek. Aku bingung tapi rindu. Aku gelisah tapi menikmati kegelisahan ini. Ah, terasa seperti jatuh cinta saja memang.

Awalnya, aku berpikir Takziah Cinta de Movie akan bercerita tentang kisah percintaan yang bertepuk sebelah tangan. Kisah Si-fulan A yang memendam hati kepada fulanah yang masih satu kampung dengannya. Tapi fulanah telah dikhitbah oleh fulan B. Sehingga secara aturan Nabi maka haram bagi fulan A untuk mengkhitbah si-fulanah karena fulan B sodara seimannya telah lebih dahulu melamar. Sambil uring-uringan si fulan A pulang dan mengalami kecelakaan. Ia tak melihat jalan karena asik main Facebook pake Hape dan tertabrak becak yang sedang membawa ratusan pohon Kaktus!. Usut punya usut ternyata si-tukang becak juga sedang meng-update status Facebok pake Hape-nya saat itu. Fulan A pun wafat diantara himpitan dan tusukan duri pohon kaktus tadi. Di status Fulan A tertulis status terakhirnya yang berbunyi,”aaaaaaaaaaaaarrrrghhh,..”. Tanpa ada yang memberi komen.

Fulan A-pun ditakziahi orang sekampung, termasuk si fulanah dan Fulan B. Pilem pun selesai. Rencananya akupun akan menangis saat itu. Mantap dah.

Namun, aku masih penasaran dan tidak bisa berhenti pada satu asumsi saja. Aku kembali berpikir lagi. Sangkaku mungkin Takziah Cinta de Movie ini berkisah tentang pemuda/i Abdya yang kuliah di Kairo, Mesir. Lalu dipertengahan cerita si-pemuda kampung tadi ketemu perempuan bercadar di dalam Bus. Mereka sama-sama tertarik.
Lalu di 60% cerita mereka menikah. Tapi tiba-tiba di 85% cerita, si-pemuda terpaksa harus menikahi seorang perempuan nasrani yag akhirnya masuk Islam. Si-pemuda berpoligami..*hehe kayaknya mirip Ayat-ayat Cinta-kan?*. Lalu si-pemuda pulang ke Abdya karena mau lebaran di kampung, namun terjadi musibah. Pesawat yang ditumpangi pemuda mogok, businya kena hujan dan minyaknya habis…..dan,..dan,..ia pun tak tau dimana rimbanya. Hilang.

Akhir cerita, rumahnya dikampung ditakziahi oleh orang sekampung. Lalu pilemnya The End. Aku menangis. Kupikir pilem Takziah Cinta memang bukan main adanya.

Hah rupanya, semakin kutahan tapi malah semakin bercabang pikiranku. Takziah Cinta de Movie betul-betul membuatku tak bisa tidur. Bahkan sampai-sampai pernah terpikir Takziah Cinta berkisah tentang Superman yang tobat masuk Islam dan memilih tinggal di Blangpidie. Ia mengganti kostumnya yang tak seronok itu dengan sarung. Dan ia menikah dengan perawan beriman disana. Ia-pun membasmi mafia-mafia proyek di-Abdya, termasuk memindahkan Kadis-kadis yang berprogram tak karuan ke kutub utara. Tak lupa bosnya kadis-kadis tadi juga sekalian. Abdya-pun mulai hidup tentram dan damai. Dan superman meminta kepadaku mendesain rumah sederhana untuknya di Abdya. Ia betah tak mau pindah-pindah lagi….*takziahnya dimana ni?aku juga tak tahu.*

Setelah sepekan berlalu sejak pertemuanku dengan syekh Iwan di Banda Aceh aku melamun. Akhirnya aku mencoba mengembalikan kata “takziah” kepada makna dirinya sendiri.

Dalam kitab Wa’idz Bakat Lahu ‘Uyun al-‘Alamin-nya Muhammad Mahir al-Buhairi disebutkan, Al-‘aza’ berarti sabar. At-Ta’ziyah berarti penyabaran. Begitu juga yang disebutkan di kitabnya Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah jilid 2.

Buku al-Buhairi yang terjemahan Indonesianya berjudul Ziarah Kubur ini melanjutkan. “Jadi, ketika orang-orang mengunjungi seseorang yang sedang ditimpa musibah, sebenarnya mereka mendorong seseorang itu agar sabar. Dengan kata lain, mereka turut menanggung kesedihan orang yang sedang ditimpa musibah sekaligus mendorongnya agar tetap bersabar.”

Takziah bertujuan untuk menghibur, menghapus kesedihan, dan meringankan beban keluarga, kekasih, sahabat, atau kerabat mereka. (Ziarah Kubur: 155)

Hm,.tentu aku mulai mendapat sdikit titik terang. Dan aku kembali memikirkan asumsi cerita pertamaku diatas tadi, tetapi dengan skenario yang sedikit berbeda.

Begini, yang meninggal dunia ternyata bukan si-Fulan A tetapi si-Fulanah. Dan si-Fulan A dengan tulus datang ke Fulan B untuk menghiburnya, karena calon istrinya meninggal. Fulan B terharu biru melihat ketulusan dari Fulan A dan merekapun berpelukan dalam keharuan yang mendalam berlinang air mata dan sedikit lelehan dihidung. Aku ikut menangis. Dan Pilem pun The End. Diakhir pilem tak lupa diperlihatkan adegan-adegan pemain yang keliru dalam berdialog dan berakting seperti dipilemnya Jacky Chan. Aihh, menarik bukan.

Nah, Begitulah perkiraan sementaraku tentang Takziah Cinta de Movie. Kuharap bisa mendapat tanggapan langsung dari deklarator sekaligus sutradaranya, Syeh Iwan Abdya. Termasuk tanggapan dari perayu ulung lainnya seperti, b pol bakacomoto, syeh Dede, b Aan, b Kamarul nisfa, dll. Ini bertujuan agar ada pengawasan yang baik terhadap imajinasi-imajinasi masyarakat yang mulai tak sabaran untuk menerka-tebak jalan cerita Takziah Cinta the Movie nantinya. Mohon kiranya bisa dimaklumi.

Sekian…=)

Affif Herman, yang menahan2 rindu..

Sabtu, 17 Juli 2010

Fikih Hiburan: Sepak Bola

Olah Raga yang paling populer saat ini adalah sepak bola. Para ahli fikih klasik tidak pernah membahas jenis olah raga yang menggunakan bola. Bisa jadi, karena pada masa mereka, jenis olharaga bola memang belum dikenal. Namun sekarang, jenis olahraga bola benar-benar telah menyilaukan manusia, menguasai akal, menyihir mata, serta menyita waktu dan pikiran mereka.

Khususnya sepak bola; olahraga yang mempertandingkan dua tim dalam dua babak dengan saling bertukar tempat. Suporter yang menonton pertandingan sepak bola sangat banyak. Fanatisme mereka begitu kuat. Sampai-sampai, di beberapa negara para suporter tersebut dibagi dalam kubu-kubu yang bersaing sengit. Seolah-olah mereka adalah dua partai besar yang sedang berkompetisi dalam sebuah pemilihan umum yang ketat.


Rambu-rambu dan Catatan bagi Sepak Bola


Secara syariat, tidak ada larangan untuk bermain sepak bola. Karena olahraga ini memang tidak mengandung hal-hal yang bertentangan dengan syariat. Akan tetapi terdapat beberapa rambu yang perlu diperhatikan, diantaranya:

1. Tidak sampai melalaikan pemainnya dari kewajiban agama (seperti melaksanakan shalat lima waktu), atau dari kewajiban dunia (seperti tugas belajar bagi seorang siswa, kesibukan mencari nafkah bagi seorang pekerja, serta menyelesaikan tugas bagi seorang pegawai).

2. Harus menjunjung tinggi kode etik dan fair play yang telah disepakati. Sehingga dengan demikian, kode etik tersebut menjadi pegangan yang dijaga bersama, dan tidak seorang pun melanggarnya secara terang-terangan maupun diam-diam.

3. Tidak boleh melakukan praktik kekerasan terhadap tim lawan. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala menyukai kelemah-lembutan dan membenci kekerasan dalam segala hal.

4. Wasit yang memimpin pertandingan tidak boleh memihak salah satu tim, melainkan harus benar-benar objektif dan adil. Disebutkan dalam Al-Quran, “Dan apabila kalian menetapkan hokum di antara manusia, hendaklah kalian menetapkan secara adil.”(An-Nisa’:58)

Olahraga yang sejenis dengan sepak bola ialah bola tangan, bola basket, bola volley, dan lain-lain. Maka hukum bagi semua olahraga tersebut sama. Sekalipun, memang, sepakbola memiliki beberapa kelebihan dari segi fanatisme supporter, totalitas mereka untuk sepak bola, dan bagaimana mereka berjubel demi bola, yang di sejumlah Negara hampir menjadikannya bak berhala yang disembah.

Fenomena yang berlebihan seperti itulah yang harus diwaspadai. Sebab segala sesuatu yang berlebihan justru akan menjadi kontraproduktif. Sebab hukum dasar bagi permainan adalah diperbolehkan (mubah), selama tidak berlebih-lebihan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“…makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf:31)

Segala sesuatu yang diperbolehkan selalu dibatasi agar jangan berlebih-lebihan. Dan jika sampai berlebihan, maka ia menjadi haram sesuai kadar tindakan yang berlebihan tersebut. Bahkan dalam hal ibadah pun, Islam menentang merka yang berlebih-lebihan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah menegur orang-orang yang melakukan ibadah berlebih-lebihan lewat sabdanya,

“Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atas dirimu, matamu memiliki hak atas dirimu, isterimu memiliki hak atas dirimu, dan orang yang berkunjung padamu juga memiliki hak atas dirimu.”(HR. Al-Bukhari dalam Ash-Shaum (1975)

(DR. Yusuf Al-Qaradhawi/ Fikih Hiburan/Fiqh Al-Lahwi wa At-Tarwih: hal. 90)

Selasa, 13 Juli 2010

Jamaah Cebol Beringus

Malam itu aku telat ke mesjid. Aku datang ke mesjid ketika Imam shalat sedang membaca surah Al Fatihah pada rakaat pertama Shalat Isya. Masbuk istilah Syar’i-nya, dan itu tak baik, kawan. Jangan coba-coba kau jadikan rujukan perangai seperti itu.
Aku agak tergopoh memasuki Mesjid yang terletak di pinggiran jalan utama arah ke terminal baru di kota banda Aceh. Setelah berwudhu aku langsung menuju ke shaf terdepan yang memang biasanya tidak penuh itu. Biasalah, kalo jam-jam malam begini umumnya bujang2 yang masih perjaka dan yang telah hilang keperjakaannya lebih memilih duduk di warung kopi, atau ikot bergabung dengan istri2nya nonton sinetron.

Nah, ketika aku menuju ke shaf pertama yang kebanyakan dihuni oleh perjaka2 ber-uban ini aku sempat memperhatikan jamaah pada shaf ke-dua. Shaf kedua ini dihuni oleh perjaka2 cebol dan beringus yang masih hobi ngompol ditempat tidurnya. Mereka dengan yakin dikategorikan sebagai manusia yang belum balig menurut ukuran agama alias masih anak-anak.

Gerombolan anak2 ini rame-rame kompak shalat jamaah karena semuanya merupakan teman sepermainan. Jadi, kalo satu orang berhasil dipaksa oleh Ayahnya shalat ke mesjid maka otomatis semua ikot shalat. Mudah.

Aku tersenyum2 melihat cara mereka shalat. Belum lagi melihat peci yang dipakai mereng-mereng sekehendak hatinya. Bahkan ada yang sampai menutup sebelah matanya karena ia memakai peci haji Ayahandanya.

Lihatlah pula bagaimana manuver mereka dalam gerakan shalat. Dengan tetap berada pada shaf mereka melakukan gerakan2 tambahan yang seharusnya total membatalkan shalat yg sedang mereka kerjakan. Dalam Shalat itu mereka melakukan gerakan saling dorong, sehingga membuat kawan2nya berjatuhan kesana kemari. Setelah jatuh mereka berdiri dan merapikan shaf lagi, lalu membalas dorongan ke arah yg berlawanan. Lalu cekikikan seolah-olah tak ada yang salah dengan shalatnya. Edan.

Terkadang mereka tenang dengan muka dan gerakan yang adem sok2 khusyuk. Tapi tiba-tiba ada saja setan cebol itu yang memulai. Lahirlah tangan-tangan mungil yang hobi mendorong kepala kawan2nya yg lain. Dan tentu saja yang kepalanya jadi korban membalas bertubi-tubi tak mau kalah. Itu terus terjadi, balas berbalas hingga beribu-ribu jurus. Mereka tertawa-riang tanpa beban karena tahu para jamaah didepan yang terdiri dari bapak2 mereka sendiri tak bisa menegur ketika dalam keadaan shalat. Ah, makin edan.

Yang aneh, setiap kali Imam selesai membaca surah Al Fatihah mereka kompak berbaris dan meluruskan shaf. Setelah meluruskan shaf mereka langsung mngucapkan kata “amiin” dengan raungan yang menjadi-jadi tanpa ampun. Merekapun memanjangkan dengung “amiin”nya dengan mengayun-ayunkan sekehendak jidatnya, sehingga Imam harus menunggu lengkingan “amiin” mereka selesai, agar bisa membaca surah lain. Sepertinya Imam kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa.

Seolah dengan lengkingan “amiin” yang panjang berliku-liku itu mereka ingin menunjukkan pada orang2 tua di shaf depan bahwa mereka fokus dan fasih dalam shalat. Mereka ingin terlihat khusyuk dan mendengar setiap bacaan Imam. Entah bocah-bocah cebol ini sadar bahwa suara tawa dan saling dorong yang mereka lakukan sebelumnya sangat jelas terdengar dan tak bisa ditutupi oleh raungan “amiin” dusta mereka. Sungguh tiada berguna sandiwara yang mereka buat. *Haha parah.*

Setelah sesi “amiin” selesai mereka kembali ke alam mereka yang biadab. Saling dorong-mendorong dan tarik-tarik sarung. Tak ambil pusing dengan Imam dan jamaah orang tua di depannya. Aku malah sempat berprasangka jangan-jangan mereka sadar, bahwa mereka belum balig sehingga kejahatan mereka didalam shalat tidak dianggap oleh Malaikat. Dan mereka memanfaatkan situasi itu. Entahlah.

Biadabnya mereka lagi adalah ketika Shalat sudah pada posisi duduk Tasyahud Akhir. Lagi2 mereka kompak menyusun dan duduk dalam shaf yang lurus, meskipun posisi mereka dalam shaf telah berubah-ubah. Yang penting duduk rapi, posisi tak lagi jadi masalah. Dalam posisi akhir shalat itu mereka semua diam tanpa gerak sdikitpun dgn mata tunduk kebawah mengarah ke tempat sujud. Ecek-eceknya khusyuk. Lagi-lagi mereka berdusta. Ampun.

Setelah salam. Orang tua di shaf depan dan Imam segera menatap mereka satu persatu. Menyelidik. Tapi anak-anak cebol itu sok2 tenang seolah tak pernah berbuat nista sebelumnya. Bahkan kalo ditanya Imam siapa pelaku keributan tadi, mereka malah saling tuduh sehingga Imam dan orang tua menjadi pening sendiri. Akhir kata, mereka pun selamat dengan kedustaan akting yang mempesona dan kurang ajar.

Aku betul2 menikmatinya dengan tawa yang tertahan ketika memandang muka cebol nan culun mereka. Entahlah, muka sok2 culun itupun aku pikir cuma akting tingkat tinggi untuk mengundang iba orang lain. Haha, akupun berdoa, semoga nanti Allah membaikkan agama dan hidupnya, sehingga menjadi pembela-pembela agama Allah yang terbaik dan yang paling baik. Wallahu’alam


Affif Herman,
Luengbata, 13 Juli 2010.